Baper reading.
****
"Jadi, bagaimana?" tanya Ai pada Vano.
"Aku tak tahu," ucap Vano sambil menunduk.
"Harus ada yang memberi tahunya," ucap Ai dengan wajah sedih.
"Tapi, Aku tak tega mengatakannya," ujar Vano dengan lemah.
"Apalagi aku, baru menatap Lizz saja aku sudah ikut sedih," kata Ai mulai meneteskan air mata.
Vano menyugar rambutnya ke belakang karena bingung. Kakaknya Lizz itu terlalu lembut, terlalu perasa dan rapuh. Apa yang akan terjadi dengannya kalau tahu suaminya sudah meninggal. Membayangkannya saja Vano ikut merasa sesak dan sedih.
"Kenapa, Marco harus pergi? Padahal mereka baru menikah selama enam bulan pasti lagi mesra-mesranya. Nasib Liz sungguh malang. Hiks ... baru merasakan cinta, hiks ... sekarang dia malah menjanda hiks …" ucap Ai dengan air mata yang bercucuran. Tak sanggup lagi menahan kesedihan, melihat Maid sekaligus teman satu-satunya mengalami nasib yang sangat mengenaskan.
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com