webnovel

Chapter 422 : Kekhawatiran Senior Gretta

Sementara itu, setelah kami pergi dari lorong tempatku sebelumnya menyembuhkan senior Nadine dan senior Gretta, kami pun langsung pergi ke luar gereja Sancta Lux. Tapi hanya aku, Irene, senior Nadine dan senior Gretta saja yang pergi ke luar, sementara Duchess Arlet masih berada di dalam gereja untuk mengobrol dengan orang-orang kota San Lucia yang berada di dalam gereja. Lalu, setelah kami sudah keluar dari gereja Sancta Lux, kami langsung menghampiri Leandra dan Lily yang masih menunggu di depan gereja Sancta Lux.

"Maaf membuat kalian menunggu lama, Leandra, Lily," ucap Irene.

Leandra dan Lily yang sebelumnya sedang melihat ke arah lain langsung menoleh ke arah Irene setelah mendengar suara Irene.

"Nona ?! Ah, tidak apa-apa, nona. Kamu tidak perlu meminta maaf. Loh, kenapa ada senior Gretta dan senior Nadine juga ?," tanya Leandra yang terkejut.

Lily pun juga terkejut begitu melihat senior Gretta dan senior Nadine.

"Lama tidak berjumpa, Leandra, Lily," ucap senior Gretta.

"Lama tidak berjumpa, kalian berdua. Meskipun belum lama ini kita sempat bertemu saat kalian menjalani ujian di kediaman tuan Duke," ucap senior Nadine.

"Iya, lama tidak berjumpa, senior Gretta, nona Nadine," ucap Lily.

"Lama tidak berjumpa juga. Ngomong-ngomong, kenapa kalian berdua bisa ada disini ?," tanya Leandra.

"Aku dan Nadine sebelumnya sudah berada di dalam gereja ini. Kami memutuskan untuk pergi ke gereja ini karena kami berdua sebelumnya mengalami cukup banyak luka di tubuh kami akibat bertarung dengan orang-orang yang menyerang kota ini. Tetapi meskipun kami sudah berada di dalam gereja ini, kami tidak kunjung disembuhkan karena harus mengantri dan menunggu terlebih dahulu akibat banyaknya orang-orang yang terluka yang datang ke gereja ini,"

"Lalu, disaat kami sedang menunggu di dalam, tiba-tiba tuan Duke Louis dan nona Duchess Arlet datang ke gereja ini. Mereka berdua kebetulan melihat kami di antara orang-orang yang terluka yang ada di dalam gereja. Setelah itu, mereka berdua pun langsung menghampiri kami untuk memeriksa luka pada tubuh kami. Kemudian, tuan Duke Louis meminta kepada para Priest gereja Sancta Lux untuk menyembuhkan kami terlebih dahulu, tetapi para Priest itu tidak bisa melakukannya meskipun itu adalah perintah tuan Duke Louis. Tuan Duke Louis pun memakluminya dan meminta maaf karena telah egois dengan meminta untuk menyembuhkan kami berdua terlebih dahulu, padahal orang-orang yang terluka lainnya juga sama pentingnya,"

"Setelah itu, tuan Duke Louis pun pergi ke salah satu ruangan yang ada di ruangan itu, sementara nona Duchess Arlet masih berada bersama kami dengan ditemani oleh beberapa prajurit miliknya. Kemudian, tiba-tiba nona Duchess Arlet membisikkan sesuatu kepada kami. Beliau bilang kalau beliau membawa seseorang yang bisa menyembuhkan kami. Tetapi kami harus disembuhkan oleh orang itu secara rahasia dan tidak boleh diketahui oleh siapapun, maka dari itu kami yang sebelumnya berada di ruangan utama gereja, memutuskan untuk pergi ke sebuah lorong yang ada di dalam gereja itu. Lorong itu sangat sepi sekali dan tidak ada orang satupun. Lorong itu sangat pas untuk dijadikan tempat untuk menyembuhkan kami. Setelah itu, nona Duchess Arlet langsung pergi untuk membawa orang itu. Beberapa menit kemudian, nona Duchess Arlet pun kembali sambil membawa orang itu. Kami tidak menyangka kalau orang yang dibawa oleh nona Duchess Arlet ternyata adalah Rid. Setelah itu, Rid pun langsung menyembuhkan kami dan luka-luka di tubuh kami pun langsung menghilang sepenuhnya," ucap senior Gretta.

"Oh, jadi itu alasan kenapa kalian berdua ada di gereja ini," ucap Leandra.

"Iya, Leandra," ucap senior Gretta.

Leandra dan Lily pun kemudian mengangguk pertanda mengerti tentang alasan senior Gretta dan senior Nadine berada di gereja itu. Setelah itu, Leandra mulai melihat dan memperhatikan tubuh senior Gretta.

"Hmmm, kalau diperhatikan lebih teliti, seragam dan jubah yang kamu kenakan itu, bukankah itu seragam dan jubah prajurit kerajaan San Fulgen, senior ? Apa itu berarti kamu saat ini merupakan prajurit kerajaan San Fulgen ?," tanya Leandra.

"Iya, aku saat ini merupakan prajurit kerajaan San Fulgen yang berada langsung di bawah komandan komandan tertinggi kerajaan ini yaitu komandan Oliver. Prajurit kerajaan San Fulgen yang berada di bawah komando komandan Oliver umumnya bertugas untuk menjaga dan mengawasi seluruh wilayah ibukota San Estella. Tetapi terkadang kami juga diberi tugas untuk membantu menjaga dan mengawasi keempat wilayah seperti San Minerva, San Angela, San Quentine dan San Lucia. Tentu ketika kami diberi tugas untuk membantu keempat wilayah itu, kami tetap harus menuruti perintah komandan pasukan yang menjaga masing-masing wilayah itu meskipun pemimpin kami yang seharusnya adalah komandan Oliver," ucap senior Gretta.

"Oh, jadi itu alasan kenapa kamu ada di kota San Lucia, senior ? Kamu mendapatkan tugas untuk menjaga dan mengawasi kota San Lucia," ucap Leandra.

"Iya. Aku awalnya diberi tugas untuk menjaga dan mengawasi wilayah San Lucia, lebih tepatnya kota San Lucia ini. Tetapi aku tidak menyangka tiba-tiba kota ini diserang oleh banyak orang mulai dari orang-orang biasa maupun orang-orang yang telah berubah menjadi iblis. Aku lebih tidak menyangka lagi kalau bukan hanya kota ini saja yang diserang, tetapi seluruh wilayah kerajaan ini pun juga diserang," ucap senior Gretta.

"Iya, akademi pun ikut diserang oleh orang-orang itu. Banyak orang yang tewas dan terluka akibat penyerangan itu," ucap Leandra.

"Di kota ini pun juga banyak orang yang tewas dan terluka. Tetapi aku bersyukur kalian semua tidak apa-apa," ucap senior Gretta.

"Aku juga bersyukur melihat senior Gretta dan nona Nadine sudah tidak apa-apa meskipun sebelumnya kalian berdua terluka," ucap Leandra.

Setelah itu, kami pun memutuskan mengobrol untuk menunggu Duke Louis dan Duchess Arlet yang masih berada di dalam gereja.

"Ngomong-ngomong, aku masih tidak menyangka kalau kamu sudah menjadi prajurit kerajaan San Fulgen, senior. Sebelumnya, saat kami menjalani ujian di kedamaian paman Louis, aku baru mengetahui kalau senior Nadine sudah menjadi prajurit Duke San Lucia. Sepertinya hanya kalian berdua saja dari senior yang aku kenal yang pekerjaannya sudah aku ketahui. Sebelumnya kalian yang sudah lulus memang pernah datang ke festival akademi, tetapi aku tidak tahu pekerjaan kalian saat itu karena kalian berpenampilan seperti orang biasa," ucapku.

"Kalau di angkatanku, Alisha dan Sophie juga telah menjadi prajurit kerajaan San Fulgen sama sepertiku. Lalu untuk angkatan setelahnya seperti angkatan Florian dan Amelia, aku juga tidak tahu mereka telah menjadi apa karena aku sudah lama tidak bertemu mereka. Tetapi untuk di angkatan Florian, aku hanya mengetahui tentang Florian yang sebelumnya ditangkap karena berniat untuk membunuhmu dengan melibatkan Enzo dan banyak orang lainnya. Florian pun dipenjara di penjara San Sabaneta karena ulahnya itu. Tetapi tidak lama setelah itu, terdengar kabar kalau dia diculik ketika terjadi penyerangan di penjara San Sabaneta. Keberadaannya pun saat ini tidak diketahui,"

"Lalu, di angkatan Amelia, aku hanya mengetahui Nadine yang telah menjadi prajurit Duke San Lucia. Aku sama sekali tidak mengetahui yang lainnya telah menjadi apa, bahkan ketua, maksudku Vyn pun juga aku tidak mengetahui dia telah menjadi apa karena kami sudah tidak bertemu lagi setelah lulus," ucap senior Gretta.

Setelah mendengar perkataan senior Gretta, aku pun terdiam. Irene, Leandra dan Lily juga terdiam sama sepertiku. Tidak lama kemudian, aku pun mulai berbicara kembali.

"Kamu sepertinya belum mengetahui secara rinci tentang penyerangan ini ya, senior ?," tanyaku.

"Iya, aku belum mendapatkan laporan dari prajurit yang lain tentang penyerangan ini. Apa kamu sudah mengetahuinya, Rid ?," tanya senior Gretta.

"Iya, aku sudah mengetahuinya. Kalau begitu aku akan memberitahumu tentang penyerangan yang terjadi di seluruh kerajaan ini secara rinci, senior. Aku juga akan memberitahumu tentang kondisi putri Amelia, senior Florian dan juga senior Vyn karena mereka bertiga datang ke akademi saat penyerangan terjadi," ucapku.

Setelah itu, aku pun menjelaskan kepada senior Gretta tentang apa yang terjadi di akademi saat penyerangan berlangsung. Aku juga menjelaskan kepada senior Gretta tentang senior Vyn, senior Florian dan putri Amelia yang terlibat dalam penyerangan itu. Setelah beberapa menit aku menjelaskan kepadanya, senior Gretta hanya terdiam saja dengan ekspresi yang terkejut. Tidak lama kemudian, dia pun mulai berbicara kembali.

"Jadi orang yang merencanakan penyerangan ini adalah tuan Duke Remy ?! Beliau merencanakan penyerangan ini untuk membunuh Yang Mulia Ratu ?! Dan juga, Vyn, Florian dan Amelia telah dirubah menjadi iblis oleh tuan Duke Remy dan mereka bertiga pun ikut menyerang akademi ?!," ucap senior Gretta yang terkejut.

"Iya. Sepertinya alasan senior Vyn dan putri Amelia dirubah menjadi iblis oleh tuan Duke Remy karena mereka berdua berhubungan keluarga dengan tuan Duke Remy. Senior Vyn merupakan keponakan tuan Duke Remy, sementara putri Amelia adalah putri dari tuan Duke Remy sendiri. Tidak hanya mereka berdua saja, bahkan tuan Duke Remy juga telah merubah istrinya sendiri menjadi iblis untuk menjalankan rencananya itu," ucapku.

"Benar-benar kelewatan sekali. Aku tidak menyangka kalau tuan Duke Remy telah melakukan hal segila ini. Sepertinya Vyn telah dirubah menjadi iblis oleh tuan Duke Remy tepat setelah dia lulus dari akademi, karena itu aku tidak bertemu dengannya sama sekali, bahkan saat Festival Akademi. Benar-benar tidak bisa dimaafkan," ucap senior Gretta yang terlihat marah.

"Apa yang diperbuat oleh tuan Duke Remy memang tidak bisa dimaafkan, namun sekarang senior Gretta tidak perlu khawatir lagi karena tuan Duke Remy telah berhasil dikalahkan dan penyerangan yang terjadi di seluruh wilayah kerajaan ini pun berhasil dihentikan," ucapku.

"Iya," ucap senior Gretta.

"Dan juga, kamu tidak perlu mengkhawatirkan putri Amelia, senior Florian ataupun senior Vyn lagi, senior. Mereka bertiga saat ini sudah terbebas dari kendali tuan Duke Remy yang sebelumnya telah merubah mereka menjadi iblis. Mereka bertiga saat ini sudah tenang," ucapku.

"Iya, kamu benar. Mereka bertiga terutama Vyn saat ini sudah tenang, jadi aku tidak perlu mengkhawatirkan mereka lagi," ucap senior Gretta dengan raut wajah yang terlihat sedih.

-

Beberapa menit kemudian, Duke Louis dan Duchess Arlet pun telah keluar dari dalam gereja dan mereka berdua pun langsung menghampiri kami.

"Maaf telah membuat kalian menunggu. Kalau begitu, ayo kita segera naik kembali ke kereta kuda untuk pergi ke kediamanku," ucap Duke Louis.

"Baik, paman Louis," ucapku.

"Baik, ayahanda," ucap Irene.

"Apa kalian mau ikut bersama kami, Gretta, Nadine ?," tanya Duchess Arlet.

"Terima kasih atas tawarannya, nona Duchess. Tetapi saya tidak bisa, saya harus berkumpul dengan prajurit San Fulgen lainnya yang ditugaskan di kota ini," ucap senior Gretta.

"Saya juga tidak bisa, nona Duchess. Saya juga harus berkumpul dengan prajurit Duke San Lucia lainnya," ucap senior Nadine.

"Hmmm baiklah kalau begitu, hati-hati ya apabila kalian mau pergi berkumpul dengan rekan kalian," ucap Duchess Arlet.

"Iya. Anda juga hati-hati, nona Duchess," ucap senior Gretta.

"Hati-hati juga, nona Duchess," ucap senior Nadine.

"Iya. Kalau begitu aku pergi dulu, sampai bertemu lagi, kalian berdua," ucap Duchess Arlet.

Setelah itu, Duchess Arlet pun langsung menaiki kereta kuda yang sama dengan yang kami naiki sebelumnya. Aku, Irene, Leandra dan Lily pun juga berniat untuk langsung menaiki kereta kuda itu. Tetapi sebelum menaiki kereta kuda itu, kami berempat pun berpamitan terlebih dahulu kepada senior Gretta dan senior Nadine. Meskipun kami nantinya akan bertemu dengan senior Nadine lagi karena senior Nadine juga tinggal di kediaman Duke Louis, tetapi kami tetap berpamitan kepadanya. Setelah berpamitan kepada mereka berdua, kami berempat pun langsung menaiki kereta kuda yang sama dengan yang dinaiki Duchess Arlet. Setelah kami berempat sudah naik ke kereta kuda itu, Duke Louis pun menyusul untuk naik. Setelah itu, kereta kuda yang kami naiki pun mulai bergerak untuk membawa kami ke kediaman Duke Louis yaitu Snow Palace

-

Sekitar 10 menit kemudian, tibalah kami di kediaman Duke Louis. Karena jarak antara kediaman Duke Louis dengan gereja Sancta Lux di kota San Lucia tidak terlalu jauh, waktu yang ditempuh pun juga cukup singkat. Kediaman Duke Louis terlihat tidak mengalami kerusakan sedikitpun. Sepertinya para prajurit ataupun pelayan miliknya telah berusaha sekuat tenaga untuk melindungi kediaman itu.

Lalu, setelah kami tiba di kediaman Duke Louis, banyak prajurit dan pelayan yang langsung menyambut kami. Duke Louis dan Duchess Arlet pun lalu keluar dari kereta kuda yang kami naiki. Mereka berdua lalu menghampiri para prajurit dan pelayan itu.

"Kalian semua, tolong siapkan sebuah kamar kosong yang nantinya akan ditempati oleh Rid. Untuk sementara, Rid akan tinggal di kediaman ini, jadi tolong perlakukan dia dengan baik," ucap Duke Louis.

"Baik, tuan Duke," ucap para prajurit dan para pelayan itu.

"Dan juga, tolong segera siapkan makan malam. Untuk makan malam nanti, sepertinya aku tidak akan makan bersama di ruang makan karena aku akan terus berada di ruangan kerjaku. Ada sesuatu yang harus aku kerjakan jadi aku akan terus berada di ruangan kerjaku. Tolong bantu antarkan makan malamnya ke ruangan kerjaku," ucap Duke Louis.

"Aku juga akan terus berada di ruangan kerjaku karena ada sesuatu yang harus aku kerjakan. Jadi aku juga minta tolong untuk antarkan makan malamnya ke ruangan kerjaku," ucap Duchess Arlet.

"Baik, tuan Duke, nona Duchess," ucap para prajurit dan para pelayan itu.

Setelah itu, Duke Louis dan Duchess Arlet pun langsung bergegas masuk ke kediaman mereka. Beberapa prajurit dan pelayan juga terlihat langsung masuk ke kediaman itu untuk mengerjakan tugas yang diberikan oleh Duke Louis dan Duchess Arlet. Sementara, aku, Irene, Leandra dan Lily yang baru saja turun dari kereta kuda yang kami naiki langsung dihampiri oleh beberapa prajurit dan pelayan. Tetapi, kebanyakan dari prajurit dan pelayan itu memilih untuk menghampiriku. Mereka menawarkan untuk membawa barang-barang milikku yang aku bawa dari asrama akademi. Aku pun menyetujui tawaran mereka yang ingin membawa barang-barangku. Setelah itu, mereka pun langsung mengantarku menuju ruangan kamar yang nantinya akan menjadi kamarku ketika aku tinggal di kediaman ini.

-

Beberapa menit kemudian, aku pun telah tiba di kamarku. Setelah itu, aku mulai merapihkan barang-barangku dan menaruhnya di ruangan itu dengan dibantu oleh beberapa prajurit dan pelayan. Karena aku menaruh barang-barang itu dengan dibantu oleh beberapa prajurit dan pelayan, waktu yang dibutuhkan untuk menaruh barang-barang itu pun tidak lama. Hanya kurang lebih 20 menit saja.

Lalu, setelah aku selesai menaruh barang-barangku, Irene tiba-tiba datang ke kamarku. Irene datang ke kamarku untuk memberitahuku kalau sudah waktunya makan malam. Selain itu, alasan Irene datang ke kamarku juga untuk menjemputku. Karena makan malam akan diadakan di ruang makan, Irene berinsiatif untuk menjemputku karena dia pikir aku belum tahu lokasi ruang makan di kediaman ini. Lalu, karena Irene sudah datang untuk menjemputku, aku dan Irene pun langsung pergi ke ruang makan.

-

Sesampainya di ruang makan, terlihat sudah ada banyak orang di ruangan itu. Orang-orang di ruangan itu terdiri dari anggota keluarga San Lucia, para prajurit serta para pelayan di kediaman ini. Sepertinya keluarga San Lucia tidak membeda-bedakan antara mereka dengan para prajurit dan para pelayan yang menjadi bawahan mereka. Mereka bahkan sampai makan bersama dengan para prajurit dan para pelayan ketika waktu makan telah tiba. Meskipun mereka adalah atasan dan bawahan, tetapi ketika waktu makan, posisi mereka seperti setara.

Lalu, setelah sampai di ruangan itu, aku pun langsung duduk di kursi yang telah disediakan. Setelah itu, aku melihat dan memperhatikan seluruh ruangan itu. Aku tidak melihat Duke Louis dan Duchess Arlet di ruangan itu. Sepertinya mereka masih sibuk dengan pekerjaan mereka sehingga mereka memutuskan untuk tidak ikut makan bersama. Setelah selesai melihat dan memperhatikan ruangan itu, aku pun langsung makan makanan yang disediakan di meja tempatku berada.

-

Setelah selesai makan malam, aku memutuskan untuk kembali ke kamarku. Irene juga memutuskan untuk kembali ke kamarnya karena dia bilang kalau dia sangat lelah hari ini. Jadi dia ingin segera kembali ke kamarnya dan beristirahat. Namun, sebelum aku memutuskan untuk kembali ke kamarku, aku memilih untuk mengantar Irene terlebih dahulu untuk menuju kamarnya.

Lalu, ketika aku sedang mengantar Irene untuk menuju kamarnya, entah kenapa aku kepikiran sesuatu. Aku kepikiran tentang kenapa jalan menuju kamar Irene sama dengan jalan menuju ke kamarku. Lalu, tidak lama kemudian, aku pun telah sampai di depan kamar Irene. Setelah sampai di depan kamar Irene, aku jadi tahu kenapa jalan menuju kamar Irene sama dengan jalan menuju ke kamarku. Itu karena kamar Irene dan kamarku ternyata bersebelahan, sama seperti saat di akademi dimana asrama kami juga bersebelahan.

"Aku tidak menyangka kalau ternyata kamar kita bersebelahan," ucapku.

"Maaf karena belum memberitahumu soal ini, Rid. Ngomong-ngomong, terima kasih karena telah mengantarku, Rid. Kalau begitu, aku masuk ke kamarku dulu. Aku sangat lelah dan ingin segera tidur. Selamat malam, Rid," ucap Irene.

"Iya, selamat malam, Irene," ucapku.

Setelah itu, Irene pun masuk ke dalam kamarnya. Setelah Irene sudah masuk ke dalam kamarnya, aku pun langsung pergi ke kamarku yang berada di sebelah kamar Irene. Aku lalu langsung masuk ke dalam kamarku itu. Sama seperti Irene, aku juga merasa cukup lelah hari ini. Karena itu, aku pun juga memutuskan untuk langsung berbaring di kasur dan memilih untuk tidur.

-

Keesokan harinya.

Surat kabar yang berisi tentang penyerangan yang terjadi kemarin pun sudah diterbitkan oleh Diganta. Banyak berita-berita menarik yang mengejutkan dan menghebohkan di dalam surat kabar yang baru terbit itu. Tetapi dari banyaknya berita yang ada pada surat kabar itu, ada satu berita yang sangat menghebohkan yang ada pada surat kabar itu. Berita yang sangat menghebohkan itu berhubungan dengan Rid Archie. Di surat kabar itu, diberitakan kalau Rid Archie lah yang telah mengalahkan dan membunuh dalang utama yang merencanakan penyerangan terhadap seluruh wilayah kerajaan San Fulgen, yaitu Duke Remy. Selain itu, di surat kabar itu juga memberitakan kalau Rid Archie memiliki kemampuan sihir penyembuhan yang luar biasa karena dia berhasil menyembuhkan semua orang yang terluka di San Fulgen Akademiya seorang diri.

-Bersambung