webnovel

Chapter 327 : Hubungan Yang Serius part 2

Pukul 10.00 pagi.

Kami para murid tahun keempat saat ini sedang berada di tempat latihan prajurit Duke San Lucia untuk melaksanakan ujian keempat hari pertama. Berbeda dengan ujian keempat tahun sebelumnya yang mana kami hanya diberi ujian untuk melukai prajurit yang menjadi lawan kami, di ujian keempat hari pertama kali ini, kami diharuskan untuk mengalahkan prajurit yang menjadi lawan kami dalam waktu 10 menit.

Bagiku, ujian ini sama seperti ujian keempat sebelumnya. Karena di ujian keempat sebelumnya, aku selalu mengalahkan prajurit yang menjadi lawanku, meskipun saat itu ujiannya hanya disuruh untuk melukai prajurit yang menjadi lawanku. Sama seperti ujian keempat sebelumnya, kali ini aku pun berhasil mengalahkan prajurit yang menjadi lawanku dan dinyatakan berhasil dalam ujian keempat hari pertama ini.

Karena aku sudah melaksanakan ujian keempat di hari pertama, aku pun langsung pergi ke bagian luar tempat latihan prajurit Duke San Lucia untuk menunggu murid lain yang masih melaksanakan ujian. Sebelum semua murid selesai melaksanakan ujian, murid-murid yang sudah selesai melaksanakan ujian tidak boleh pergi meninggalkan kediaman Duke San Lucia. Tetapi murid-murid itu diperbolehkan untuk berkeliling di kediaman Duke San Lucia. Aku memilih untuk tidak berkeliling dan memilih untuk duduk di kursi yang ada di bagian luar tempat latihan prajurit Duke San Lucia.

Saat aku duduk di kursi itu, aku pun terdiam sambil mengingat tentang kejadian tadi malam, yaitu saat Irene memintaku untuk menjadi pasangannya. Tentu pasangan dengan hubungan yang serius, bukan hubungan yang pura-pura.

-

~Flashback~

Malam sebelumnya, di kamar tempat Rid dan Irene bermalam.

"Aku menyukaimu, Rid. Aku ingin kamu menjadi pacarku. Tidak hanya pacarku saja, tetapi aku ingin kamu menjadi pasanganku untuk kedepannya," ucap Irene dengan ekspresi yang terlihat serius.

Aku pun sedikit terkejut dengan perkataan Irene.

"Kamu menyukaiku ?," tanyaku.

"Iya," ucap Irene.

"Sejak kapan kamu menyukaiku, Irene ?," tanyaku.

"Mungkin saat kamu menolongku dan menggendongku setelah pertarunganku dengan putri Amelia di pertandingan harian saat kita masih di tahun pertama. Namun, rasa sukaku kepadamu saat itu masih sangatlah kecil. Lalu rasa sukaku kepadamu secara perlahan mulai meningkat. Apalagi saat kamu secara tidak langsung telah menggagalkan rencana pembunuhan terhadap seluruh keluarga kami, rasa sukaku kepadamu bertambah besar. Lalu puncaknya, saat tadi kamu telah berhasil membangunkan ibundaku dari tidur panjangnya. Ibundaku merupakan salah satu orang yang aku sayangi, melihatmu telah berhasil membangunkan beliau dari tidur panjangnya membuatku semakin menyukaimu. Karena itu, aku memutuskan untuk memberitahumu tentang perasaanku," ucap Irene.

"Begitu ya, jadi kamu sudah menyukaiku sejak kita berdua masih berada di tahun pertama," ucapku.

"Iya. Jadi bagaimana, Rid, apa kamu mau menjalin hubungan serius denganku ?," tanya Irene.

Aku pun terdiam selama beberapa saat setelah Irene menanyakan itu. Tidak lama kemudian, aku pun mulai menjawab pertanyaan Irene.

"Apa kamu serius ingin menjalin hubungan denganku, Irene ?," tanyaku.

"Iya, aku serius," ucap Irene dengan ekspresi yang terlihat serius.

"Sebelumnya aku sudah memberitahumu tentang impianku kan, Irene ?," tanyaku.

"Iya, kamu sudah memberitahunya. Impianmu adalah untuk membuat dunia ini menjadi satu dan membawa kedamaian ke seluruh dunia ini," ucap Irene.

"Itu benar. Karena itu, setelah lulus dari akademi ini, aku mungkin tidak akan menetap lama di kerajaan ini. Meskipun aku berniat untuk menjadi salah satu komandan prajurit kerajaan ini, tetapi aku tidak berniat untuk menjadi komandan yang bertugas untuk menjaga wilayah ini. Jika nanti aku sudah menjadi salah satu komandan, mungkin aku akan mengusulkan kepada Yang Mulia Ratu agar aku bisa memimpin sebuah pasukan baru, yaitu pasukan yang bertugas untuk membangun kerja sama dengan kerajaan atau negara lain. Yang Mulia Ratu mungkin akan menyetujui ideku ini karena beliau pastinya juga ingin kerajaan ini memiliki kerja sama dengan kerajaan atau negara lainnya. Di sisi lain, dengan adanya kerja sama antara kerajaan San Fulgen dengan kerajaan lainnya, itu juga akan membangun hubungan perdamaian antara kerajaan yang bekerja sama itu. Hal itu sesuai dengan impianku yang ingin membuat dan membawa kedamaian ke seluruh dunia ini. Untuk mencapai impianku itu, harus dimulai dari beberapa kerajaan terlebih dahulu sampai akhirnya meluas hingga ke seluruh dunia ini,"

"Oleh karena itu, jika kita menjalin hubungan serius, mungkin akan sulit karena aku tidak akan sering berada di kerajaan San Fulgen ini, sedangkan kamu yang merupakan putri seorang Duke, pastinya akan tetap berada di kota San Lucia setelah lulus nanti," ucapku.

"Tidak, aku tidak akan terus menetap di kota San Lucia setelah lulus nanti. Aku memutuskan untuk ikut bersamamu dalam mencapai impianmu itu. Lagipula, impianmu itu terdengar sangat menarik. Jadi aku ingin melihat secara langsung langkah-langkah yang akan kamu lalui untuk mencapai impianmu itu," ucap Irene.

Aku sedikit terkejut saat mendengar perkataan Irene.

"Kamu ingin ikut bersamaku ? Meskipun kamu adalah seorang putri Duke ?," tanyaku.

"Iya. Lagipula putra atau putri seorang Duke tidak harus tetap tinggal di kediaman orang tua mereka. Memang aku saat ini belum bilang kepada ayahanda atau ibundaku, tetapi aku yakin mereka akan mengizinkanku apabila aku bilang kepada mereka kalau aku akan ikut pergi bersamamu," ucap Irene.

"Tetapi jika kamu ikut bersamaku, kamu mungkin akan terlibat dalam pertarungan melawan orang atau makhluk yang lebih kuat. Apa kamu tidak apa-apa akan hal itu ?," tanyaku.

"Iya. Aku sudah tahu kalau untuk mencapai impianmu itu tidaklah mudah, pasti akan ada orang yang tidak suka dan menentang. Mereka yang tidak suka itu mungkin akan menyerang kita, pertarungan sudah pasti tidak bisa dihindari lagi,"

"Kamu tidak perlu khawatir, Rid, aku akan membantumu apabila kita terlibat dalam pertarungan. Aku juga berjanji kalau aku tidak akan membebanimu. Aku akan terus latihan agar aku terus bertambah kuat setiap harinya,"

"Kelihatannya kamu sengaja membahas tentang impianmu itu setelah aku bilang kalau aku menyukaimu. Alasan kamu melakukan itu agar aku memikirkan kembali tentang permintaanku yang ingin agar kita menjalin hubungan serius, kan ? Sayangnya itu tidak berhasil, Rid. Sebelum aku bilang kalau aku menyukaimu dan memintamu untuk menjalin serius, aku sudah memikirkan tentang hal-hal lain seperti impianmu itu. Aku tidak masalah dan tidak keberatan akan hal itu. Aku tetap ingin memintamu untuk menjalin hubungan serius denganku," ucap Irene.

Aku pun langsung terdiam setelah mendengar perkataan Irene. Aku terdiam sambil memikirkan jawaban apa yang harus aku berikan kepada Irene. Aku cukup lama terdiam sambil memikirkan itu. Beberapa menit kemudian, aku pun telah memutuskan jawabanku dan langsung memberitahukan jawabanku itu kepada Irene.

"Baiklah, jika kamu tidak keberatan tentang impianku itu, aku akan menerima permintaanmu. Tidak hanya kamu yang menyukaiku, aku pun juga menyukaimu, Irene. Jadi, ayo kita mulai menjalin hubungan yang serius," ucapku.

~Flashback berakhir~

-

Kembali ke bagian luar tempat latihan prajurit Duke San Lucia.

Aku masih terdiam sambil memikirkan tentang kejadian semalam. Karena kejadian semalam, aku pun secara resmi telah menjadi pacar Irene dan menjalin hubungan yang serius dengannya. Hubungan diantara kami berdua sudah bukan hubungan yang pura-pura lagi. Meski begitu, walaupun kami telah menjalin hubungan yang serius, sikap dan perlakuan Irene kepadaku mulai dari setelah kejadian itu sampai saat ini masih sama seperti biasanya. Irene pun tidak terlihat canggung saat berbicara denganku. Aku pun juga bersikap seperti biasanya ke Irene. Yah, itu lebih baik daripada masing-masing dari kita menjadi canggung karena berubahnya hubungan kita.

Sementara itu, disaat aku sedang terdiam, tiba-tiba ada seseorang yang menepuk pundakku. Aku pun langsung menoleh untuk melihat siapa yang menepuk pundakku. Ternyata yang menepuk pundakku adalah Charles.

"Jadi kamu ada disini, Rid," ucap Charles.

"Charles. Kamu hanya sendiri saja ? Dimana yang lainnya ?," tanyaku.

"Mereka masih ada di dalam tempat latihan, mereka masih ingin melihat ujian yang dilakukan murid lainnya," ucap Charles.

"Begitu ya," ucapku.

"Kamu sendiri kenapa ada disini, Rid ? Dan kenapa kamu seperti melamun tadi ?," tanya Charles.

"Aku hanya ingin mencari udara segar, makanya aku memilih tempat ini. Saat kamu tadi melihatku sedang terdiam, aku hanya sedang memikirkan sesuatu. Sesuatu itu bukanlah sesuatu yang penting, jadi kamu tidak perlu khawatir," ucapku.

"Hmmmm begitu ya," ucap Charles.

-

Sementara itu, di gerbang kediaman Duke San Lucia.

Terlihat Ratu Kayana baru saja turun dari sebuah kereta kuda yang terparkir di depan gerbang kediaman Duke San Lucia. Setelah turun dari kereta kuda itu, Ratu Kayana langsung berjalan menuju gerbang kediaman Duke San Lucia. Tidak terlihat ada komandan Oliver ataupun Caroline yang ikut menemani Ratu Kayana. Ratu Kayana hanya ditemani oleh beberapa prajurit saja.

Kemudian, Ratu Kayana telah sampai di depan gerbang kediaman Duke San Lucia. Lalu para prajurit Duke San Lucia yang sedang menjaga gerbang pun langsung menyambut Ratu Kayana.

"Salam hormat, Yang Mulia Ratu. Saya sudah mendapatkan informasi dari tuan Duke kalau Yang Mulia Ratu ingin datang ke kediaman ini untuk menjenguk nona Duchess. Izinkan kami untuk mengantar anda ke dalam kediaman," ucap salah satu prajurit.

"Iya, kedatanganku kesini adalah untuk menjenguk nona Duchess San Lucia. Tolong antarkan aku," ucap Ratu Kayana.

"Baik, Yang Mulia Ratu," ucap prajurit itu.

-

10 menit kemudian, kembali ke bagian luar tempat latihan prajurit Duke San Lucia.

Aku dan Charles saat ini sedang mengobrol di tempat itu. Disaat aku sedang mengobrol, aku merasakan ada seseorang yang mau menghampiriku. Aku pun langsung menoleh ke arah orang yang mau menghampiriku. Saat aku sudah menoleh dan melihat orang itu, ternyata orang itu adalah komandan Asier.

"Jadi kamu ada disini, Rid. Selain itu, ada pangeran Charles juga," ucap komandan Asier.

"Kakak Asier," ucapku.

Aku sudah tahu kalau komandan Asier datang ke kediaman ini karena tadi pagi aku bertemu dengannya di kediaman ini. Dia bilang kalau dia sudah ada di kediaman ini sejak sore kemarin disaat aku dan yang lainnya sedang jalan-jalan berkeliling kota San Lucia.

"Apa kamu sudah menyelesaikan ujianmu, Rid ?," tanya komandan Asier.

"Sudah, memangnya ada apa ?," tanyaku.

"Aku datang kesini untuk menjemputmu. Ayahanda bilang kalau beliau ingin membicarakan sesuatu denganmu. Apa kamu bisa pergi untuk menemuinya sekarang, Rid ?," ucap komandan Asier.

"Jika paman Louis yang memintamu untuk menjemputku dan beliau bilang kalau beliau ingin membicarakan sesuatu denganku, maka aku bisa pergi bersamamu, kak Asier. Lagipula aku juga sudah menyelesaikan ujianku," ucapku.

"Baguslah kalau begitu, ayo kita pergi. Tetapi sebelum itu, pangeran Charles, bolehkah aku meminta tolong kepadamu untuk memberi tahu kepada para pengajar tentang Rid yang dipanggil oleh ayahandaku ? Jika semua murid telah selesai melakukan ujian sedangkan Rid belum kembali untuk berkumpul dengan para murid, tolong beritahu kepada para pengajar kalau Rid sedang menemui ayahandaku," ucap komandan Asier.

"Baik, komandan. Aku akan memberitahu para pengajar nanti," ucapku.

"Terima kasih, pangeran. Kalau begitu, ayo kita pergi, Rid," ucap komandan Asier.

"Iya. Sampai nanti, Charles," ucapku.

"Iya, sampai nanti juga, Rid," ucap Charles.

Lalu aku dan komandan Asier pun pergi meninggalkan Charles untuk menuju kediaman Duke San Lucia.

-

Beberapa menit kemudian.

Aku dan komandan Asier telah berada di kediaman Duke San Lucia. Lalu komandan Asier pergi membawaku ke salah satu pintu ruangan yang ada di kediaman itu. Setelah berada di depan pintu ruangan yang dituju, komandan Asier langsung membuka pintu itu. Komandan Asier pun langsung masuk ke dalam ruangan itu begitu ruangan itu terbuka. Aku yang berada di belakang komandan Asier pun ikut masuk ke dalam ruangan itu. Setelah masuk ke dalam ruangan itu, aku melihat ke sekeliling ruangan itu. Ruangan itu lumayan besar, lalu aku melihat ada banyak orang yang ada di ruangan itu. Orang-orang yang berada di ruangan itu sebagian besar memiliki rambut yang berwarna putih. Orang-orang berambut putih itu adalah anggota keluarga San Lucia.

Sementara itu, komandan Asier yang sudah masuk ke dalam ruangan terus berjalan hingga ke tengah ruangan itu. Aku yang berada di belakang komandan Asier pun juga ikut berjalan ke tengah ruangan. Semua orang yang berada di ruangan itu terlihat sedang melihat ke arahku yang sedang berjalan. Meskipun mereka semua sedang melihat ke arahku, aku tidak merasakan adanya perasaan tidak suka ataupun perasaan benci dari mereka. Kelihatannya mereka semua adalah orang yang baik.

Kemudian, setelah sampai di tengah ruangan, komandan Asier terus berjalan hingga ke depan ruangan. Aku pun terus mengikuti komandan Asier dan kali ini aku juga ikut berjalan hingga ke depan ruangan. Di bagian depan ruangan itu, terlihat ada Duke Louis bersama dengan beberapa orang anggota keluarga San Lucia. Aku juga melihat ada seorang wanita yang berpakaian seperti orang dari luar kerajaan San Fulgen. Alasan aku menganggap seperti itu karena aku tidak pernah melihat ada orang di kerajaan San Fulgen ini yang mengenakan pakaian itu. Wanita itu juga membawa sebuah pedang, namun bentuk pedang itu juga terlihat asing dan berbeda dengan kebanyakan pedang yang digunakan di kerajaan San Fulgen.

Sementara itu, Komandan Asier terus berjalan ke bagian depan ruangan itu. Lalu setelah komandan Asier sudah berada dekat dengan Duke Louis, komandan Asier pun berhenti. Aku yang ada di belakang komandan Asier pun juga ikut berhenti.

"Aku sudah membawa Rid, ayahanda," ucap komandan Asier.

"Kerja bagus, Asier," ucap Duke Louis.

Lalu, komandan Asier pun melangkah kembali ke depan dan kini dia berdiri bersama Duke Louis dan beberapa anggota keluarga San Lucia yang sedang melihat ke arahku.

"Terima kasih karena sudah ikut bersama Asier untuk datang ke ruangan ini, Rid," ucap Duke Louis.

"Sama-sama, tuan Duke," ucapku.

Aku memilih untuk menggunakan panggilan 'tuan Duke' dibanding panggilan 'paman Louis' karena saat ini sedang ada banyak anggota keluarga San Lucia di ruangan ini. Jika aku menggunakan panggilan 'paman Louis', mungkin aku akan dianggap tidak sopan.

"Asier pastinya sudah memberitahu kamu tentang alasan kenapa aku ingin menemuimu. Alasannya karena ada sesuatu yang ingin kubicarakan denganmu," ucap Duke Louis.

-Bersambung