webnovel

Chapter 1

Aku tiba di ruangan aneh lainnya yang sangat mengherankan. Ruangan ini diselimuti dengan gulungan kabut putih yang anehnya hanya berada diantara tumit kakiku dan juga langit-langit ruangan yang menjulang dengan amat tinggi. Ruangan ini memiliki luas yang tidak masuk akal, seolah-olah tidak berujung dan tidak terdapat apapun selain lantai dan dinding yang seputih porselin.

"I-ini, ini dimana???"

[ttingg!]

[Test-test, 1,2,1,2]

Tiba-tiba saja terdengar suara perempuan yang berdenting dikepalaku.

"aghh, a-apa ini?"

[Selamat datang di NEO KOSMOS]

[Saya adalah administrator 'Hecate The Gatekeeper'. Anda telah terpilih dari banyaknya jiwa untuk memasuki dunia setelah kematian]

[Anda adalah peserta atas nama Arai Hanyi Bakati dengan kode peserta #NKD220817]

"hah?? Dunia setelah kematian?".

Apa yang sebenarnya terjadi padaku sekarang? Apa yang suara asing ini bicarakan? Apa artinya aku sudah mati?

Rasa mual tiba-tiba menyerangku dan jantung ku yang entah mengapa masih dapat kurasakan ini mulai berdetak dengan amat cepat.

"Be-berarti aku sudah mati??"

[Dengan berat hati, ya. Kamu memang sudah mati didunia manusia, tapi jiwamu belum mati. Jangan khawatir karna para dewa te-### ####### #### #### ## ##### ####### ########## ## ###]

Aku runtuh. Seketika suara asing yang terdengar dikepalaku kabur. Aku hanyut dalam pikiran ku sendiri. Aku sudah mati? Bagaimana bisa? Aku mencoba mengingat-ngingat apa yang sebenarnya telah terjadi. Namun, aku baru menyadari bahwa aku bahkan tidak bisa mengingat apapun selain namaku sendiri dan ingatan aneh tentang dunia penuh kegelapan dan kehampaan yang kurasakan sebelum jatuh ke dunia yang bahkan lebih aneh ini.

[..ai, ...rai, peserta Arai? apa anda mendengarkan?]

Suara asing itu kembali terdengar.

"eh, ah i-iya. Maaf?"

Pikiran ku kalang kabut untuk memproses banjir informasi yang baru saja kudengar ini, terlalu banyak pertanyaan yang ingin kutanyakan kepada pemilik suara dikepalaku ini.

[NEO KOSMOS adalah dimensi dunia setelah kematian yang diciptakan oleh beberapa 'Gods of the Death' yang mengurus urusan kematian dan jiwa manusia. Namun kamu sebenarnya belum memasuki NEO KOSMOS yang sesungguhnya. Ini adalah dimensi lain yang menghubungkan calon penantang dengan pintu masuk yang sebenarnya]

"sringg.."

Tiba-tiba muncul dua pintu tanpa gagang berbentuk persegi panjang yang berjarak sekitar satu meter didepanku ditengah ruangan aneh yang kosong ini. Pintu pertama yang terletak disebelah kiriku berwarna hitam, dan pintu kedua disampingnya berwarna putih.

[Sekarang, kamu diberikan kesempatan untuk memilih melanjutkan kehidupan baru di NEO KOSMOS dan menjadi penantang yang akan menjelajahi 'The Everlasting Black Hole' yang berada dibalik pintu putih atau ingin langsung menghadapi kematian yang sesungguhnya untuk memasuki 'The Gate of Death' dengan pintu hitam]

Gila. Apa ini sungguhan? Dunia setelah kematian katanya? Apa berarti aku benar-benar dipastikan sudah mati? Dan apa katanya? 'Gods of the Death'? jadi dewa benar-benar ada? Meskipun aku tidak memiliki ingatan masa lalu tapi apakah aku dikehidupan dulu bahkan percaya akan adanya tuhan dan para dewa? Aku yang kembali tenggelam dalam pikiranku sendiri kembali tersadarkan setelah mendengar suara asing itu melanjutkan.

[Mohon diingat, bahwa tidak ada jaminan setelah memasuki pintu hitam bahwa 'Heaven Gate' yang akan terbuka untuk anda. Semua itu tergantung pada akumulasi karma anda selama berada di dunia manusia. Namun tidak ada jaminan pula kemana takdir akan membawa anda sebagai penantang]

"Penantang? Menjelajahi? Apa artinya... aku harus memasuki Everlasting apalah itu jika ingin tetap hidup?"

Hidup? Mendengarkan kata itu keluar dari mulutku sendiri seketika membuatku terdiam dan kembali menyadari realita yang sesungguhnya. Dadaku, tempat dimana jantungku berada merasakan sesak yang amat menyakitkan.

"Aku.. sudah mati..." gumamku dengan suara serak, air mata mulai mengalir deras membasahi kedua pipiku. Aku menangis dan terus menangis. Entah sudah berapa lama waktu yang kuhabiskan untuk menangis namun suara asing itu tidak lagi terdengar. Pemilik suara itu hanya diam seolah-olah sengaja memberiku waktu untuk meratapi nasib.

Meskipun tidak memiliki ingatan apapun akan kehidupan sebelum aku mati tapi aku tahu bahwa aku pernah hidup. Tidak perlu ingatan masa lalu untuk bersedih akan kematianku sendiri. Namun sekarang tiba-tiba saja aku menemukan diriku ternyata sudah mati, tentu saja akan sulit bagiku untuk menerima semua ini.

Merasa bahwa aku sudah cukup puas menangis. Aku mengusap air mataku dan memutuskan untuk menata kembali pikiranku namun dihentikan oleh suara perempuan yang kembali terdengar lagi seolah-olah tahu bahwa aku sudah lebih tenang dan siap.

[Sekarang, kamu dapat memilih jalan takdir mana yang akan dilalui. Silahkan aktifkan menu layar window dengan mengatakan 'Open Window'. Jika kamu ingin melanjutkan perjalanan di NEO KOSMOS tekan 'O' dan 'X' jika kematianlah yang kamu inginkan]

"Open Window". Kataku mengikuti arahan suara perempuan dikepalaku. Dalam sekejap muncul layar didepan yang terdapat 2 kotak berisikan pilihan antara 'O' dan 'X'.

Berada dipersimpangan jalan yang akan menuntun takdirku, aku terdiam dan mulai merenungkannya. Tanpa modal ingatan masa laluku aku tidak tahu pilihan apa yang tepat untukku. Aku bisa saja memasrahkan segalanya dan memilih pintu hitam lalu mati dengan tenang terlepas dari apapun hasilnya nanti. Lagipula aku sudah mati, apa yang harus aku takutkan?

Tapi... apa itu yang benar-benar kumau? Jujur saja, dari lubuk hatiku yang paling dalam aku... takut. Aku tidak siap dan tidak mau menerima kematianku begitu saja. Meskipun tidak tahu apa yang akan kulalui setidaknya aku ada kesempatan kedua untuk tetap hidup walau didunia yang berbeda bukan? Tapi apa aku juga sudah siap untuk menghadapi kehidupan baru didunia lain yang terdengar seperti jalan yang misterius dan sulit?

Detik demi detik, menit demi menit telah berlalu. "Plakk" aku menampar kencang kedua pipiku yang sekarang mulai memerah.

"ARGHHHH" dilanjutkan dengan berteriak sekencang yang kubisa untuk membulatkan keputusanku.

"Baiklah, Aku sudah memutuskan."