webnovel

Negeri Para Pembohong

Apa yang akan kau lakukan ketika bisa mendeteksi sebuah kebohongan? Faresta Haerz— remaja yang memiliki kekuatan supernatural yaitu mengetahui kebohongan dari setiap kata-kata seseorang. Faresta juga sebentar lagi akan masuk ke sebuah sekolah tingkat nasional. Sekolah Menengah Atas yang dikelola langsung oleh pemerintah, sistem serta peraturan sekolah itu juga unik dan mendapat sebutan "Surganya Para Pelajar". Sekolah yang bertempat di sebuah pulau buatan dengan segala fasilitas yang diperlukan pelajar. Selain sistem yg unik, sekolah itu juga memiliki banyak keringanan untuk para pelajar, seperti kebebasan berpenampilan, sistem belajar yang tidak terlalu ketat, fasilitas yang memadai, dan lain-lain. Faresta Haerz yang memiliki sebuah tujuan tertentu akan mulai masuk ke sekolah tersebut, sekolah yang disebut Surga Para Pelajar— SMA GARUDA. Konsep sekolah di sini terinspirasi dari Light Novel karya Shougo Kinugasa-sensei berjudul [Yōkoso Jitsuryoku Shijō Shugi no Kyōshitsu e] atau yang lebih dikenal dengan anime [Welcome To Classroom Of The Elite].

DameNingen · Ciudad
Sin suficientes valoraciones
18 Chs

Chp1: Day 1 (4)

Mungkin sekitar jam 07.20, aku memasuki bus sekolah tersebut. Duduk di kursi bagian kiri dan baris ke 5 dari depan. Memangku tas kecilku ke paha, aku mulai membaca sebuah novel.

10 menit kemudian, tepat sebelum bus menyebrang ke pulau utama, bus tersebut berhenti di sebuah tempat pengisian bahan bakar. Kebetulan tempat itu dilengkapi dengan fasilitas WC umum, karena itulah aku memutuskan untuk pergi ke WC itu untuk mengatur make-up yang kupakai.

Karena keteledoranku, aku tidak membawa novel tadi. Sekembalinya dari sana, novel milikku sudah tidak terlihat oleh mataku lagi. Bodohnya aku juga tidak menyadari hal itu sampai pak sopir menyuruh kita untuk memperhatikan barang-barang.

Aku langsung panik seketika setelah menyadari novel tersebut hilang. Aku benar-benar panik luar biasa saat itu, sampai kita turun dan aku melihat seseorang membawa novel yang sama dengan punyaku di tangannya.

"Aku langsung marah dan yah...kalian tahu kelanjutannya," jelas gadis bernama Keysha yang sedari tadi duduk menyilangkan kakinya.

"Aku mempercayai ceritamu barusan, tapi sayangnya tidak ada bukti yang mengatakan kalau si Fajar mengambil novelmu 'kan? Dan juga kita tidak memiliki bukti kalau kau memiliki novel yang sama dengan novel ini." Tio berdiri menghadap ke arah Fajar dan Keysha seraya tangannya memegang sebuah novel dan mulutnya menjelaskan hal itu secara rinci. "Dan juga, Keysha. Bukankah kamu mengatakan kalau melihat Fajar mengambil novel ini? Mana yang benar, apakah kamu berbohong dan asal ceplos saja?" lanjutnya.

Aku sudah tahu kalau Keysha sudah berbohong dari tadi, tapi dari ceritanya barusan aku tidak mendeteksi kebohongan— ah, sepertinya dia berbohong kalau dia ke WC untuk merapikan make-upnya.

Fajar langsung berdiri setelah mendapat dukungan dari Tio. "Kan! Kau tidak punya bukti apa-apa!"

"A- apa?!" Keysha yang merasa tersudukan juga ikut berdiri. "Aku memang berbohong kalau aku melihatmu mengambilnya, tapi aku punya sesuatu yang bisa dijadikan bukti kalau novel itu milikku!"

"Diamlah!" bentak Tio melihat suasana yang kembali runyam. Menyadari itu, Fajar dan Keysha langsung kembali duduk. "Cih!" Cuma perasaanku saja atau mereka berdua secara bersamaan mendecakkan lidah?

"Baiklah. Keysha, kamu bilang mempunyai sesuatu yang bisa dijadikan bukti, apa itu?"

"Ya, di novel punyaku ada tanda tangan sang penulis di halaman terakhir, itu adalah alasanku menginginkan novel itu kembali. Kalau Cuma novel biasa aja, aku tinggal beli lagi aja."

"Hoh. Kalau begitu silakan kamu cek sendiri." Tio melemparkan novel tebal itu kepada Keysha. Keysha yang berhasil menangkapnya dengan tepat segera membuka dan mencari letak tanda tangan yang dikatakannya. Tanda tangan itu sepertinya benar-benar ada di novel miliknya, dia tidak berbohong.

Setelah membolak-balikkan setiap lembar novel di tangannya berkali-kali, Keysha tidak melihat sesuatu yang dimaksudkan olehnya tadi. "Loh, loh, loh? Gak ada?! Ternyata memang bukan punyaku! Lalu di mana novel punyaku?!"

"Sudah ku bilang ini bukan milikmu!" Menyadari Keysha tidak bisa membuktikannya, Fajar langsung mengambil novel itu dari genggaman Keysha.

"Lalu di mana novel punyaku?! Ahg... Novel kesayanganku..."

"Mana kutahu!"

Mungkin novel itu memang sudah dicuri orang lain. Tapi rasanya aku melupakan sesuatu. Ya sepertinya aku harus menanyakan tentang kemungkinan itu. "K- Keysha, ap—"

"Keysha, apa kamu sudah memeriksa kantung di belakang kursi depanmu?" Belum selesai aku berkata, Yudha langsung mencela.

"Ha? Aku tidak sebodoh itu!" bentak Keysha.

"Aku tidak berpikir kamu bodoh, hanya sedikit teledor atau ceroboh? Eh, atau mungkin pelupa?"

"Namamu Yudha kan? Apa yang ingin kau katakan?" cela Tio.

"Ah, maksudku, sepertinya gadis bernama Keysha ini hanya melupakan sesuatu."

"Apanya?" Fajar juga ikut mencela. Sepertinya semuanya yang ada di sini menjadi bingung, selain aku dan Yudha.

"Barisan tempat duduknya." Mendengar perkataan Yudha, ketiga orang di depannya semakin bingung. Aku ralat, sepertinya Tio dan Fajar sudah mulai mengerti.

"Aku mengerti..." Fajar kemudian menghadap ke Keysha. "Oi, aku tidak tahu mau menyebut kau itu pelupa, ceroboh, teledor, atau memang bodoh. Sepertinya kau sudah melupakan sesuatu," lanjut Fajar.

"Siapa yang kau maksud, banci?!"

"Sadarilah dirimu sialan!" Setelah membentak seperti itu, Fajar langsung berdiri dari bangku taman itu dan segera berjalan ke lapangan upacara. Kemudian dia berkata, "Aku tidak ada hubungannya lagi dengan kalian. Jadi, sampai jumpa."

Setelah memperhatikan Fajar yang perlahan menghilang di balik pintu masuk gedung SMA itu, mataku kembali ke Tio dan Keysha.

"Yudha, apa kamu yakin dia duduk di barisan yang salah?" tanya Tio setelah cukup lama berpikir.

"Tentu saja, karena aku dan Faresta duduk di barisan kelima di bagian kanan, sedangkan Keysha duduk di barisan keenam di bagian kiri."

"A- apa maksudmu?" Sepertinya Keysha masih tidak bisa menangkap hal yang terjadi saat ini. Apa dia benar-benar bodoh?

"Ah pak!" panggil Tio kepada seorang penjaga kebersihan dengan mendadak. Tio langsung berjalan ke arah orang itu.

Seorang pria paruh baya. Dia memakai pakaian yang lumayan bersih, tapi jika dilihat dari apa yang di bawanya, dia merupakan tukang sampah. "Iya nak?"

"Teman saya ini meninggalkan sesuatu di bus sekolah yang kami naiki tadi. Di mana kami bisa menemukan bus itu?"

"Oh bus itu. Sebenarnya sekolah ini memiliki banyak bus, mereka akan berkumpul di bagian tenggara pulau ini. Mereka selalu melakukan pemeriksaan setiap setelah selesai bertugas, jadi jika mereka menemukan barang tertinggal, mereka akan membawanya ke kantor polisi, di sana kalian bisa mengambilnya."

"Hoh, kalau begitu kami tidak perlu repot lagi. Kira-kira kapan bisa kami mengambil barang tersebut?"

"E.. Bapak jarang naik bus itu, tapi dari yang bapak dengar, kalian bisa mengambilnya setelah jam kerja mereka habis. Mungkin besok pagi sudah ada di kantor polisi di dekat gedung pak direktur."

"Ah, makasih pak, maaf merepotkan." Kemudian Tio berjalan kembali ke arah kami.

"Begitu katanya. Sebaiknya kita sekarang segera berlari ke lapangan upacara, besok baru ambil novel milikmu." Tio mengambil tasnya yang dari tadi menjadi pembatas antara Keysha dan Fajar.

"Tunggu, kenapa kau yakin kalau novelku tertinggal di bus tadi?"

"Ah... Aku malas menjelaskannya. Begini saja, jika kita sekelas, aku akan menjelaskannya kepadamu, jika tidak, besok pagi datang saja ke kantor polisi yang ada di dekat gedung pak direktur." Tio menunjuk jarinya ke arah sebuah gedung yang cukup tinggi untuk dibangun di pulau buatan seperti ini. "Kamu lihat gedung tinggi di sana, itu gedung direktur."

"Ah—"

"Kalau begitu aku duluan, kita hanya punya 4 menit sebelum terlambat." Kemudian Tio dengan cepat berlari.

"Sepertinya kita juga harus cepat Faresta. Aku tidak mau hari pertama sekolahku dibuka dengan keterlambatan seperti ini." Yudha mengatakan itu dan langsung berlari menyusul Tio.

Tak mau ditinggalkan, aku juga mulai melangkahkan kakiku. "A- ah! Y- Yudha, tunggu aku!"

Masih pagi hari, tapi aku sudah mendapati kebohongan 2 kali. Benar-benar berbeda dengan saat aku berada di tempat itu. Oh, aku-tidak, lebih tepatnya kami bertiga sepertinya melupakan Keysha yang masih kebingungan.

Ya, mau bagaimanapun hasil dari masalah tadi, itu tidak ada hubungannya denganku. Tapi sungguh, Tio dan Yudha, serta Fajar telah melupakan sesuatu yang penting