CAPTHER 1
sebuah desa kecil di Jepang, hiduplah seorang remaja yang keberadaannya sangat kumuh dan menyedihkan. Dia hidup sendiri tanpa kedua orang tua di sisinya. Ia sangat antusias dalam membuat puisi, bahkan pantun. Dia tidak pandai berkomunikasi dengan orang lain, hidupnya penuh dengan kesepian.
"Langit yang menaungi perbukitan dari luasnya dunia, terlihat sedihnya kehidupan satu orang yang berada di bawahnya." ucap dengan sajak Steve.
Tiba-tiba dia didekati oleh seseorang dari perjalanan jauh, orang itu hendak mengatakan sesuatu kepada Steve.
"Hai nama saya kagura, apakah kamu tinggal di sini sendirian? apakah kamu bekerja?" ucap kagura yang bertanya.
Steve yang ingin menjawabnya kemudian berkata dengan dialog yang tidak biasa. "Dunia ini begitu luas. Hidup ini menerjang bagi orang-orang seperti saya, sejauh ini tidak mungkin untuk melihat kebaikan seperti apa. Kesepian itu menyakitkan tetapi menenangkan" ucap Steve dengan puisinya.
Kagura tercengang mendengarnya, dia tidak mengerti apa yang dikatakan Steve.Tidak lama kemudian, seorang teman dari Kagura menghampirinya.
"Hei kagura ! apa yang kamu lakukan disana (Rumah kecil lusuh), "
"Aku hanya penasaran dengan orang yang tinggal di rumah kecil ini, ternyata dia tinggal sendiri." ucap Kagura.
"Ayo cepat ke kota, urusanku selesai disini" ucap teman Kagura yang bernama Sasa.
Setelah percakapan tersebut, mereka berdua meninggalkan desa tempat Steve berada. Steve yang melihat kedua wanita itu hanya bisa menatapnya sampai mereka pergi jauh.
"Saya berharap saya memiliki kekuatan untuk keluar dari daerah ini, tetapi saya tidak tahu harus ke mana" ucap Steve dalam hati.
Keesokan harinya.....
Hari begitu cerah ditemani secangkir kopi dan suara kicau burung serta semilir angin yang sejuk.
"Betapa indahnya ciptaanmu, mataku begitu jeli melihat setiap warna yang kulihat" Ucap steve dengan puisi seperti biasa.
(seseorang datang) "Hai anak muda, apakah kamu ingin bekerja ? Apakah kamu tertarik untuk menulis ?" kata musafir yang mendengar puisi dari Steve hingga membuatnya tertarik.
"Apa itu ? surat ? apa yang di tulis ? puisi ? pantun ? Aku bisa melakukannya selama aku bisa bergerak" ucap Steve.
"Sebuah cerita yang disebut novel, bisakah kamu melakukannya?" ucap Kalmi yang kini menjadi editor.
"Novel? Aku baru mendengarnya tapi bisakah cerita dalam novel itu digabungkan dengan puisi ?" ucap Steve.
"Tidak apa-apa, tapi harus menarik pembacam. Jika karyamu terkenal maka kamu mendapatkan uang" ucap Steve yang menerima permintaan tersebut.
Dia yang kemudian mendengar persetujuan Steve kemudian mengadakan kontrak dengannya.
"Aku bisa menjadikanmu seorang penulis dengan aku sebagai editor. Tapi ini butuh syarat, kamu harus rajin membuat sesuatu yang lebih menarik" kata Kalmi meyakinkan Steve.
Setelah Steve setuju, seolah-olah nasib Steve berubah drastis. Ia sangat bersemangat menjalani hidupnya kali ini. Kalmi yang menawari Steve untuk meninggalkan desa kecil itu membuatnya sangat kesulitan.
"Tunggu sebentar, ini benar-benar memukulku. Butuh beberapa waktu untuk meninggalkan semuanya termasuk jejak dan kehidupanku selama di sini. "Ucap Steve sambil berpikir.
Tapi Kalmi meyakinkan Steve untuk melakukannya.
"Kamu bisa memikirkannya, tapi ini adalah kesempatan yang tidak akan datang dua kali, aku akan pergi ke kota 3 hari dari sekarang" ucap Kalmi.
Steve yang mendengar hal itu membuatnya ragu, di tengah dia memiliki sesuatu yang sulit untuk dikatakan. Steve bersikeras untuk memikirkannya.
"Oke aku akan pergi sekarang, tolong pikirkan ini sebelum 3 hari kita berangkat ke kota." ucap Kalmi sambil beranjak pergi.
Steve bingung, dia sangat bingung sehingga dia ingin tidur di pagi yang cerah ini.
3 hari kemudian......
Kalmi datang ke kediaman Steve, dia ingin menanyakan keputusannya. Steve yang sudah siap berangkat mengejutkan Kalmi.
"Wow koper, apakah kau memikirkannya dengan matang Steve ?" Tanya Kalmi.
"Ya ! Tentu saja. Ini adalah kesempatan besar bagiku, perjalanan masa muda baru saja dimulai" ucap Steve yang nampak semangat.
Kalmi yang mendengarnya pun tertawa sambil membawa koper Steve ke bagasi mobil.
"Ayo pergi, jangan lupakan sesuatu sebelum kita berangkat" ucap Kalmi sambil berjalan menuju mobil.
"Tentu, tapi apakah jariku bisa membuat dunia mengakuinya nanti?" ucap Steve yang tiba-tiba mengalami keraguan.
"Hmm, mungkin saja jika pekerjaanmu menjanjikan" ucap Kalmi dengan membalas pertanyaan itu.
Steve yang mendengar hal tersebut tidak putus asa atas keputusannya. Ia mengambil langkah baru untuk memulai hidupnya dari awal. Akhirnya mobil Kalmi meninggalkan desa kecil itu, ia dan Steve bergerak cepat menuju kota tempat tujuan Steve.
[ Kota Tokyo - Japan ]
"Hei bangun Steve, kita sudah sampai di Tokyo" ucap Kalmi.
"Ah, apa ini? (terlihat bangunan pencakar langit) wow luar biasa ! apakah ini kota Tokyo ?" ucap Steve kagum melihat sekitarnya .
"Ya Steve, Tokyo adalah kota terkenal di Jepang yang penuh dengan keindahan di berbagai gedung pencakar langitnya" ucap Kalmi sambil menikmati kemudinya itu.
"Oh ya Kalmi, di mana kita tinggal?" "(Menunjuk apartemen) disana! disanalah aku tinggal di kota ini" ucap Kalmi dengan senyuman.
Steve yang melihat apartemen itu terheran-heran dan tidak habis pikir dengan apa yang dilihatnya sekarang.
"Dunia ini sangat besar, bagaimana dengan New York, apa lebih menakjubkan di sana daripada ini?" ucap Steve yang terus bertanya.
"Tentu saja lebih besar" ucap Kalmi yang menjawab pertanyaan Steve.
Mereka berdua bergegas dan mengambil barang-barangnya dari mobil. Dia memasuki ruangan tempat Kalmi berada.
"Sungguh menakjubkan betapa lebar dan tingginya itu." Ucap Steve terkagum.
"Ya, cepat dan pergi ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhmu Steve! kita akan pergi ke tempat aku bekerja" ucap Kalmi.
"Oke, jantungku rasanya berdetak kencang" ucap Steve yang sangat bersemangat.
"Hahahaha. Kau benar, ini pertama kali bagimu" kata Steve yang tertawa terbahak-bahak.
Setelah semuanya beres, dimana Steve dengan pakaian rapi akhirnya mereka beranjak pergi ke perusahaan literasi novel. "Wah, setelan ini cocok banget buatku ya? Iya kan, Kalmi?" ucap Steve menanyai pakaiannya itu.
"Hahaha, kamu sudah tampan kawan, sekarang saatnya bersiap-siap untuk bekerja" "Oke, ayo pergi!"
Kegembiraan mengalir di sekujur tubuh Steve, tetapi tepat saat dia akan mencapai tujuannya.
"Steve ? apa judul karyamu nanti ?, "
"Tunggu! Aku masih berpikir, "
"Bagaimana dengan nama penulis novelmu ?" *Uknown ? "
Kenapa harus itu ? Apakah tidak ada yang lain?"
"Bagaimana jika Ranting Rapuh"
"Wow Steve kedengarannya keren bagiku" ucap Kalmi yang penasaran dengan karya Steve.
Di tengah perjalanan ia mengobrolkan hal tersebut Kalmi tidak sabar akan hal yang dibuat Steve nanti.
"Oke kita ke kantorku sekarang, disana aku kasih petunjuk cara menulis dan sebagainya" kata Kalmi.
Setelah persiapan dan instruksi selesai, Steve ingin menulis sesuatu di komputer yang telah disediakan.
"Apa ini, Kalmi? (menunjuk komputer)"
"Ini komputer, teknologi masa kini yang sangat praktis dalam banyak hal, baik itu menulis sesuatu atau mencari referensi di suatu web (gooogle) "
"Wow bagus sekali, jadi bagaimana cara menulis? Mana pulpennya?"
"Hahaha, kamu lucu sekali Steve. Kamu ketinggalan zaman karena tidak pernah meninggalkan desamu." Kata Kalmi sambil tertawa terbahak-bahak.
Steve yang bingung, tertawa, di sela-sela perbincangan mereka, Kalmi akhirnya menjelaskan semuanya mulai dari cara menggunakan komputer hingga microsoft word, ia juga mengajarkan cara mencari ide dan gagasan di internet.
"Apakah kamu sudah mengerti Steve dengan apa yang ku jelaskan hari ini ?"
"Hmm, ya aku akan mencoba membuatnya sekarang, mungkin ada beberapa kesalahan. Mohon bimbingannya !" ucap Kalmi yang menunduk dengan rasa hormat dan bersyukur kepada Kalmi.
(To be continued )