webnovel

Nightmare - Escape the ERA

Tujuh gadis cantik tiba-tiba terbangun di dunia yang aneh di mana keadaan kota yang sudah luluh-lantak, kota yang tampak sudah ditinggalkan sejak lama. Semuanya tak memiliki ingatan mengenai kehidupan mereka yang sebelumnya jalani. Tanpa tahu apa-apa dan tak memahami apa-apa, mereka diharuskan bertahan hidup di dunia asing tersebut. Hanya berbekalkan senjata dan pengetahuan seadanya, mereka berusaha mempertahankan diri dari setiap penghuni dunia itu yang berupa monster, humanoid, alien, robot dan mesin hidup lainnya. Apakah yang sebenarnya terjadi? Apakah mereka mampu bertahan dan menguak segala yang terjadi? Ketika musuh kuat muncul, apa yang akan mereka perbuat? Kisah ini menceritakan tentang perjuangan tujuh gadis dalam pencarian jati diri dan bertahan terhadap segala rintangan yang menghadang menyerang mereka.

Souvarrel21 · Ciencia y ficción
Sin suficientes valoraciones
5 Chs

01 - Yoohyeon

01 – Yoohyeon, the Warrior

Langit kelabu menjadi pemandangan mengerikan dari sebuah kota yang luluh lantak. Siang itu terlihat sangat muram, asap tebal membumbung di langit menghalangi cahaya sinar matahari untuk masuk dan menerangi daratan.

Kendaraan dan seluruh bangunan kota kini sudah menjadi tumpukan puing dan reruntuhan, kejadian ini sudah berlangsung beberapa lama tapi bekasnya masih saja belum hilang, debu dan asap yang mengepul di udara tak juga menghilang tertiup angin, hal itu menandakan betapa tebalnya asap itu.

Jalanan sudah susah untuk dilalui karena dipenuhi reruntuhan. Adapun jalanan yang tak tertutupi reruntuhan bangunan dan sisa kendaraan, itu adalah jalanan yang hancur berantakan, terdapat cekungan besar membentuk kawah di tengah jalan.

Entah apa yang telah menimpa kota ini. Apa pun itu, jelas merupakan suatu musibah dan bencana alam yang mengerikan bagi siapa saja yang mengalaminya.

***

Seorang gadis cantik berjalan pelan dan sesekali melompati reruntuhan dengan amat lincahnya, ia seolah sangat ringan sehingga melompat dalam jarak lebih dari dua meter terlihat bukan kendala sama sekali baginya.

Ia memakai baju putih dengan bawahan celana pendek hitam, pada punggungnya, sebuah katana panjang tersarung menggantung dan sesekali berayun saat gadis itu melompat.

"Tak ada yang tersisa, benar-benar dihancurkan." Ia bergumam pelan sambil menyibakkan rambut hitam panjangnya ke sisi kiri. Meski di sana keadaan tampak berantakan dan rusak parah, debu dan asap memenuhi udara yang jelas membuat manusia mana pun akan sangat sulit bernapas dan akan mengalami ISPA. Si gadis cantik itu sama sekali tak mengenakan masker dan penampilannya tetap bersih seolah kotoran apa pun enggan menghampiri dan menyentuhnya.

"Ini menyebalkan," katanya dengan kesal. Sekejap mata kemudian katana yang menggantung itu sudah ada di tangan kanannya dan ia langsung mengayunkan senjata tersebut ke depan. Suara desingan ayunan senjata itu memecah kesunyian tempat tersebut.

Kilatan cahaya perak berkelebat dan seketika sebuah reruntuhan gedung setinggi sepuluh kaki terbelah. Potongannya sangat lurus dan rapi. Suara gedebuk keras saat bangunan itu menyingkir ke samping terdengar amatlah jelas.

Si gadis itu berjalan lurus ke depan sambil menyeret katananya.

"Ini belum berakhir, selama mereka masih ada. Ini tak akan berakhir." Ia berucap dengan nada datar dan tatapan yang dingin penuh dengan dendam dan amarah yang begitu besar. Saat ia berjalan dengan langkah besar seperti itu, sesuatu jatuh dari langit dengan debaman yang keras dan itu membuat gadis itu terlempar mundur beberapa meter ke belakang dengan posisi masih tetap berdiri.

"Ya, lama sekali. Kukira permainannya sudah selesai." Gadis itu mengacungkan katananya ke arah depan dengan senyum menyeringai.

Sosok yang jatuh dari langit tak lain merupakan satu unit robot dengan tinggi enam meter, seluruh tubuh mengilap terlihat sangat kokoh dan kuat. Di punggungnya tergantung sepasang pedang panjang mirip dengan katana. Di bahu kanannya adalah senapan mesin dengan ukuran besar dan peluru yang banyak.

Sejak bangun di kota sepi yang berantakan ini, gadis cantik tersebut tak mengingat apa-apa, segala hal terasa buram, hanya namanya saja yang masih tersisa di dalam ingatannya. Sejak saat itu pula ia sudah banyak bertarung dan menghabisi makhluk-makhluk yang tinggal di kota ini, makhluk-makhluk yang mengusik dan mengganggu ketenangannya.

Robot semacam ini adalah salah satu di antara banyaknya lawan yang telah dia musnahkan.

Robot dengan kulit baja berwarna hitam itu kemudian melakukan pemindaian dengan mata merahnya, ia mengarah ke depan menuju si gadis.

Target :

Kim Yoo Hyeon. Codename : Yoohyeon

Status : Warrior, Slasher, Destroyer

Code : Blacklist (harus dimusnahkan)

Tingkat ancaman : S (Berbahaya), SS (Sangat berbahaya)

"Ayolah, aku benci suara jelek kalian, aku akan menyelesaikan ini dengan cepat."

Robot itu menurunkan senapan mesinnya dan mulai menembakkan senjata itu tanpa henti. Peluru-peluru besar melesat mengejar gadis bernama Yoohyeon itu yang berlari ke samping menuju dinding terdekat, rentetan peluru tepat di belakangnya menghancurkan apa pun.

Saat ia sampai di dekat dinding, Yoohyeon melompat salto ke belakang dan rentetan peluru itu berlesatan beberapa senti dari punggungnya saat ia berputar.

Yoohyeon mendarat dengan ringan, ia berlari maju kemudian rentetan peluru itu mengarah padanya, ia menunduk menghindari sambil terus maju, tapi itu tak cukup karena si robot merendahkan senjata itu.

Yoohyeon menggulingkan badan di jalanan tanpa reruntuhan dan terus berlari maju. Saat rentetan peluru itu akan mengenainya, ia melompat ke atas dan serbuan peluru hampir saja mengenai ujung sepatunya.

Gadis itu mengayunkan katananya ke arah senapan mesin itu dan dengan sekali kedip senjata itu hancur dan meledak dengan ledakan api cukup besar.

Suara ledakan itu cukup besar dan membuat kaca dari kendaraan dan bangunan yang selamat dari kehancuran kini langsung pecah seketika. Ledakan itu juga menerbangkan debu dan asap yang mengepul tebal di sekitar sana.

Yoohyeon terlempar mundur terkena dampak ledakan, tapi ia mendarat dengan keadaan berdiri dan tak ada cedera apa pun akibat ledakan itu. Tubuhnya tak memiliki lecet atau bahkan luka bakar akibat ledakan.

Di balik asap api ledakan, sosok robot itu maju dengan dua pedang di kedua tangannya sudah siap memenggal. Kedua pedang itu diseret oleh si robot.

"Tak terlalu buruk. Harusnya dikirim beberapa yang seperti ini untuk menghadapiku." Ia berkata dengan senang, rambut hitam mengilapnya berkibar pelan.

Saat si robot berlari maju, Yoohyeon melakukan hal yang sama, ia menyeret katananya dan tanpa ragu berlari maju dengan lawan yang tiga kali lipat lebih tinggi darinya.

Ayunan tangan kanan si robot membuat pedang melesat coba memotong arah Yoohyeon, tapi ia merunduk dan pedang hanya lewat begitu saja di atas kepalanya.

Yoohyeon dengan kuat mengayunkan katana di kedua tangannya dari atas ke bawah dan benda itu berbenturan amat kuat dengan pedang di tangan satunya lagi si robot.

Terjadi adu senjata dengan gerakan yang sangat cepat dan itu terlihat mustahil dilakukan oleh gadis muda, ia terlihat tak terancam dan dapat mengimbangi mesin itu tanpa menggunakan usaha terbaiknya. Suara desingan senjata tajam kini terdengar nyaring di kota mati tersebut.

Beberapa benturan senjata itu tak berlangsung lama karena sebuah ayunan kuat memaksa tubuh ramping gadis itu untuk terlempar beberapa meter. Yoohyeon terbang ke belakang dan mendarat dalam keadaan jongkok.

"Tidak buruk, sepertinya aku harus sedikit serius menghadapinya." Yoohyeon bergumam pelan. Masih tak ada luka dan noda pada baju putihnya. Bahkan setelah beberapa kali adu benturan senjata, Katana di tangannya terlihat tak mendapat perubahan. Normalnya, senjata sekecil dan seramping itu sudah patah dan hancur saat pertama kali beradu dengan pedang yang besar dan panjangnya beberapa kali lipat dari katana itu.

Sepertinya benda itu sama seperti pemiliknya, bukan sesuatu yang biasa dan abnormal. Kekuatan Katana itu benar-benar bagus sebagai senjata yang dipegang gadis cantik dengan tubuh ramping itu.

Yoohyeon berdiri dan menggunakan katana mengilapnya sebagai tumpuan. Ia kemudian memutar-mutar benda itu dengan amat lihai, saat di robot melompat maju dan mengayunkan tangan kanannya.

Yoohyeon menangkap katana dengan kedua tangannya dan melompat dengan sangat cepat, ia berada di hadapan si robot dan mengayunkan katana itu dan dengan sekedip mata tangan itu putus terpisah dari badan, putus dan hancur bersama pedang besar itu. Kilatan listrik dan cairan oranye seperti fluida keluar berceceran seperti darah seseorang yang tangannya ditebas.

Dengan gerakan cepat juga ia memutar badan dan mengayunkan katana itu dari sisi kiri ke kanan menyayat pinggang belakang si robot.

Robot yang terkena dua serangan dalam waktu singkat itu jelas tak tahu apa itu rasanya sakit dan marah, tapi dengan keadaan tubuh kurang dari seratus persen, si robot dengan mesin pemindainya bergerak lebih beringas.

Robot itu memutar badan dan mengayunkan pedang itu dengan amat kuat, mengayunkannya berulang kali dengan sia-sia saja karena Yoohyeon sangat mudah menghindari itu. Hingga sebuah ayunan sangat kuat membentur aspal jalanan hingga aspal dan tanah di bawahnya ikut hancur, pedang yang tak sanggup menahan kekuatan robot itu patah seketika.

Melihat kesempatan ini, Yoohyeon melompat ke atas bekas patahan pedang yang masih dipegang si robot, ia berlari di atas pedang itu dan melompat tinggi memutar arah ujung katananya ke bawah, sebelum robot itu sempat menghindar, kepalanya tertusuk oleh katana itu.

Wajah aneh dan mengerikan itu hancur seketika, kilatan-kilatan listrik keluar dari seluruh bagian kepala dan tangan yang putus, cairan oranye menyembur ke mana-mana.

Menggunakan bahu si robot sebagai pijakan, Yoohyeon melompat salto dan mendarat lembut beberapa meter dari tempat si robot tumbang yang kemudian meledak dengan suara keras membuat Background Yoohyeon terlihat lebih keren saat ia kembali menyarungkan katananya. Rambut hitamnya berkibar liar.

Yoohyeon melangkah pelan, ia memutar-mutar katana tersebut lalu menyarungkan benda itu pada sarungnya.

"Membosankan, apa hanya ini saja makhluk terbaik yang dikirim untuk menjatuhkanku?" Ia tampak agak kecewa karena menghadapi lawan yang sekiranya terlalu lemah bagi dirinya.

Yoohyeon melanjutkan perjalanan tanpa arah dan tujuan yang pasti itu, ia memandangi langit dan keadaan kota yang tampak buruk tersebut.

***