webnovel

SERPIHAN JIWA YANG HILANG

Waktu sudah menunjukkan jam 9 malam. Laptopku masih bependar dalam kamarku yang remang. Secangkir kopi masih setengah isi dan sepiring risol menemani. Tiba-tiba bunyi WA masuk. Ternyata dari Ummu Hani. Kubuka pesan itu. Beliau mengirim dua buah foto sebuah halaman buku. Tertulis pesan dari sebuah buku tentang penyucian jiwa. Kubaca tulisan itu.

Cliing!

Kayaknya ini bagus untuk di taruh di awal tulisan.

"Sesungguhnya setiap perintah dan larangan serta semua yang disebutkan dalam Al Qur'an dan As Sunnah adalah serpihan-serpihan puzzle dalam jiwa kita. Bertauhid bukan hanya salah satu serpihan puzzle terpenting yang harus ada dalam jiwa, tetapi ia bingkai seluruh puzzle. Jika ia hilang maka bentuk bangunan itu tidak akan pernah ada, rapuh dan hancur. Jika ruang puzzle itu kita biarkan kosong maka akan digantikan dengan serpihan semu yang dibuat setan dalam hidup kita yang melahirkan keburukan dan sifat buruk baru yang akan menjadi masalah buat kita kelak"

Kurangkai kata demi kata diatas tuts keyboardku tentang sebuah cerita yang unik. Cerita tentang hilangnya sebuah serpihan jiwa dari seorang perempuan. Entah puzzle jiwa yang mana yang kosong di hatinya sehingga serpihan jiwanya digantikan dengan serpihan jiwa yang semu. Hal ini membuat perempuan itu disukai jin. Dia sering marah, mimpi buruk, malas ibadah bahkan tak rukun dengan suaminya. Bisa jadi puzzle ketakwaan, kesabaran, keikhlasan, rasa syukur dan tawakalnya hilang dari hatinya. Dan saat ini perempuan itu sedang berusaha menyusun serpihan jiwanya menjadi puzzle yang utuh sehingga tak ada lagi peluang setan menciptakan serpihan semu yang makin memperburuk keadaannya bahkan sampai taraf dikendalikan semua inderanya oleh setan jin nasab.

Erma nama perempuan itu. Parasnya cantik, secantik namanya. Dia datang bersama adiknya ke rumah kontrakan Ummu Hani. Perempuan itu bercerita banyak tentang kehidupannya dan berniat minta diruqyah. Kulirik Ummu Hani disebelahku. Seperti biasa beliau hanya tersenyum ketika mendengar setiap orang yang datang kepadanya minta di ruqyah.

"Kenapa minta diruqyah Mbak? Sebaiknya seorang yang beriman pada Allah bisa meruqyah diri sendiri jadi tidak tergantung pada peruqyah. Sebaiknya fokus dekatkan diri kepada Allah dan insyaallah gangguan apa pun juga bisa hilang dengan izin Allah," jelas Ummu Hani

Kedua perempuan itu hanya saling pandang. Kulihat wajah Erma sudah mulai gelisah. Tangannya sejak tadi tak bisa diam. Ummu Hani memberikan banyak nasehat dan mengajari tata cara ruqyah mandiri sebagai penjagaan dan penyembuhan yang memang seharusnya dilakukan sehari-hari oleh seorang muslim. Jadi kalau ada masalah dalam hidup lebih baik bercermin dalam hati masing-masing untuk bertobat. Apakah sudah memenuhi hak-haknya Allah? Apakah sudah menjalankan apa pun yang diperintahkan Allah dan Rasulnya?

Jleb! perkataan Ummu Hani dihatiku.

Tiba-tiba Erma menggeliatkan badannya dan mulai menatap Ummu Hani dengan tajam. Beeugh...jujur saja aku merinding kalau sudah seperti ini. Nasib jadi wartawan media online yang berburu berita aneh. Tapi dengan sigap Ummu Hani menyadarkan Erma hanya dengan membaca surat Al Fatihah yang ditiupkan ke wajah Erma. Perempuan itu pingsan. Ummu Hani mencoba membangunkan Erma dengan menyuruh perempuan itu istighfar.

"Ada menyimpan jimat atau pernah belajar ilmu yang tidak syar'i semacam tenaga dalam atau ilmu hitam? Atau mama abah kakek nenek yang punya jimat atau memiliki ilmu semacam itu juga? Apa di rumah ada menyimpan potongan tali pusat bayi? Kalau ada baik dikubur saja itu bangkai bisa jadi media jin untuk tinggal. Kalau ada gambar-gambar tashwir baik di simpan saja tak usah dipajang," terang Ummu Hani.

"Saya ada menyimpan bekas tali pusat anak. Nanti bisa saja suami saya menguburkannya. Kalau jimat atau mengaji ilmu hitam dan sejenisnya, saya tak pernah melakukannya," jelas Erma

"Tapi ada kan Kak di Pontianak, ayah dan ibu menyimpan senjata trisula yang katanya untuk melindungi keluarga kita. Apa yang seperti itu bisa jadi penyebab jin bisa mengganggu kita?" tanya adik Erma.

"Iya itu yang bisa membuat jin mengganggu secara turun temurun. Istilahnya ji nasab. Modusnya melindungi keluarga dan keturunan, tapi itu sebuah kedzaliman terhadap manusia," jawab Ummu Hani.

Aku hanya bengong mencoba mencerna apa yang mereka bicarakan. Semua kejadian di depan mataku membuat aku bercermin dalam diri dan keluargaku. Tak hanya keluarga terdekat tapi seluruh keluarga besarku, ayah ibuku, apakah mereka melakukan hal yang demikian?

"Begini saja, kalian pulang saja dulu. Coba insyafi diri, dimana kekurangan diri dalam hati yang sekiranya setan bisa masuk. Mulai dari sifat dan perasaan negatif. Ibadah, zikir dan mengaji Al Qur'annya diperbaiki. Tutup aurat sempurna. Coba lakukan ruqyah mandiri yang sudah saya ajarkan. Hubungi saja ayah yang di Pontianak buat meruqyah dan membakar trisulanya. Kita lihat seminggu lagi, apakah ada perubahan" ujar Ummu Hani.

Ok deal! Kami ketemuan seminggu lagi untuk proses ruqyah.

Rumah Erma sederhana. Di dalam sudah menunggu suami, adik, dan mertuanya. Kami disambut hangat dan dipersilakan duduk di karpet yang terhampar di ruang tamu. Setelah berbincang Ummu Hani memulai prosesnya. Belum mulai proses Erma tiba-tiba berubah tingkah laku. Sambil bilang ngantuk dia merebahkan diri tidur di karpet. Ketika disuruh minta maaf kepada suaminya dia juga tak mau. Ummu Hani menyadarkan perempuan itu sampai akhirnya dia mau minta maaf kepada suaminya. Kepala dan perutnya sakit keluh perempuan itu. Ummu Hani mulai melantunkan ayat-ayat ruqyah sampai pada akhirnya trance kembali. Si Jin tak mau keluar sambil teriak teriak.

" Kenapa kamu tak mau keluar?" tanya Ummu Hani

"Aku gak mau. Disini bagus. Jangan usir aku!" kata jin dalam diri Erma.

Ummu Hani melakukan aksinya lagi sampai pada titik jin itu dipaksa keluar. Erma pun muntah-muntah dan terbatuk-batuk.

Ummu Hani pun melanjutkan proses ruqyah lagi. Kali ini reaksinya agak ekstrim. Erma malah mau lari keluar rumah. Tapi suaminya sigap memegangi istrinya agar tak lari keluar.

"Lepaskan aku. Jangan dekati istriku. Dia punyaku. Sampai mati dia akan jadi milikku. Akan kubawa dia!" kata suara melalui mulut Erma.

" Jangan sembarangan ngomong kamu, kujothos kamu, baru tahu rasa. Itu istriku!" kata suami Erma.

"Pak...pian yang sabar. Yang sedang ngomong itu jin yang cinta sama istrinya bapak. Bapak lepaskan saja dulu tangan istri pian. Kita usir keluar dia baik-baik," saran Ummu Hani pada suami Erma.

"Yaa jin. Kamu tak ada hak atas perempuan ini. Dia istri laki-laki itu. Kamu sudah berbuat dzalim. Perempuan ini juga tak mencintaimu. Dia tak ingin hidup denganmu. Sebaiknya kamu keluar dari tubuh ini. Jangan sombong kamu. Makhluk yang sombong hanya akan diadzab kelak di akhirat!" nasehat Ummu Hani pada jin itu.

Lalu Ummu Hani pun mulai membacakan lagi ayat-ayat ruqyah sampai pada titik Erma muntah-muntah dan lemas badannya. Ummu Hani menghentikan proses ruqyah mengingat kondisi Erma yang lemah. Aku sebagai penonton melihat proses itu saja sudah sangat luar biasa terkuras emosi. Kasihan perempuan itu.

"Baiknya terus ruqyah mandiri. Perbaiki kondisi hati dan kesehatannya. Semakin dekatkan diri kepada Allah. Saya cukupkan saja proses ruqyahnya. Kalau masih belum tergerak untuk berubah, diruqyah ratusan kali sekalipun tak kan ada gunanya karena jinnya pasti akan datang lagi. Kayak lalat yang mengerumuni sampah. Buang sampahnya dulu jadi ketika hati sudah jernih bersih, lalat takkan mau datang lagi. Kami peruqyah bukan dukun, kami cuma bantu membacakan ayat saja sama proses pembersihan. Sembuh dan sehat yang kasih Allah bukan karena peruqyah, bukan karena bacaannya. Inggih mbak, belajar ikhlas ya. Ujian hidup dipikir positif saja. Allah sayang sama Mbak. Diuji seperti ini untuk kenaikan tingkat keimanan dan derajat di hadapan Allah. Sebaiknya trisula punya ayahnya Mbak dibakar karena jin nasabnya pasti masih nempel," jelas Ummu Hani tenang.

Sore keesokan harinya aku dapat WA dari adik Erma kalau kakaknya masih suka trance. Kujawab pesan itu menanyakan tentang trisula itu apakah sudah dibakar? Tak lama kemudian WA ku berbunyi. Terpampang jelas di pesan jawabannya belum dibakar. Keluarga besar mereka di Pontianak tidak percaya kalau hal yang menimpa kasus Erma karena trisula itu. Keluarga besarnya masih percaya bahwa trisula itu sebagai senjata warisan turun temurun dari nenek moyang yang harus dijaga sampai kapan pun. Aku termenung. Kasihan perempuan itu yang sedang di zalimi oleh bangsa jin seperti Erma. Sekarang dia harus berusaha berjuang sendiri mengumpulkan kepingan puzzle yang terserak di jiwanya.

Cerita hidup seseorang bisa menjadi guru bagi yang lain. Aku jadi bercermin dalam hati. Wahai hati apa kabarmu?. Alram HP sudah menunjukkan jam 11 malam. Kutatap layar laptopku yang masih bependar. Kopiku sudah habis dan risolku sudah tandas. Bismillah ku kirim ceritaku ke redaktur semoga bisa diangkat di media. Jadi pelajaran hidup buat semua.