Rasanya bubur itu ternyata enak. Dengan tekanan dari pria itu dan rasa bubur yang enak, Citra tidak membuat keributan lagi. Dia menghabiskan semangkuk bubur dengan patuh.
Setelah itu, Satya menuangkan segelas air untuknya. Lalu, dia membentangkan selimut untuk Citra dan meninggalkan kamarnya dengan tenang. Citra mengantuk dan badannya masih tidak bugar, jadi dia dan segera tertidur.
Di ruang tamu, tas Citra yang diletakkan di sofa terus bergerak karena getaran dari ponselnya. Satya tidak peduli. Tapi, dia meletakkan ponselnya di atas meja, dan benda itu tetap bergetar. Dia berjalan mendekat, mengambilnya, dan melihat ke nama di layar. Bibir tipisnya sedikit melengkung, dan jarinya meluncur untuk menjawab telepon itu.
Orang di ujung telepon itu adalah Miko, "Satya."
"Ada apa, tuan?"
"Di mana Citra sekarang?"
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com