Anak kecil itu memiliki kulit yang putih. Bulu matanya yang lentik tampak tidak berhenti berkedip. Dia lalu menggulung mulutnya dan berkata, "Ayah saja tidak langsung menjemputku, malah mengobrol dengan kakak cantik."
"Ehm?" gumam Qiao Qinian dengan bibir yang terangkat sedikit. Kakak cantik? Ye Jiaqi? tanyanya dalam hati.
"Ayah… Ayah bahkan memegang tangannya," kata laki-laki kecil itu dengan samar.
"Jangan asal bicara," kata Qiao Qinian dengan wajah yang berubah serius.
"Ayah, ayah suka kepadanya?"
"Qiao Chengfan! Diam!"
"Baiklah, aku tidak bicara." kata anak laki-laki itu yang langsung diam. Gawat, ayah sudah mau marah, batinnya. Tapi, tangannya masih memeluk erat kedua kaki Qiao Qinian.
Qiao Qinian lalu menatap anaknya dengan serius. Beberapa hari tidak bertemu, anak ini sudah cepat tumbuhnya, batinnya.
Tanpa berkata apa-apa, Qiao Chengfan kemudian langsung memeluk Qiao Qinian ketika melihatnya. "Ayah aku lapar. Adik ingin makan. Makan…" katanya.
"Tidak ada makanan!" jawab Qiao Qinian.
"..." Wajah anak kecil itu seketika murung.
Pengurus rumah Sun kemudian berjalan mendekat. Lalu dia tersenyum dan berkata, "Tuan Qiao, Tuan muda mungkin lapar. Dia tidak makan apa-apa saat di pesawat tadi."
Anak kecil itu lalu mengangguk dan buru-buru melanjutkan, "Adik rindu ayah, saking rindunya sampai tidak enak makan." Dia masih terlihat bergelayut dan memainkan celana Qiao Qinian. Tangannya yang lembut juga tampak meraba-raba saku celana Qiao Qinian.
"Turun, lepaskan tanganmu," kata Qiao Qinian.
Anak kecil itu mengira kalau Qiao Qinian sedang marah. Dia pun semakin tidak melepaskan tangannya. Wajah kecilnya seperti sedang menyiratkan perasaan bersalah. "Ayah, sungguhan, adik benar-benar rindu ayah…" katanya.
"Kalau tidak kamu lepaskan tidak makan." ancam Qiao Qinian.
"Oh." gumam anak kecil itu setelah mendengar ucapan Qiao Qinian, dan dia pun langsung melepaskan tangannya.
Dengan langkahnya yang lebar, Qiao Qinian lalu berjalan keluar ke arah lift. Sedangkan anaknya, mengikuti dirinya di belakang dengan langkahnya yang kecil. "Ayah, pelan sedikit. Adik tidak bisa mengikuti." kata anak kecil itu.
"Payah!" ejek Qiao Qinian bahkan dengan tidak menoleh.
Qiao Chengfan semakin merasa bersalah, Apa aku salah mengatakan sesuatu? Tidak kok, aku benar-benar melihat ayah menarik tangan kakak cantik. Aku benar melihatnya… Dan kakak itu, cantik sekali! batinnya.
Qiao Chengfan belum pernah melihat ayahnya menggandeng tangan siapapun. Tapi, dia justru melihatnya untuk yang pertama. Dia pun berpikiran kalau ayahnya pasti malu, karena itu dia membentaknya. Beberapa hari tidak bertemu, bisa-bisanya ayah tidak ramah sama sekali. Hm... batinnya.
Di dalam lift VIP, Qiao kecil terlihat berdiri dekat di samping Qiao Qinian. Seorang anak dan ayah, yang satu tinggi dan yang satu kecil. Yang satu berwajah dingin dan serius, yang satu wajahnya yang imut dan polos. Kedua orang itu berdiri berdampingan. Wajah antara ayah dan anak itu seperti sebuah wajah yang keluar dari cetakan. Sangat amat mirip.
"Ayah, apa di kota Jing banyak makanan enak?" tanya Qiao Chengfan.
"..."
"Ayah, apa di kota Jing banyak kakak cantik?"
"..."
"Ayah, apa ayah bisa setiap hari menemani adik bermain?"
"..."
"Ayah…"
"Diam!" perintah Qiao Qinian.
"..." Qiao Chengfan kemudian langsung menutup mulutnya. Benar-benar gawat! batinnya.
Ting...
Lift akhirnya turun hingga ke tempat parkir. Sopir rumah Qiao Qinian tampak sudah berdiri dan menunggu kedatangan mereka. Ini adalah kali pertama Qiao Chengfan pulang. Pertama kali juga sampai ke kota Jing. Dia merasa asing dan penasaran dengan semua ini. Tapi, ayahnya sangat dingin dan tidak mengurusnya.
Sopir itu kemudian membukakan pintu mobilnya, dan Qiao Chengfan langsung naik ke dalam. Dia duduk bersama Qiao Qinian di kursi belakang. "Ayah, menurut ayah aku kurus tidak? Ini karena beberapa hari ini aku rindu ayah." katanya.
"Apa ada artinya kamu bicara sendiri itu?" tanya Qiao Qinian.
"..." Qiao Chengfan terlihat kehabisan kata-kata. Ketika ayah orang lain bertemu anaknya, bukankah mereka harusnya sangat ramah? Sangat bahagia? tanyanya dalam hati.
Mobil pun akhirnya perlahan meninggalkan bandara. Sebelum pulang ke rumah, Qiao Qinian menyuruh sopir mampir sebentar ke restoran untuk membawakan Qiao Chengfan sarapan. Suasana dalam mobil itu sangat hening. Tiba-tiba terdengar suara 'krucuk krucuk' dari perut Qiao Chengfan. Apa jangan-jangan, aku ini anak angkat? Batinnya.
"Lapar sekali… Entah mengapa aku berpikir ada seseorang yang menelantarkan anak kecil." kata Qiao Chengfan sambil mengelus perut kecilnya itu dan menatap Qiao Qinian dengan tatapan memelas.
"Ehm? Aku menelantarkanmu?" tanya Qiao Qinian.
"Tidak tidak, ayah yang terbaik. Ayah akan memberikan semua yang ada di bumi ini untukku!" jawab Qiao Chengfan.
"Kalau itu belum tentu."
"..."