webnovel

Laki-laki Normal

"Kira-kira itu siapanya pak Andrean ya? kelihatannya mereka saling kenal,"

ucap Naya setengah berbisik, matanya terus mengintai dengan kedua objek yang ada di depan mata, layaknya seperti seorang detektif yang sedang menyelidiki sebuah kasus.

Namun, seketika hatinya bergetar, saat melihat sang wanita yang mulai memegang tangan Andrean, entah mengapa ia merasakan hal yang aneh, seakan tak rela kalau ada wanita lain berada di dekat bos yang ia pikir paling anti dengan lawan jenis itu.

Naya berusaha untuk mendengar percakapan mereka, ia menempelkan telinganya pada tembok, tempat di mana ia sedang bersembunyi, tapi ia tidak bisa menangkap suara itu dengan jelas, karena jaraknya yang cukup jauh.

Masih di tempat yang sama, Andrean terlihat sangat terkejut dengan kedatangan Sarah ke perusahaannya.

Sarah yang tak lain adalah mantan pacarnya dulu. Mereka sudah lama putus, Andrean sendiri yang memutuskan hubungan itu.

Bukan tanpa sebab Andrean memutuskan Sarah, namun karena sebuah penghianatan yang di lakukan Sarah tidak bisa di maafkan, karena hal itu lah yang membuat Andrean kini sulit percaya lagi dengan wanita.

"Untuk apa lagi kau menemui ku, apa kau tidak punya malu, ?" Tanya Andrean menahan marahnya.

"Jujur, gue kangen banget sama lo Rean please tolong maafin gue,!"

Jawab Sarah dengan mengiba, Rean adalah nama panggilan Andrean di rumah dan khusus bagi orang-orang terdekatnya saja yang memanggilnya dengan panggilan itu.

"Maaf kata mu,! Setelah apa yang sudah kau lakukan,? Maaf mu sudah basi,!"

Ucap Andrean lagi setengah berteriak.

"Gue bener-bener menyesal Rean, karena telah menghianati mu, please kasih gue kesempatan satu kali lagi,!" Mohon Sarah dengan menangkup kedua tangannya, berharap Andrean akan memaafkannya.

"Semua sudah berakhir Sarah, tolong jangan ganggu saya lagi,!"

Pinta Andrean dengan tatapan marah.

"Rean, please kasih gue kesempatan sekali lagi,!" Lagi-lagi Sarah memohon, namun yang ada Andrean malah semakin marah.

"Cukup,! aku sudah muak mendengar ocehan mu, sekarang cepat pergi dari sini sebelum security datang mengusir mu,!" Ancam Andrean seraya bergegas meninggalkan Sarah, namun Sarah tak menyerah begitu saja, dengan cepat ia meraih tangan Andrean berusaha untuk menghentikannya.

"Gue cinta banget sama lo Rean,!"

Ucap Sarah lagi sambil memegang tangan Andrean, namun seketika itu pula Andrean menepisnya.

"Dasar wanita bodoh,!" teriak Andrean dengan keras, ia benar-benar marah kali ini, hingga membuat Sarah langsung terdiam, bagi Andrean Sarah hanya lah masa lalu, yang sudah memberikan luka di hatinya.

"Gue cinta banget sama lo Rean,!"

Teriaknya lagi tanpa malu, sedangkan Andrean semakin tak bergeming mendengar hal itu, tergambar jelas kemarahan di wajahnya, dengan cepat ia meninggalkan Sarah dan berlalu pergi.

"Gue gak akan nyerah, sebelum lo kembali lagi sama gue Rean,!" Ucap Sarah setengah berbisik dengan senyum penuh arti.

Sedangkan Naya yang dari tadi masih terlihat menempel di tembok, tidak menyadari kalau Andrean sedang berjalan ke arahnya, ia tetap menempelkan telinganya pada tembok, tepat seperti orang yang sedang menguping, bahkan saking seriusnya Naya tidak sadar kalau Andrean kini sudah berdiri di sampingnya.

Andrean masih terdiam memperhatikan tingkah asisten barunya itu, wajahnya terlihat aneh saat melihat Naya yang tengah asik menempel pada tembok, persis seperti katak, 'apa yang sedang wanita ini lakukan di sini,' batinnya.

"Kok nggak ada suara ribut-ribut lagi ya," ucap Naya setengah berbisik.

"Hemm"...

Seketika suara itu mengagetkan Naya. Hampir saja ia terjatuh, namun secepat kilat Andrean menangkapnya, kini wajah mereka saling menatap satu sama lain, jantung Naya bergetar hebat, darahnya seakan mengalir lebih cepat, bahkan terasa panas, namun berbeda hal nya dengan Andrean yang terlihat biasa saja, tak sampai beberapa detik mereka saling menatap, lagi-lagi Andrean melepaskan pelukannya hingga membuat Naya malu dan salah tingkah.

"Sedang apa kau di sini,?"

Tanya Andrean penuh selidik.

"Eh... Itu... Anu pak, saya mau ke kantin," seketika Naya menjadi gagap menjawab pertanyaan Andrean.

"Oh ya, apa kau sedang menyadap pembicaraan orang,?" Tanya Andrean lagi seolah menyindir Naya.

"Ah... Ti-tidak kok pak, apa bapak juga mau kantin,?"

Andrean menggeleng, sambil terus memperhatikan Naya, dia yakin betul kalau Naya tadi sedang menguping pembicaraan mereka.

"Kalau begitu saya permisi ke kantin dulu ya pak, hee, " ucap Naya lagi sambil cengengesan.

"Eits... Tunggu dulu, bukan kah kantinnya ada di sebelah sana,!" tunjuk Andrean ke arah yang berlawanan dengan Naya.

Seketika Naya menghentikan langkahnya, ia terlihat linglung, bagaimana bisa ia berjalan ke arah yang salah, 'mampus gue, kok jadi gugup gini,' batinnya dalam hati.

"Ehh, I-ia pak, saya lupa, permisi pak,!"

Buru-buru Naya berbalik arah dan secepat kilat meninggalkan Andrean yang masih berdiri mematung, Andrean hanya tersenyum tipis sambil geleng-geleng kepala saat melihat tingkah asisten barunya itu. Ia tak begitu mempermasalahkan apakah Naya mendengar pembicaraannya tadi atau tidak, karena baginya itu bukan hal yang penting.

Di tempat yang berbeda, Naya terlihat sedang memesan makan siangnya, lengkap dengan satu gelas jus alpukat segar, sambil menunggu pesanan tiba, Naya tak sengaja melihat wanita yang bersama Andrean tadi, tengah duduk yang jaraknya tak jauh dari tempatnya, terlihat Sarah begitu asik menyantap makan siangnya, Naya diam-diam memperhatikan, namun Sarah tak menyadarinya.

Selang beberapa menit kemudian tiba-tiba Milea muncul dan dengan iseng mengagetkannya.

"WOI,!"

Teriakan Milea sontak membuat Naya kaget.

"Ah elo Mil, untung gue gak jantungan,!"

Jawab Naya kesal, sedangkan Milea hanya tertawa.

"Makanya jangan suka bengong, ntar kesambet baru tau rasa lo,!" Ucap Milea menasehati.

"Siapa juga yang bengong, orang gue lagi nungguin pesanan,"

"Oh, jadi dari tadi lo belum mesan makanan,? pasti karena nungguin gue dulu, iya kan...?" Tanya Milea dengan menerka.

Naya hanya menggeleng, ia segera mendekat ke arah Milea, kemudian ia berbisik sesuatu ke telinga sahabatnya itu.

"What, ? Serius Nay, ? Ucap Milea berbisik, ia terlihat begitu kaget, ternyata Naya baru saja memberi tahunya, kalau wanita yang sedang duduk tak jauh dari tempatnya itu adalah mantan Andrean, Milea masih tak percaya, mengingat selama ini ia berfikir kalau Andrean tidak menyukai wanita.

"Gimana ceritanya Nay, terus lo tau dari mana kalau itu mantannya pak Andrean,?" Tanya Milea lagi dengan masih berbisik.

"Ntar gue ceritain, ok," bisik Naya pelan.

Tak berapa lama pesanan Naya pun datang, namun belum sempat pelayan itu meletakkan jus di atas meja, seketika Milea menyerobot segelas jus alpukat yang terlihat sangat segar itu dan dengan cepat ia meminumnya.

"Milea,!"

Teriak Naya kesal, sambil melotot ke arah Milea.

"Sorry Nay, gue hauuuss, hee..." Jawab Milea cengengesan, sedangkan Naya memasang muka jutek ke arahnya, hingga membuat Milea semakin tertawa.