Yessy mendadak mendapatkan sebuah ide untuk menjebak Zelyn dengan pria lain setelah mendengar penjelasan dari sahabatnya tersebut. Sejujurnya dulu, ia sangat menyayangi Zelyn seperti saudaranya sendiri. Karena ia berteman sudah dari SMA, tetapi lama-kelamaan rasa iri itu muncul saat sahabatnya itu jadian dengan pria yang diam-diam ia cintai.
Ia selalu merasa kalah bersaing dalam hal apapun dengan Zelyn, karena dalam segala hal, selalu ada dibelakang sahabatnya tersebut. Bahkan pria yang selalu diincarnya malah menyukai sahabatnya dan tidak pernah meliriknya. Saat berada di samping Zelyn, Yessy merasa seperti tersisihkan. Baik dalam hal prestasi maupun dalam hal yang menyangkut lelaki.
Awalnya ia mengubur dalam-dalam perasan irinya. Akan tetapi, saat ia yang pertama kali bertemu dengan Ardhan secara tidak sengaja menolongnya ketika ban mobilnya bocor dan langsung membuatnya jatuh cinta pada pandangan pertama. Namun, saat ia mengenalkan Ardhan dengan Zelyn, yang terjadi adalah ia merasa patah hati ketika pria yang dicintainya malah mengungkapkan cinta pada sahabatnya.
Rasa frustasi yang dirasakannya semakin menjadi saat Ardhan melamar Zelyn dan akan menikah satu bulan lagi. Hal itulah yang membuatnya menjadi lebih membenci sahabatnya secara diam-diam dan berniat menghancurkan kebahagiaan Zelyn.
Yessy yang dari tadi mengamati Zelyn yang tengah menikmati keripik kentang, sekilas melihat ada yang aneh di punggung tangan sahabatnya. Refleks ia menggeser tubuhnya dan langsung menahan tangan Zelyn.
"Kenapa dengan tanganmu?" Mengamati tanda merah yang membekas di punggung tangan putih Zelyn dengan menatap curiga.
Zelyn yang merasa sangat kebingungan, refleks menarik tangannya yang saat ini diamati oleh Yessy. "Bukan apa-apa. Ini tadi aku tidak sengaja kepentok meja saat berada di tempat si bocah edan itu."
Merasa tidak yakin dan juga sangat curiga pada perkataan dari Zelyn, membuat Yessy yang mengerti bahwa bentuk tanda merah itu seperti sebuah kiss mark, refleks langsung menghakimi sahabat baiknya yang saat ini terlihat sangat gugup.
"Zelyn, cepat katakan padaku sebelum semuanya terlambat. Sepertinya aku tahu itu apa dan mungkin Ardhan pun mengetahui itu apa," ucap Yessy dengan tersenyum mengejek.
Zelyn membulatkan kedua matanya begitu mendengar perkataan yang lebih terdengar seperti sebuah ancaman dari sahabatnya. "Astaga, memangnya apa ini? Bukankah aku sudah mengatakannya padamu!"
"Itu bukan kepentok meja, tetapi itu jelas-jelas kiss mark, Zelyn Sayang. Apakah si bocah edan yang melakukannya padamu tadi saat kalian berada di dalam kamar? Astaga, aku bahkan masih berpikir kamu belum pernah berciuman, tetapi ternyata kamu malah berselingkuh sebelum menikah." Yessy menatap tajam ke arah Zelyn dengan tatapan menghakimi sambil tangannya bersedekap di dada.
Zelyn refleks langsung menepuk pundak sahabatnya, dengan kesal. "Astaga, ngomong apaan sih kamu, Yes. Aku memang belum pernah berciuman sama sekali. Apalagi berselingkuh seperti yang kamu tuduhkan. Jadi, jangan asal menuduh, ya!"
Yessy masih belum bisa menghapuskan rasa curiganya karena merasa sangat yakin bahwa yang ia lihat adalah sebuah kiss mark. Tentu saja ia bukanlah wanita polos seperti sahabatnya yang mempunyai prinsip konyol karena tidak ingin berciuman demi menjaga harga dirinya sebagai seorang wanita.
"Aku tidak asal menuduh, Zelyn. Karena aku tahu bahwa itu memang sebuah ...." Yessy tidak melanjutkan perkataannya karena kalimatnya dipotong oleh Zelyn.
"Iya ... iya, mungkin kamu benar dengan mengatakan ini adalah sebuah kiss mark. Akan tetapi, bagiku ini adalah sebuah lambang syetan. Si bocah edan itu tadi mau memberikan aku napas buatan saat aku berpura-pura pingsan."
"Jadi, saat aku membuka mataku dan melihat ia sudah mendekatkan wajahnya, membuatku refleks langsung menutup bibirku dengan tanganku. Namun, ia malah menggigit tanganku. Benar-benar gila dia," ujar Zelyn yang merasa sangat kesal saat membayangkan kejadian di hotel.
Yessy bisa melihat ekspresi marah Zelyn saat mengepalkan tangannya, tidak lupa wajah masam dan bibir yang mengerucut terlihat jelas di sana. "Pria itu sepertinya sangat bernafsu padamu, Zelyn. Kamu harus berhati-hati. Akan tetapi, coba jelaskan padaku kenapa kamu pura-pura pingsan tadi."
Refleks Zelyn yang mengingat kejadian di dalam kamar hotel, refleks membuatnya bergidik ngeri. Apalagi saat ini ia membayangkan peluru mendarat di kepalanya dan akan menghancurkan isi otaknya.
"Mungkin jika kamu melihat apa yang aku alami, kamu akan benar-benar gila. Karena jujur aku tadi hampir gila karena stres."
"Astaga, jangan berbasa-basi, Zelyn. Cepat katakan padaku mengenai apa yang terjadi! Aku penasaran dengan si bocah edan itu," seru Yessy yang saat ini tengah menatap intens wajah Zelyn.
Sebenarnya Zelyn sangat malas membahas tentang Axel, tetapi karena Yessy memaksa dan selalu berisik, membuatnya merasa tidak ada pilihan lain dan mulai menceritakan tentang apa yang barusan dialaminya saat selamat dari kematian.
Sementara itu, Yessy langsung membekap mulutnya begitu mendengar cerita dari Zelyn. Rasa terkejut yang saat ini terlihat, sangat berbeda dengan isi hatinya yang sebenarnya bahwa ia bersorak kegirangan karena mendengar penderitaan dari sahabatnya.
'Sepertinya aku tidak perlu bersusah payah untuk menghancurkanmu, Zelyn. Ternyata ada seseorang yang sudah menyiksamu perlahan-lahan. Sepertinya pria ini bukan orang sembarangan karena membawa pistol kemana-mana. Semoga pria itu adalah jodohmu, Zelyn. Karena Ardhan akan menjadi milikku setelah mengakhiri hubungan kalian,' gumam Yessy di dalam hati.
"Gila banget itu orang, Zelyn. Sepertinya dia bukan pria sembarangan. Kamu harus berhati-hati pada pria itu karena kalian akan sering bertemu dan berinteraksi. Jangan sampai Ardhan salah paham padamu," ujar Yessy yang berusaha menghibur sahabatnya.
Zelyn mengangguk perlahan dan menatap intens Yessy. Ia memegang tangan sahabatnya dan menampilkan wajah penuh permohonan.
"Tolong jangan memberitahukan tentang hal ini pada Ardhan. Aku mungkin bisa gagal menikah jika sampai Ardhan mengetahui hal ini, karena dia pasti akan sangat marah dan salah paham saat melihat ini. Aku akan menutupi bekas ini dengan penutup luka saja."
"Tentu saja aku tidak akan memberitahukan pada Ardhan. Kamu tenang saja. Sekarang aku ambilkan plester untuk menutupi bekas kiss mark itu." Yessy bangkit dari sofa dan berjalan ke arah belakang untuk mengambil kotak obat.
Sementara itu, Zelyn langsung berteriak dengan wajah yang berbinar. "Terima kasih, sahabat terbaikku. Aku sangat menyayangimu, Yessy."
Zelyn mengamati bekas merah di punggung tangannya. "Rasanya aku sangat ingin menghilangkan ini secepatnya, tetapi tidak bisa karena kata orang-orang, kiss mark itu akan semakin jelas terlihat dan beberapa hari baru hilang bekasnya.
"Rasanya aku seperti seorang wanita yang sedang berselingkuh di belakang calon suamiku." Zelyn kembali menggosok tangannya agar bekas ciuman liar itu hilang dari tangannya. Namun, ia meringis kesakitan saat menggosok terlalu kuat.
"Sial ... sial ... sial! Rasanya malah semakin panas saat aku gosok. Bukannya hilang, yang ada, tanganku malah semakin merah," keluh Zelyn yang masih tidak mengalihkan pandangannya pada bekas ciuman dari bibir pria yang dianggapnya sangat menjijikkan.
TBC ...