Gemuruh langit menemani perjalanan Jayendra yang melajukan kuda begitu cepat untuk buru-buru sampai di kaki Galunggung sebelum hujan tiba. Belum jauh dirinya meninggalkan Istana Galuh. Seruni mengikuti di belakangnya dengan laju kuda yang sama cepatnya. Mereka menyusuri tanjakan bebatuan yang terjal hingga kuda-kuda mereka meringkik keras. Suara ringkikan yang nyaring membuat beterbangan burung-burung yang tengah asyik bersarang di pepohonan. Serangga hutan seolah menyambut kehadiran mereka berdua dengan suara-suaranya yang khas.
Tak terlihat ada rasa lelah bagi sepasang kekasih ini meski telah cukup lama menggenggam pelana kuda dengan kecepatan yang tinggi. Beberapa kali pantatnya harus terbanting di punggung kuda karena hentakan langkah kuda yang kuat. Bukan pendekar pilih tanding namanya kalau belum terlatih mengendarai seekor kuda. Bagi mereka, justru ini adalah hal yang menyenangkan.
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com