"A-Anu, aku—"
"Kau ingin keluar kemana?" tanya Ta begitu tanggap. "Di lokasi yang seperti ini? Betulan?" Layar iPad dia goyangkan karena penuh gambar hutan.
Apo pun bingung menjawabnya. "Iya, mau. Tapi kepinginnya ajak ...." Tiba-tiba dia ragu mau bilang. Sebab kemarin Ta sudah menekankan, jika sang pemilik di rumah maka Apo harus bersamanya. Ini jadi agak menyulitkan.
"Hm?"
.... Paopao.
".... sama Ayah," kata Apo dengan senyuman kecut. Persia itu memainkan jari karena cemas, takut tidak bisa memberikan perhatian yang setara. "Umn, tapi boleh tidak, Yah?" tanyanya. "Aku suka sama pohon soalnya. Apalagi kalau dihiasi banyak kunang-kunang. Lucu ...."
Ta pun melihat foto-foto itu kembali. "Hm, boleh." Senyumnya begitu tampan. "Besok pagi ya. Jadwalnya harus kuatur dulu. Kita bisa naik kuda sekalian, lewat field tempat biasa aku belajar," jelasnya. "Di dekat situ ada hutan, tapi hari ini sudah penuh, Natta. Nanti jam 2-an kalian juga kuajak belanja."
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com