Di rumah orang tua Hana dan Jung Kook ...
Jung Kook sedang menidurkan Kiki. Kiki akan menangis dan ingin ikut Jung Kook bila ia masih bangun.
Jung Kook akan menunggu sampai Kiki tidur barulah ia pulang.
Hana ...
Jung Kook memang salah
Tapi bukankah ia juga sudah berusaha untuk menjadi ayah yang terbaik bagi Kiki.
Menjadi suami yang bertanggung jawab.
Masih teringat jelas di benakmu berapa banyak Jung Kook pulang dengan wajah bengkak, tubuh penuh luka ketika ia pulang ke rumah setelah selesai bertanding.
Apakah sudah saatnya untuk memaafkan Jung Kook?
🌼🌼🌼
Keesokan harinya ...
Tidak ada tanda-tanda kalau Jung Kook akan datang ke rumah orang tua mereka.
Padahal Hana sudah membuat masakan kesukaan Jung Kook. Ia akan menerima permintaan maaf Jung Kook hari ini. Dan pulang ke rumah bersama Kiki.
Kookie ... Ke mana, ya?
Kok dia nggak datang-datang?
Apa ia sudah bosan datang karena aku selalu menganggapnya nggak ada?
Giliran Hana yang cemas.
Telepon?
Atau kirim pesan aja?
Hana masih terlalu malu atas sikapnya sendiri ke Jung Kook.
Ponsel Hana berbunyi. Ada telepon masuk dari Jung Kook. Hana segera mengangkatnya.
"Noona ... Hari ini aku tidak bisa ke sana"
"Aku baru saja selesai bertanding"
"Wajahku masih bengkak"
"Aku takut ibu akan cemas"
"Setelah bengkaknya hilang aku akan ke sana lagi"
Tidak ada tanggapan dari Hana.
"Noona ... Kau mendengarku?" tanya Jung Kook.
"Aku ... hiks .. mendengarmu ... hiks ...hiks ... " Hana mulai menangis. Ia bisa membayangkan wajah penuh bengkak dan luka Jung Kook.
"Noona ... Jangan menangis"
"Aku baik-baik saja" hibur Jung Kook.
"Kau tidak usah datang ke sini lagi" kata Hana.
Aku tidak boleh datang ke sana?
Noona tidak memperbolehkanku bertemu Kiki?
"Aku yang akan ke sana. Aku akan meminta ayah untuk mengantarku dan Kiki"
"Aku sudah memasak makanan kesukaanmu"
"Tunggu aku"
"Baiklah" jawab Jung Kook sok cool. Tapi dalam hatinya ia sangat senang.
Jung Kook pov
Noona akan kembali ke rumah?
Aku harus cepat-cepat berberes rumah.
Noona pasti marah bila lihat rumah yang sudah seperti kapal pecah sejak ia pergi.
Noona pulang ke rumah membawa Kiki. Dan seperti yang bisa aku tebak, Noona marah.
"KOOKIE ... RUMAHNYA KENAPA KAYAK KAPAL PECAH ..."
~kapal pecah~
Jung Kook pov
Aku baru saja menyapu sebagian lantai, Noona dan Kiki datang.
Oh ... Tidak. Noona pasti marah.
"KOOKIE ... RUMAHNYA KENAPA KAYAK KAPAL PECAH ..." Noona memarahiku.
"Maaf ... Noona"
"Aku nggak sempat beberes rumah"
"Sudah ... Kita makan dulu"
"Aku sudah lapar"
"Kiki juga belum kuberi makan"
Kami pun makan malam bersama.
Tapi mata Noona mengitari seluruh rumah. Cucian piring yang menumpuk. Baju kotor yang ada di mana-mana. Untung tadi sampah-sampah sudah kumasukkan ke kantong sampah.
Astaga ...
Baru aja kutinggal satu minggu sudah jadi begini.
Selesai makan malam ...
Noona mulai mengganti sprei kasur. Aku melanjutkan menyapu lantai.
Kemudian Noona mencuci piring kotor. Aku mencuci baju.
Rumah kami jadi bersih lagi.
"Noona pasti capek"
"Sini aku pijat"
Aku sudah terbiasa memijat Noona saat ia hamil besar. Saat itu punggungnya sakit. Kakinya bengkak. Nafasnya sesak karena Kiki yang semakin besar di dalam perutnya menekan diafragmanya.
Aku tidak tau kalau ibu hamil itu akan sebegitu menderitanya. Aku jadi lebih sayang ke Noona dan ibu. Perjuangannya tidak mudah. Membawa beban berat selama mengandung.
Salut untuk semua ibu.
"Appa ..." Kiki memanggilku.
Sudah saatnya Kiki juga dipijat. Aku sempat belajar cara pijat bayi.
Kiki paling suka kalau dipijat "I Love You".
Dengan telapak tangan, aku pijat perut Kiki sebelah kiri membentuk huruf I dengan lembut.
Kiki baru satu minggu nggak tinggal sama appa sudah tambah buncit perutnya.
Pasti ibu yang sering kasih Kiki makan banyak-banyak.
Kemudian aku pijat perlahan sisi atas sebelah kanan membentuk huruf L dengan lembut.
Terakhir, kubentuk huruf U terbalik dengan telapak tanganku memijat perut Kiki. Aku lakukan pijatan ini searah jarum jam.
Pijatan ini katanya ampuh untuk mengatasi sembelit dan kembung.
"Duuuuuttt" Kiki kentut.
Aku tertawa. Kiki juga ikut ketawa.