webnovel

Nyonya Jomblo Mencari Cinta

Riv belum menemukan manfaat dari berpacaran itu apa. Alasannya simpel, karena Riv sendiri belum pernah berpacaran. Belum pernah berpacaran bukan berarti hidup kamu ngenes, NO! Riv sangat bahagia dengan statusnya itu. Namun semuanya berubah, saat semua temannya sudah memiliki pacar dan sering mengejeknya. Bahkan memberikannya julukan Nyonya Jomblo. Dari sanalah petualangan Riv dimulai, Sang Nyonya Jomblo yang mencari cinta

Fara_Dita · Adolescente
Sin suficientes valoraciones
82 Chs

Untuk Rasa Sebal : Omelet

Rivera Jernih Nareswantika, namanya benar-benar cantik. Orang tuanya memberikan nama dengan harapan dirinya menjadi orang yang benar, jernih seperti namanya. Dan membawa banyak manfaat seperti sungai.

Kadang Riv berpikir, apakah dirinya sudah seperti yang diharapkan kedua orang tuanya? Apakah Riv sudah membawa manfaat bagi orang-orang disekitarnya? Pikiran itu sering menghantui kepalanya. Tentu sebagai anak perempuan bungsu, Riv tidak ingin mengecewakan kedua orangtuanya.

Namun kadang kala Riv merasa sangat kurang ajar kepada orangtuanya, khususnya untuk sang mama. Terkadang rasa kesal tidak bisa Riv tahan jika sudah menghadapi kecerewetan sang mama. Tapi Riv sadar, itu semua juga untuknya, untuk kehidupannya yang lebih baik.

Seperti saat ini, Riv sangat kesal dengan mamanya karena menitipkan dirinya kepada orang yang jelas-jelas asing. Riv belum menemukan apa keuntungannya dalam hal ini, namun akan Riv temukan di kemudian hari.

Riv sekarang benar-benar malu jika harus bertatap muka dengan Dan. Bingung sekali mau menyembunyikan dimana mukanya. Bisa-bisanya Riv meneriaki Dan mesum padahal kenyataannya Dan hanya mengelus dahinya, Riv saja yang lebay.

Tapi di lain sisi Riv merasa sebal kepada Dan. Bagaimana bisa seorang laki-laki beristri berduaan dengan perempuan yang masih perawan lagi di dalam kamar—kamar rawat— dan melakukan skinship.

Riv tidak ingin dilabrak istri Dan seperti novel-novel yang sering Riv baca ataupun video yang sering muncul di timeline Twitternya. Membayangkan saja sudah membuat Riv mual.

Riv melangkah pelan menuju pintunya lalu membuka pintu guna melihat keadaan sekitar yang sepi. Merasa keadaan aman Riv berjalan menuju dapur masih dengan mengendap-endap.

"Semoga udah pulang," rapal Riv dalam hati berharap Dan sudah pergi dari rumahnya.

Riv menghembuskan napasnya pelan ketika sudah sampai di dapur dan melihat tidak ada siapapun di sini. "Huh, selamat."

Riv mengambil pir di dalam kulkas, sebelum memakan pir Riv mencucinya terlebih dahulu. Riv ingat setiap omelan mamanya saat Riv lupa mencuci buah sebelum dimakan.

"Sedang apa kamu?"

Riv terkejut mendengar suara di belakangnya dan reflek melemparkan pirnya begitu saja lalu mengenai dada Dan yang dibalut kemeja dan kemudian menggelinding kearah meja makan.

Dan mengangkat alisnya lalu meletakkan susu yang dia pegang ke tangan Riv. Setelah meletakkan susu di tangan Riv, Dan mengambil pir yang tadi menggelinding lalu menyuruh Riv duduk dengan isyarat mata.

Riv yang masih kaget tentu menurut saja bagai kerbau dicucuk. Sambil membawa susu yang dipegang Dan—yang sekarang sudah berpindah ke tangannya— Riv duduk di kursi, memperhatikan Dan yang sibuk dengan buah pir Riv tadi.

"Minum!" Perintah Dan tanpa mengalihkan pandangannya kearah Riv.

"Ini buat aku?"

"Ya."

Riv meminum susu buatan Dan. Hmm, tidak terlalu kemanisan sangat sesuai dengan selera Riv. Dan tidak butuh waktu lama untuk Riv menghabiskan susunya.

"Makan!" Perintah Dan seraya menaruh potongan Pir yang sudah dikupas.

Riv menatap Dan dengan dahi berkerut. Namun memilih tidak mengatakan apa-apa, yah Riv sangat tahu jika itu akan percuma saja.

"Om gak kerja?" Tanya Riv seraya memakan Pirnya dengan nikmat.

"Nanti," balas Dan singkat.

"Terus Bintangnya sekarang sekolah?"

"Ya."

"Om beneran gak mau makan?" Tanya Riv bukan hanya untuk basa-basi karena perut Riv sekarang sudah lapar lagi.

"Kenapa? Laper?" Tanya Dan dengan dahi mengkerut tipis. Mungkin Dan bingung kenapa Riv bertanya seperti itu.

"Iya, hehehehe. Om mau omelet?" Tanya Riv karena hanya omelet makanan yang mudah dibuat dengan waktu yang singkat.

"Tidak. Saya yang buat," ucap Dan ambigu yang langsung menuju kulkas tanpa menunggu balasan dari Riv.

"Loh, biar aku aja yang masak. Om duduk aja deh," protes Riv mengikuti Dan. Padahal ini kan untuk membalas perlakuan Dan yang baik padanya, Riv tidak ingin hutang budi dan merasa tidak enak pada Dan.

"Duduk. Diam!" Perintah Dan sembari memberikan penekanan pada kalimatnya yang otomatis membuat Riv kicep.

Riv memperhatikan Dan yang memasak. Mungkin jadi istri Dan punya keuntungan dan kerugiannya. Keuntungannya, Dan sangat pandai dalam urusan dapur sedangkan kerugiannya sudah kelihatan jelas jika Dan itu manusia es yang dingin, datar dan tidak romantis.

Gak gitu konsepnya. Mungkin Dan cuma hangat, romantis sama istrinya. Lo apanya? Lo kan cuma kacang!

Riv meringis saat mendengar suara hatinya. Mungkin memang benar Dan hanya berperilaku hangat kepada istrinya. Hmm, mungkin Riv ingin menanyakan sesuatu pada Dan saat ini, sesuatu yang mengganjal di pikiran Riv.

"Om!" Panggil Riv namun Dan hanya menggumam sebagai balasan.

"Istri Om—" Riv menjeda kalimatnya dengan ragu lalu saat Dan mengalihkan pandangannya Riv melanjutkan,"—gak berpikiran macam-macam kan kalau Om baik gini sama aku?"

"..."

Saat dilihatnya Dan tidak menjawab dan kembali melanjutkan kegiatan memasaknya yang tertunda membuat Riv mendengus dan melanjutkan mengeluarkan uneg-uneg yang tersimpan di hatinya.

"Ck, aku gak mau ya kalau sampai istri Om berpikiran macam-macam sama aku. Apalagi kalau aku sampai dikatain pelakor terus dilabrak-labrak kayak gitu. Aku gak mau ya," kata Riv.

"Dasar halusinasi!" Ejek Dan yang membuat Riv melotot saat mendengar perkataan Dan.

Memang status Riv jomblo. Memang Riv sering halu —halu pada biasnya tapi— namun Riv tidak pernah ya halu bakal dilabrak istri orang apalagi sampai dituduh pelakor. BIG NO!

"Enggak halu ya Om. Itu yang sering aku baca di novel-novel," bela Riv.

"Saat kamu baca novel otomatis kamu membayangkan," ujar Dan lalu menuangkan adonan omelet ke teflon.

"Ya tapi gak pernah ngebayangin kalau itu aku!"

"Oh."

Sungguh kalimat yang membuat Riv sebal. Apa itu makna kalimat 'oh' ? Jika chat yang dibalas dengan kalimat 'oh' saja Riv sudah kesal, ini dibalas dengan 'oh' secara live lagi! Langsung!

Jika temannya, sudah Riv becek-becek tapi ini Dan. Orang yang lumayan asing, umurnya juga kelihatan sudah tua dengan mata panda samar yang selalu terlihat namun tetap saja terlihat tampan. Memang beda perlakuan untuk orang yang good looking alias gudluking.

"Terserah!" Riv akhirnya membalas dengan kata-kata yang menurut para laki-laki jika diucapkan oleh seorang perempuan akan membuat sebal. Tapi itu tidak berlaku untuk Dan yang malah hanya diam saja, tidak tampak kesal atau apa.

Jadi, Dan itu manusia apa bukan sih?! Batin Riv bergejolak. Berada di dekat Dan pasti membuatnya sebal, tetapi apa boleh dikata jika semesta seolah selalu mempertemukan mereka berdua.

"Makan!" Perintah Dan.

Riv memandang omelet hasil karya Dan. Bentuknya sangat bagus, wanginya juga semerbak dan tentu rasanya juga sangat enak.

Omelet ini membuat Riv melupakan kesebalannya pada Dan. Apalagi ditambah saus sambal dan mayonaise di atasnya, enak sekali.

Riv baru menyadari jika Dan memang benar-benar tidak makan omelet buatannya sendiri sedikitpun. Maka dengan tulus karena Dan lumayan baik hari ini —lumayan loh, tapi banyak jahatnya sih hiks— Riv menawarkan omelet itu.

Pertama-tama Riv berhenti makan dengan tiba-tiba. Membuat Dan mengangkat sebelah alisnya yang tebal dengan heran.

"Gak habis kalau dimakan sendiri. Om mau ya?" Tawar Riv lalu mengambil piring yang bersih dan memindahkan satu potong omelet ke piring tersebut.

"Mau saus?" Tanya Riv yang digelengi Dan. Mungkin Dan tidak suka saus, pikir Riv.

"Mau mayonaise gak?" Tanya Riv lagi yang dijawab Dan dengan gelengan.

Riv meletakkan piring berisi mayonaise dihadapan Dan lalu baru tersadar belum mengambil sendok. Selagi mengambil sendok, Riv mengambilkan Dan minuman.

Ada jus jambu, jeruk dan wortel di kulkas Riv. Itu jus yang selalu dibuat Mama Riv karena tidak pernah membeli jus kemasan. Karena tidak tahu Dan suka minum jus apa jadi Riv mengambilkan Dan jus wortel.

Kenapa jus wortel? Karena menurut Riv Dan itu vegetarian jadi jus wortel cocok. Apalagi untuk mata Dan yang tajam namun memiliki cekungan hitam samar di bawahnya, mungkin wortel bisa mempengaruhi.

Setalah mengambilkan sendok dan minuman kepada Dan, Riv melanjutkan makannya begitupula Dan namun sebelum itu Riv reflek mengucapkan selamat makan.

"Selamat makan!"

"Ya. Selamat makan."

TBC