webnovel

New Wings Era

Era baru yaitu "Era Sayap" telah dimulai. Suatu kompetisi bernama Wings Battle dibuat. Kompetisi dimana semua sekolah Wings Battle mengirim Pilot handal mereka untuk diikut sertakan dalam kompetisi. Sebuah kompetisi peperangan antara pesawat di udara. Roman Zach baru saja pindah ke Mataram Combat Wings Academy yang merupakan sekolah top-5 Elite Wings Battle.

UPrizon · Ciencia y ficción
Sin suficientes valoraciones
1 Chs

Wings Chapter : Prolog

"Hey! Hey! Romaaaan....!"

(Siapa?)

Tangan kecil lembutnya menarik Roman. Roman hanya bisa menatap hampa seseorang yang menariknya. Kulitnya terlihat sangat bersih dan lembut. Rambutnya panjang, putih layaknya salju.

(Siapa?)

"Roman! Kita main yuk...!"

Wajahnya tidak terlihat jelas. Hanya terdengar suara pelan yang samar-samar.

(Apa ini?)

Tidak sadar, Roman dan perempuan ini sudah tiba di sebuah pantai. Pasirnya bersih dan terasa halus. Hari yang sangat cerah . Gradasi warna air dari biru toska ke biru muda terlihat mengagumkan. Langit berwarna biru sebiru air laut. Angin laut berhembus meniup rambut perempuan ini.

(Penglihatan apa ini?)

"Roman...." tiba-tiba panggil orang ini dengan suara datar.

(Ah, iya?)

Perempuan ini sedikit menolehkan kepalanya ke belakang. Wajahnya masih tidak bisa terlihat. Hanya terlihat sesaat mulut yang tersenyum. Orang ini kembali melihat jauh ke cakrawala. Nyeri kecil tiba-tiba terasa di dalam dada Roman.

(Perasaan apa ini?)

Nyeri di dadanya semakin terasa. Semakin terasa nyerinya, semakin sulit Roman mencari penjelasan tentang perasaan yang sedang dia rasakan sekarang. Roman menggenggam dadanya. Berpikir sekali lagi, Roman menganggap semua penglihatnnya ini hanyalah halusinasi mimpi saja.

"Kenapa, Roman?" tanya orang ini.

(Tidak... Maaf)

Banyak pertanyaan yang tidak bisa diproses oleh otak Roman.

(Siapa sebenarnya orang ini?)

"Ketika kau jatuh, kau selalu bisa memanggil namaku. Untuk itu, jangan pernah takut untuk jatuh lagi. Serukan namaku dalam hatimu sekeras mungkin. Aku pasti akan menolongmu kapanpun."

(DHEG!)

Kata-kata orang ini sempat membuat jantung Roman berhenti sedetik. Perhatiannya hanya terfokus kepada orang yang sedang berdiri di depannya.

(Siapa sebenarnya kau?)

Perlahan, orang ini membalikan wajahnya kepada Roman. Roman tidak bisa berkedip sama sekali. Wajahnya yang sebelum samar perlahan mulai terlihat jelas. Terlihat raut wajah bahagia dengan senyuman yang hangat. Rambut lembut putih salju dan gaun putih yang anggun. Orang ini... tidak. Perempuan ini terlihat sangat anggun dan menawan. Roman diam agak terpesona. Semua nyeri di dadanya tiba-tiba lenyap tanpa sisa. Hanya perasaan tenang dan lega.

"Namaku...."

Penglihatan Roman tiba-tiba silau. Terdengar suara statis di telinganya. Untuk beberapa saat Roman hanya melihat dunia putih.

(Radio Check...)

"Hah?"

(Eheemm...! Radio check?)

Terdengar suara orang yang mencoba masuk transmisi. Roman yang masih dalam fase setengah sadar memperhatikan sekelilingnya. Setelah benar-benar tersadar, Roman menyadari bahwa dia masih berada di dalam kokpit pesawat.

"Aduduh... Mimpi apa sieh Roman?" tanya pada dirinya sendiri dengan nada kesal sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

Roman segera mematikan mode auto-pilot, duduk tegak memakai sabuk pengaman dan segera menyesuaikan frekuensi agar bisa terhubung.

("Type TJET-90, I repeat .... TJET-90")

"Roger... This is TJET-90 standbye..."

Sebari memegang yoke, Roman berkomunikasi dengan Airplane Control milik akademi.

(This is Airplane Control by Mataram Combat Wings Academy. Are you the transefered student named Roman Zach?)

"Yes, this is Roman Zack talking dircetly to you...."

(Oke, Roman Zach. Anda sudah masuk area Akademi Mataram Combat Wings. Kami akan memandu kamu ke Runway Akademi)

"Roger"

Transmisi radio terputus. Lalu, sebuah pesawat bertipe Twin-Engine terdeteksi radar berada di belakang pesawat Roman.

(Radio check...?)

Terdengar suara laki-laki di transmisi radio.

"This is TJET-90, standbye...."

(Ooh... apakah ini pesawat yang dipiloti murid pindahan?)

"Iya, nama saya Roman Zach. Saya murid pindahan di sini"

(Oke Roman, saya sudah kirim koordinat Runway 09. Pakai navigasi dan ikuti saja garis yang dilihat di map navigasi)

"Siap!"

Garis pink muncul di map navigasi. Peraturan dasar menjadi pilot, ikuti garis petunjuk pink. Roman segera mendorong Throttle dan memutara yoke untu berbelok mengikuti navigasi.

-NEW WINGS:ERA-

Wings Battle (WB). Sebuah kompetisi dimana 2 tim yang masing-masing terdiri atas 2 pesawat dan 2 pilot berperang di Arena Udara. Kepopuleran kompetisi ini sudah menyebar ke seluruh dunia, termasuk Indonesia. Sekolah-sekolah khusus Wings Battle mulai berdiri dimana-mana. Semua sekolah saling bersaing menghasilkan pilot berbakat mereka masing-masing. Pilot berbakat dan terpilih akan diikut sertakan pada kompetisi Wings Battle Regional (WBR) sebelum bisa masuk ke Wings Battle National Event (WBNE) jika menjadi juara di WBR. Orang yang setidaknya sudah pernah mengikuti WBR akan diberikan sertifikat yang bisa digunakan untuk mendaftarkan diri ke Wings Battle Klub yang ikut di Liga domestik jika sudah menamatkan akademi. Sudah terdapat 13 WB Klub yang berdiri saat ini di WB Indonesian League. Salah satu tim yang terkenal yaitu Regina WBC. Tim pemegang trofi terbanyak di WBI League sekaligus pemenang Asian Wings Cup (AWC) 2 kali berturut-turut sebelumnya. Hanya akademi yang masuk top-7 yang bisa mendaftar di klub ini. Itu adalah persyaratan standar klub yang sering menjuarai liga. Mataram Combat Wings Academy sudah masuk persyaratan standar.

Mataram Combat Wings Academy atau Mataram Wings Academy memiliki segudang pilot berbakat. Akademi ini juga sering menjuarai WBR dan beberapa kali menjuarai WBNE dengan tim pilot mereka. Fasilitas latihannya juga super lengkap. Air Training Field, ruang simulator, Maintainance Center, bengkel dan asrama. Banyak murid yang sudah mencoba mendaftar namun banyak juga yang kecewa karena tidak bisa terdaftar masuk ke akademi ini. Roman bisa masuk akademi ini lewat jalur khusus. Norman Shawn, kakek Roman Zach. Dia adalah pilot legendaris Mataram Wings. Telah banyak membantu akademinya memenangkan banyak event Wings Battle dan Regina WBC memenangkan 7 trofi liga. Shawn juga yang memperkenalkan Wings Battle pada Roman sekaligus melatih dirinya. Kakenya ingin Roman memasuki akademi top dan bersaing dengan pilot berbakat seumuran dengannya. Kakenya juga ingin dirinya mampu bersaing di WBNE dan melawan pilot akademi dari seluruh Indonesia. Langkah pertamanya yaitu, memasuki akdemi ini.

TJET-90 beserta Razor-2 milik pemandu mendarat di Runway 09 akademi Mataram Wings. Kedua peswat parkir di apron akademi. Alberto dan kepala sekolah akademi sudah berdiri siap menyambut Roman di dekat apron dimana TJET-90 milik Roman parkir. Roman turun dari pesawat miliknya dengan memasang muka yang terlihat seperti orang yang baru saja mengalami latihan berat. Alberto langsung mengampiri Roman.

"Hweeeh.... aku bosan hanya melihat laut dari tadi" ujar Roman.

"Hahahaha! Jangan menunjukan wajah seperti itu Zach!" kata Alberto sambil menepuk-nepuk punggung Roman.

Alberto Brent, adik kelas Shawn semasa akademi. Dia adalah fans kakek Roman dulu. Saking 'ngefans' dengan Shawn, dia memiliki gaya rambut Shawn dulu yaitu undercut. Dia bertugas sebagai pilot pelatih utama di akademi Mataram Wings. Alberto sudah kenal Roman sejak kecil dan sering juga memandu Roman berlatih bersama Shawn.

"Paman masih saja punya banyak energi walau sudah berusia 53 tahun, ya?" kata Roman yang berekspresi heran.

"Suda-sudah, Zach! Kita bahas itu nanti. Kau harus menyapa kepala sekolah"

Kepala sekolah Mataram Combat Wings Academy, Nikko Amelio. Sudah menjabat selama 20 tahun dan dihormati seluruh siswa pilot karena di masa kepemimpinannya saat ini, akademi Mataram Wings bisa menjadi top-5. Usianya sudah menginjak sekitar 60 tahun namun masih terlihat lebih muda dari usianya. Rambut abu-abu yang disisir rapi menyamping dan jas hitam beserta logo Mataram Wings membuat Roman kagum dengan kegagahannya.

"Jadi kau yang bernama Roman Zach?" tanya Nikko dengan suara tenang.

(Uwaaah.... bahkan cara bicaranya juga seperti 'gentleman' sugguhan)

"I-iya! Saya Roman Zach. Kelas 2 pindahan dari Akademi Ford" jawab Roman sedikit tegang.

Akademi Ford adalah akademi Roman sebelumnya. Roman hanya bersekolah di sana selama 2 semester lalu pindah ke akademi Mataram Wings karena permintaan kakeknya.

"Kakek saya adalah lulusan akademi ini dan...."

"Kakekmu?" potong Pak Kepala.

"Ah, iya. Nama kakek saya Norman Shawn" kata Roman melanjutkan.

Mata Pak Kepala tiba-tiba terbuka lebar.

(Norman Shawn? Dia adalah cucu Norman Shawn? Hmph.... diluar dugaan. Kita mendapat cucu pilot legendaris di sini)

"Roman!" panggil Pak Kepala.

"S-siap!" jawab Roman dengan postur tegap siap.

"Apakah kau serius ingin bersekolah di sini?! Aku ingin mendengar alasanmu. Aku tidak ingin ada murid pilot yang bersekolah di sini dengan niat yang setengah-setengah!" kata Pak Kepala dengan nada serius.

Roman membatu beberapa saat. Dia harus menyampaikan niatnya yang sesungguhnya kepada Pak Kepala. Roman memejamkan matanya. Teringatlah Roman percakapannya dengan Shawn saat sedang duduk bersantai di teras rumah. Ingatan yang tergambar layaknya film hitam putih.

("Roman, apakah kau suka terbang?") tanya Shawn.

"Tentu saya Kek! Aku ingin jadi seperti Kakek! Kakek keren, kuat, dan dikenal banyak orang!"

Shawn tersenyum mendengar jawaban Roman.

("Jangan jadi seperti kakek. Kakek dulu orangnya kadang keras kepala dan sedikit egois")

"Bukan sifat kakek! Aku ingin jadi PILOT seperti Kakek dulu!"

(Hahahahaha! Kalau begitu, berjuanglah!")

Shawn mengelus-ngelus rambut Roman.

"Aku ingin jadi seperti Kakek. Bukan sifatnya. Tapi PILOT seperti kakek. Keren dan dikenal banyak orang" Roman mengatakannya masih dengan pandangan tunduk dengan mata tertutup.

Roman membuka mata dan menegakkan pandangannya menghadap Pak Kepala.

"Aku mungkin sudah diajari Kakek dan paman Alberto. Tapi, aku jadi lebih kuat dan keren seperti Kakek. Iya! Aku bersungguh-sungguh! Roman melanjutkan penjelasannya.

Pak Kepala menunjukkan senyumnya.

"Baiklah! Selamat datang di Mataram Combat Wings Academy, Roman Zach!" kata Kepala Sekolah.

"Si-siap! Saya Roman Zach, Siap untuk masuk di akademi!" jawab Roman dengan sigap.

Kata-kata itu merupakan awal dari perjalanan Roman menuju Wings Battle National Event. Langit cerah dan matahari bersinar terang. Angin berhembus di apron tempat mereka berdiri. Alberto melepaskan senyum kecilnya kepada Roman.

(Kau sudah besar dan kau akhirnya masuk ke akademi ini mengikuti jejak Shawn. Aku tidak bisa tahan membayangkan ekspektasiku dimana kau mengangkat piala WBNE itu nanti, tersenyum karena menang dan tertawa karena senang. Shawn, aku akan terus membimbing Roman. Aku akan melihatnya berkembang menjadi pilot seperti dirimu. Aku akan menantikannya, Roman! Guncangkan dunia Wings Battle)

-NEW WINGS ERA-

Deburan ombak pantai sangat tenang sore ini. Langit berwarna merah muda bercampur keungu-unguan. Beberapa awan hitam bisa terlihat di langit. Angin laut begitu sejuk dan menenangkan. Pasir berwarna oranye karena bercampur sinar matahri begitu lembut terasa di kaki. Roman berdiri sambil menendang-nendang kecil pasir di kakinya. Dia melihat jauh ke cakrawala. Matahari hampir terbenam. Bumi akan dipenuhi cahaya-cahaya lampu neon. Masih ingin menikmati sensasi ini, Roman menjauh dari garis gelombang dan duduk di pasir menghadap matahari terbenam. Hari akan berakhir. Roman sudah mendapatkan tempat di asrama akademi. Asrama akademi Mataram Wings berada di pulau yang berbeda dari akademi. Ada sekitar 4 asrama yang dimiliki oleh akademi Mataram Wings. Setiap asrama berbeda pulau. Pulau tempat Roman menginap ini berada 4 mil atau 6 kilometer dari selatan pulau Lombok. Pulau ini memiliki runway dan apron untuk tempat parkir pesawat para murid. Masing-masing asrama bisa menampung 100 – 150 siswa. Siswa disini memiliki ruangan sendiri. Kamarnya dibuat tidak terlalu besar karena hanya sebagai tempat tidur dan beristirahat. Pulau ini mungkin aka jadi favorit Roman, karena memiliki pantai dengan pasir putih yang halus dan tempat yang sangat 'perfect' untuk melihat sunset bagaikan anak Indie ditemani ukulele dan kopi. Sayangnya, Roman tidak tertarik dengan ukulele. Roman menjatuhkan badannya di atas pasir sambil menaruh kedua telapak tangannya di bawah kepalanya.

"Pantai terbaik memang! Aku ingin terus berada di sini semalaman!" kata Roman.

Roman memejamkan matanya. Dia sudah mulai terbawa dengan suasana tenang itu.

"Jangan sampai terlalu terbawa suasana dan tertidur di situ!"

Tiba-tiba ada suara orang yang terdengar dari belakang. Roman bangun dan menoleh ke sumber suara.

"Hm?"

Roman tidak menyadari akan ada orang yang datang ke pantai ini. Seorang laki-laki berambut merah, memakai jaket hitam dan jeans sedang berdiri memasukkan kedua tangannya ke kantung jaket sambil melihat Roman.

(Uwaaah... stylish bener sampai-sampai pergi ke pantai dengan pakaian seperti itu)

"Maaf-maaf menganggu. Aku hanya mengingatkan saja supaya tidak terlalu terbawa suasana" kata orang ini sambil tersenyum memejamkan matanya.

"Aaa..ah...ahaha. Terimakasih" jawab Roman tersenyum canggung.

"Omong-omong, kau murid pindahan juga, kan?" tanya orang ini sambil berjalan mendekati Roman.

"Darimana tau?"

"Sudah jelas bukan? Aku tidak pernah melihat wajahmu sebelumnya. Jadi aku tau. Kalau juga orang biasa, tidak mungkin bisa masuk ke pulau ini karena hanya siswa yang diperbolehkan"

("Ah, bener juga")

"Namaku Roman Zach, panggil saja Roman"

Roman memperkenalkan diri pertama.

"Roman? Apakah orang tuamu berasal dari Eropa?"

Nama Roman di Indonesia masih terdengar kurang familiar saat ini.

("Woah, woah.... Ternyata dia tau")

"Ah, iya. Ayahku dari Indonesia, tapi ibuku asli Belgia"

Ayah Roman bekerja di Belgia dan akhirnya bertemu Ibu dan menikah di sana. Lalu, mereka berdua memutuskan untuk tinggal bersama di Indonesia.

"Oooh.... orang tuaku juga berasal dari negara berbeda. Mungkin kita bisa akrab kedepannya"

Roman merasa sedikit tidak mengerti alur pembicaraan ini. Bertemu orang pertama kali dan langsung bisa ngobrol akrab. Hubungan kadang bisa jadi sangat aneh. Ada jeda canggung sesaat setelah orang itu mengatakannya.

"Mungkin?"

Pada akhirnya, Roman hanya kebingungan mencari balasan dari kata-kata orang itu.

"Kesempatannya lebih tinggi dari mungkin. Namaku Ryan Park. Senang berkenalan dengamu" Ryan memperkenalkan diri sambil mengulurkan tangan.

Roman menggapai tangan Ryan dan berdiri dari pasir dengan bantuan uluran tangan Ryan. Entah kenapa Roman tiba-tiba merasa cocok dengan orang baru ini. Mungkin karena persamaan atau sifatnya.

"Ouh! Senang berkenalan juga!" jawab Roman dengan senyum kecil.

"Kita harus kembali ke asrama sekarang. Sekarang hampir masuk waktu malam dan tidak boleh ada siswa yang mondar-mandir di luar" kata Ryan sambil melihat jam tangannya.

"Ahhh, iya iya..." kata Roman yang baru teringat peraturan waktu malam.

Jika ada pilot siswa yang ketahuan melanggar jam malam, hukumannya akan tidak tanggung-tanggung. Karena itulah siswa pilot di sini benar-benar taat dengan peraturan itu. Mereka berdua segera berjalan kembali ke asrama sebelum jam malam tiba. Hanya butuh 6 – 7 menit dari pantai ke asrama. Cahaya matahari yang tadinya cerah oranye sekarang mulai meredup. Lampu-lampu di sepanjang jalan mulai menyala berurutan. Roman dan Ryan sedikit bercakap-cakap tentang diri mereka sepanjang perjalanan.

"Roman. Apa alasanmu pindah ke akademi ini?"

Pertanyaan yang lumayan sulit bagi Roman. Bukan sulit, tapi membingungkan. Jawabannya tidak terlalu jelas bagi Roman saat ini.

"Aku hanya ingin jadi seperti kakek...." jawab Roman dengan suara pelan.

"Hah?"

Suara Roman sedikit tidak terdengar di telinga Ryan.

"Aaah, maaf! Semua orang pasti ingin jadi pilot terbaik, kan?" tanya Roman mencoba merubah topik.

"Ooh... aku mengerti"

"Apa?"

Roman sedikit bingung.

"Aku juga ingin jadi yang terbaik dari yang terbaik. Intinya, aku ingin jadi pilot yang terbaik di negri ini-Bukan, DUNIA!" kata Ryan sambil menggenggam tangannya.

"Untuk itu, Roman! Ayo, kita sama-sama jadi yang terbaik di akademi ini dulu!"

Roman sedikit takjub dengan keinginannya.

"Iya!" jawab Roman.

Mereka sama-sama melakukan tos tinju. Di anatara hari-hari biasa, pasti saja ada terselip sesuatu yang luar biasa.

-New Wings Chapter Prolog ends-

Prolog dan chapter 1 disini digabungin

UPrizoncreators' thoughts