Saat Jung Kook masuk ke dalam rumah, ia melihat Hana sedang menunggu di meja makan. Hana sudah menyiapkan tiga gelas dan juga scoop es krim.
Hana mulai menyekop es krim. Ia mengisi masing-masing gelas dengan dua scoop.
Jung Kook melihat Hana yang dengan lahap memakan es krim rasa mint choco.
"Mint choco ternyata enak, ya."
"Memang enak dari dulu. Noona aja yang nggak mau makan."
"Tadi gimana audisinya?" Hana bertanya.
"Banyak yang ikut audisi. Kemungkinan Kiki lolos sangat kecil. Mereka banyak yang berbakat. Tapi Kiki pinter akting sedih. Air matanya cepet banget netesnya. Jangan-jangan Kiki nangis saat nggak kita beliin mainan itu tangisan palsu?"
"Kayaknya ... Kookie ... Besok kita ke ..."
"Namsan tower." Jung Kook menyela Hana.
"Kok tahu?" Hana bingung.
Apa jangan-jangan sekarang Jung Kook bisa baca pikiran?
"Tau gitu aja."
Semua yang terjadi saat Noona hamil Kiki terjadi lagi.
Aku jadi tambah yakin di perut Noona sudah ada adik Kiki.
Jung Kook menyentuh pelipis Hana ~ Sudah normal. Noona sudah baikan.
Namsan tower itu ngidam Noona yang paling berat. Menaiki dan menuruni anak tangga sebanyak ratusan. Belum lagi harus Piggy back Noona.
Flashback
Saat Hana masih mengandung Kiki. Saat di tangga atas Namsan tower ...
"Kookie ... Jongkok bentar," pinta Hana.
Jung Kook menuruti permintaan Hana. Ia pun jongkok. Walaupun ia bingung untuk apa ia jongkok. Tangan Hana langsung bergelayut di leher Jung Kook sedangkan kakinya di pinggang Jung Kook.
Noona minta digendong?
Alamak ...
Tangganya ratusan ...
Jung Kook melihat anak tangga yang tak berujung. Tapi mau tidak mau Jung Kook terpaksa harus menuruti permintaan Hana.
"Kookie ... Aku berat?" tanya Hana yang berada di punggung Jung Kook saat langkah kaki Jung Kook mulai melambat.
Berat ...
Sangat berat ...
Nyawaku serasa dicabut.
Apa hukuman di neraka seperti ini?
Jung Kook menuruni anak tangga satu demi satu. Saat itu Jung Kook tidak terlalu sering berlatih seperti saat ini. Jadinya ia cepat lelah.
Saat sampai tiba anak tangga terakhir Jung Kook hampir pingsan.
Flashback end.
"Kiki diajak atau dititipin?" Jung Kook bertanya. Tidak mungkin membiarkan Kiki sendirian saat ia menggendong Hana. Ia masih terlalu kecil. Harus ada yang menjaganya saat menaiki atau menuruni anak tangga.
Kiki langsung melihat ayahnya. Kata "dititipin" itu artinya ia bakal ditinggal.
Appa ...
Jangan tinggalin Kiki.
Kiki mau ikut.
"Kita ajak Yoon Gi oppa aja. Jadi ia bisa bantu jaga Kiki," saran Hana.
"Noona kabari Yoon Gi Hyung sekarang. Ia bisa atau nggak."
Hana menelpon Yoon Gi "Oppa ... Besok ada acara?"
"Nggak ada."
"Aku mau ajak oppa ke Namsan tower."
"Buat jagain Kiki?"
"Iya ... He ... He ... He ..."
"Jam berapa?"
"Jam sembilan. Nanti aku jemput oppa."
"Malas ... Mending rebahan."
"Samgyupsal ..." Kiki memohon. Ia membuat suaranya terdengar sesedih mungkin. Jika Yoon Gi tidak ikut, kemungkinan besar ia akan dititipkan di rumah neneknya.
"Iya ... Iya ... Jemput samchon besok."
Kiki pun tersenyum.
"Okay, oppa. Gomawo. Besok kalau sudah dekat rumah oppa, aku telepon."
Hana menutup percakapan.
"Kookie ... Yoon Gi oppa bisa."
🌼🌼🌼
"Ting ... Tong ..."
"Siapa?"
"Paket," ucap kurir.
Jung Kook membuka pintu dan mengambil paket dari kurir.
"Noona beli apa?"
"Aku beli kotak."
"Aku buka, ya?"
"Buka aja."
Jung Kook ditemani Kiki membuka paket. Menerima dan membuka paket memang menyenangkan.
Jung Kook mengeluarkan isi paket. Sebuah kotak.
Hana membuka tutup kotak dan membersihkan kotak. Ia hendak mengisinya dengan barang-barang. Tapi Kiki sudah duluan masuk ke dalam kotak box.
"Doyong ..." Kiki minta kotak yang ia tumpangi didorong.
Hana pun mendorong kotak box itu. Kotak box pun melaju. Kiki tertawa.
"Lagi ..." Kiki minta didorong lagi. Kotak box yang beroda itu pun melaju ke sisi lain. Jung Kook dan Hana bergantian mendorong Kiki.