Saat luka pada lehernya telah meloloskan darah berwarna merah membasahi kemeja yang melekat di tubuhnya. Kini, rasa pedih mulai terasa, meskipun itu tidak berarti apa-apa baginya. Bukan rasa sakit yang membuatnya merasa murka, tetapi tawaran yang jarang sekali ia katakan malah dianggap remeh oleh para penjahat tersebut.
Posisi Axel yang kini masih mendongak saat lehernya terkena tajamnya pisau dan terlihat empat pria penjahat itu sama-sama tertawa, melihatnya hanya diam saja tanpa melawan.
"Lihatlah turis asing ini! Dia tadi berlagak dengan mengatakan akan menjadikan kita sebagai alas kaki. Akan tetapi, dia tidak bisa berbuat apa-apa saat lehernya berdarah," ejek salah satu pria yang menatap dengan penuh seringai jahat.
Sementara tiga pria yang lain sibuk tertawa menanggapi kalimat sindiran dari rekannya. Seolah mereka tengah melihat sebuah adegan film yang lucu dan mengocok perut.
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com