"Ye malah di ketawain, makan juga sana jangang nontonin orang makan doang" Ujar nya ketika menyadari aku memperhatikan cara makan nya yang lahap sambil tertawa geli.
Wajah laut pun berubah menjadi merah. Ntah karena sambel pecel yang memang terkenal pedas ntah malu karena aku terus meperhatikan ia yang makan lahap setelah sebelum nya ia menolak turun dan menerima penawaran ku.
Tak butuh waktu lama untuk kami menghabiskan hidangan di depan kamihany dan membuat Piring kami yang tadi tampak penuh kini menjadi bersih dan hanya menyisakan tulang belulang saja.
"Wah akhir nya selesai juga menyelamatkan perut bapak Vincent" Ujar ku dengan nada meledek. Yang berhasil membuat laut yang sedang menenggak air teh nya tersedak.
"Laut, panggil gw laut aja kali kaya biasa" Ujar nya berusaha meng koreksi panggilan ku.
"Ya ngga cocok lah di panggil laut. Dengan setelan loe kaya gini" Ujar ku seraya berdiri menghampiri mbok penjual pecel ayam. Hendak membayar yang kami makan tadi.
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com