"Ma Nathan mau pernikahan yang mewah," kata Nathan.
"Yang sederhana aja Nathan," jawab Sherina.
Sudah lebih dari satu jam keduanya bertengkar mengenai acara pernikahan Nathan. Sherina bilang pernikahan Nathan sebaiknya diadakan tertutup saja agar tidak mengundang perhatian publik. Dan juga Sherina memikirkan Freya agar Freya tidak merasa insecure.
Sementara Nathan ingin pernikahannya agar diadakan secara terbuka dan meriah. Karena Nathan berpikir jika pernikahan hanya bisa dilakukan sekali seumur hidup. Jadi Nathan ingin membuat kenangan yang tak terlupakan di acara pernikahannya nanti.
"Mah pernikahan itu cuma sekali seumur hidup doang. Masak sederhana sih ga ada istimewanya," Kekeuh Nathan.
"Nanti malah mengundang perhatian publik lagi. Diberitain dimana-mana malu Nathan," kata Sherina.
"Owh mama ga mau pernikahan Nathan di publikasi karena malu?" Teriak Nathan ke arah Sherina.
"Bukan gitu tapi kamu masih muda sayang. Freya juga ga mungkin kan nyebarin pernikahannya?" Kata Sherina.
"Pokoknya Nathan mau pernikahannya diadakan terbuka plus mewah!" Kata Nathan tetap dengan opininya.
"Rivanno jelasin nih ke anak kamu!" Teriak Sherina ke arah Rivanno yang baru saja turun dari kamarnya.
Bersamaan dengan itu Nicholas juga datang kerumah bersama Raya. Nicholas mengajak Raya untuk membantu sedikit di rumahnya.
"Apa lagi kali ini mama?" Tanya Rivanno lembut.
"Pah, Nathan pokoknya mau pernikahan Nathan diadakan secara mewah bila perlu undang tuh temen papa yang ada di segala penjuru dunia," kata Nathan.
"Oke papa bakal ngasih tahu mereka udah kan?" Tanya Rivanno polos.
"Papa!" Teriak Sherina di sebelah telinga Rivanno.
"Astaga mah budek nih telinga papa dengerin mama teriak-teriak mulu apa lagi, hmm?" Tanya Rivanno lembut.
"Kalo pernikahan diadakan secara terbuka mama ga mau dateng di pernikahan kamu titik!" Teriak Sherina lalu masuk ke dalam kamarnya dengan membanting keras pintu kamarnya.
"Mah rusak loh nanti pintunya," teriak Rivanno.
"Siapa ini Nik?" Tanya Rivanno kepada Nicholas.
"Pacarnya Niko dia mau minta restu juga," jawab Nathan asal.
"Apa?!" Teriak Sherina dan langsung menghampiri keduanya.
"Niko kamu juga? Kayaknya aku mulai sekarang ga ikut kamu ke Afrika lagi deh pa bisa-bisa anak-anak malah ngediriin pabrik anak," kata Sherina sambil memijit pelan pelipisnya.
"Owh nggak tante saya Raya temen deket Freya. Saya kesini mau bantu-bantu sedikit kalo boleh," kata Raya panik.
"Gini-gini ma kita dateng untuk bantuin mama ngejagain Nayara. Gak mungkin kan mama bisa ngatur dua hal sekaligus? Jadi Niko mau mama fokus dulu ke acara Nathan soal Nayara biar Niko yang urus ya?" Nicholas menjelaskan rencananya dengan detail.
"Makasih ya Niko, kamu baik banget pengertian lagi gak kaya saudara kamu tuh," kata Sherina menyindir Nathan.
"Nathan juga pengertian kali ma. Mama bilang pingin cepet punya cucu kan? Udah Nathan kasih," kata Nathan.
"Niko mau ke rumah sakit dulu ya ma," kata Nicholas.
"Hmm hati-hati nanti kalo ada apa-apa langsung kabarin mama. Sama jangan lupa sampaiin permintaan maaf mama ke Naya ya," kata Sherina sambil menunduk.
"Naya pasti ngerti ma," kata Nicholas lalu mencium tangan Sherina dan Rivanno.
"Saya permisi Om Tante," kata Raya.
****
"Kok gak dimakan baby?" Tanya Andrew kepada Dita yang hanya mengaduk-aduk makanannya.
"Ga suka hambar," kata Dita.
"Tada," kata Gisel sambil mengangkat sebotol saos sambal yang Ia bawa dari Indonesia.
"Wah Gisel Gue mau dong," kata Dita.
"Gue juga Sel," kata Bastian.
"Tenang ya anak-anak ibu bagikan secara merata nih," kata Gisel seolah dirinya adalah seorang guru.
"Woy Chris sini!" Panggil Andrew.
Chris dan Karin datang dengan wajah juteknya.
"Ngapa tuh muka?" Tanya Bastian bingung.
"Yang kemarin jalan-jalan ga ngajak-ngajak check!" Kata keduanya serempak.
"Astaga Gue lupa sama kalian sorry sorry," kata Dita sambil menyatukan kedua telapak tangannya.
"Gapapa kok Dit kita berdua kan invisible," kata Karin dengan wajah julidnya.
"Yah Lo mah ga asik ngambekan," kata Dita.
"Terserah Gue lah! Wajar dong Gue ngambek orang Lu duluan yang ngelupain Gue," kata Karin tak mau kalah.
"Kan Gue udah minta maaf lagian kemarin Gue jalan juga sambil ngejalanin misi," jawab Dita.
"Misi apa emangnya? Sepenting itukah sampe Lo ngelupain Gue?" Tanya Karin.
"Misi nyatuin Gisel sama Bastian biar jadian," bisik Dita ditelinga Karin.
"Owh paham-paham," kata Karin sambil mengangkat kedua jempolnya.
"Apaan kok udahan ributnya? Lanjut dong gantung amat," kaga Chris dan mendapat cubitan dari Karin.
"Ngawur banget! Gue jadiin pepes Lu disini mau?" Kata Karin ngegas.
"Bisik-bisik apa tadi?" Tanya Gisel penasaran.
"Ada deh nanti kalo udah waktunya Lo pasti tahu kok," kata Dita dan Karin sambil cekikikan.
"Yaudah balikin sambelnya," kata Gisel merajuk.
"Ihh gaseru Lo ngambekan!" Kata Karin.
"Lo juga ya! Tiba-tiba dateng pake muka algojo!" Teriak Gisel tak mau kalah.
"Ck makan buruan! Keburu bel nanti," kata Bastian mencoba melerai keduanya.
Gisel dan Karin melanjutkan memakan makan siang mereka dengan tatapan tajam yang diarahkan untuk satu sama lain.
****
"Baiklah anak-anak cukup kegiatan kita hari ini," kata pak Arya.
Siswa laki-laki yang tengah berlatih voli menyudahi kegiatan mereka. Satu persatu siswa merapikan alat-alat olahraga mereka. Mulai dari tas, bola, dan juga botol minum. Para siswa akhirnya berbaris dihadapan pak Arya.
"Silahkan ketua tim pimpin doanya," kata pak Arya.
"Teman-teman mari kita berdoa menurut agama dan kepercayaan masing-masing. Berdoa dimulai," suasana yang tadinya ribut dan bising mendadak menjadi tenang. Seluruh siswa menundukan kepala dan memejamkan mata mereka sembari melafalkan doa dari dalam hati.
"Berdoa selesai," kata ketua tim dan kembali ke barisan semula.
"Minggu depan kita akan mengadakan battle dengan SMA Galaxy. Bapak minta kalian semua berlatih lebih giat dan lebih fokus untuk turnamen kali ini. Dan satu hal lagi jangan lupa untuk bahagia," kata pak Arya menutup kalimat.
"Bapak bisa aja," kata Jesse sambil berpose seperti tersipu.
"Bisa aja kamu Jesse," kata pak Arya sambil memukul pelan dada Jesse.
"Bisa-bisanya Lo tetep senyum padahal pacar Lo lagi koma," celetuk salah seorang siswi yang tengah menonton dari pinggir lapangan.
"Emang Gue harus gimana?" Tanya Jesse memasang wajah bingung.
"Biasanya kan kalo orang pacaran terus pacarnya di rumah sakit pasti jadi lebih kalem gampang marah terus pendiem. Kok Lo sebaliknya sih? Malahan sesudah Nayara koma Lo kayak bahagia gitu," kata temannya yang ada disebelah siswi itu dengan wajah menyebalkannya.
"Owh jadi Gue harus marah mulu gitu? Cuek, dingin, ngamuk-ngamuk gak jelas gitu?" Tanya Jesse berpura-pura polos.
"Jangan-jangan Lo punya simpenan ya?" Tanya siswi itu lagi.
"Hmm gini deh Gue mau klafi, karisi, klarisikafi, ahhh intinya klarifikasi. Kalau misalnya Gue bertingkah kaya gitu emang bisa bingin Nayara sadar? Kalau Gue sedih mulu emang bisa bikin Nayara ngerespon Gue? Enggak kan? Jadi ya percuma sedih lah lagian Gue juga ga perlu kali nunjukin kalau Gue sedih di depan semua orang. Jatuhnya lemah tahu gak. Biarin Nayara doang yang ngelihat sisi lemah Gue yang lain ga perlu," kata Jesse panjang lebar tak lupa dengan nada konyol khas Jesse.
"Cih!" Siswi itu berdecih dan meninggalkan lapangan.
"Bagus Jesse," kata pak Arya sambil menepuk-nepuk pundak Jesse.
"Oke kalian boleh bubar. Inget bubar jangan mampir ke rumah pacar lo kalian!" Peringat pak Arya.
"Saya jomblo pak!" Teriak salah satu murid sehingga membuat semua siswa tertawa terbahak-bahak.
"Ya kalau jomblo cari dong!" Teriak pak Arya.
"Gue duluan ya," kata Reihan sambil menepuk pundak Jesse.
"Yoi! Btw mukanya jangan melas gitu bisa gak sih? Jatuh harga diri Gue nih," kata Jesse sambil bercanda.
"Sabar ya," kata Reihan sebelum benar-benar pergi.
"Dibilangin jangan kaya gitu!" Teriak Jesse.
Reihan merasa iba setelah melihat perlakuan ibu Nayara kepada Jesse. Reihan kebetulan ada disana untuk menjenguk kerabatnya dan melihat semua kejadian itu. Padahal Jesse tidak main-main dengan hubungannya bersama Nayara.