Meilin langsung mengangkat wajahnya dan memandang ke wajah suaminya. “Benar ya, Kakanda. Jika mereka masih tinggal di desa itu, sampaikan rasa rindu Mei kepada mereka. Besok menjelang Kakanda berlayar, Mei akan menuliskan nama-nama dan marga mereka. Oh ya, Ato pernah cerita, bahwa desa asalnya tak terlalu jauh dengan desa asalnya kami.”
“Oh ya...?”
“Hanya setengah hari perjalanan dengan menggunakan kuda. Kakanda akan mengajak siapa saja ke sana selain dengan anak buah kapal yang Kakanda pekerjakan?”
“Kakanda akan mengajak La Turangga, La Pabise, La Lewamori, La Santara, dan La Lewamori.”
“Iya, Kakanda. Memang sebaiknya Kakanda mengajak serta mereka, sahabat-sahabat Kakanda. Oh ya, kelak bawakan Mei oleh-oleh berupa kecapi, ya?”
“Apa itu...?”
“Ya sejenis alat bunyi-bunyian yang dipetik seperti gambo. Tapi kecapi Sinae bentuknya besar dan dawainya banyak.”
“Hm, begitu? Ya, besok akan Kakanda bawakan kecapi yang paling bagus buat Adinda.”
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com