webnovel

Persiapan Acara Ulang Tahun.

"Apa beliau ada di dalam?" tanya Mr. Hans pada Kimberly.

"Ada, Mr. Hans, pak Dean sudah menunggu Anda di dalam."

"Baik, terima kasih, Kim. Ngomong-ngomong ini siapa?" tanya Mr. Hans saat melihat wanita cantik dengan make-up tebal yang duduk di samping sekertaris Dean.

Kim melirik Soraya. "Dia karyawan baru, Mr. Hans. Dia saudara tirinya asisten Anda."

Perkataan Kim membuat Soraya menatap tajam. Sementara Mr. Hans langsung bergerak dan masuk ke dalam ruangan CEO seakan tidak mau tahu.

"Selamat pagi, Pak Dean," sapa Mr. Hans begitu masuk ke dalam ruangan.

Dean yang kebetulan sudah menunggu di sofa yang disediakan khusus untuk tamu pun langsung berdiri dan berjabat tangan dengan kepala divisi bagian keuangan itu.

"Pagi, Mr. Hans. Silahkan duduk." Dean menunggu sampai lelaki itu duduk lalu berkata, "Begini, Mr. Hans. Karena besok adalah ulang tahun kantor, aku ingin Anda mengurus semua anggaran untuk acara besok. Anggaran mulai dari makanan, dekorasi hingga minuman."

"Baik, Pak. Tapi sumpah, aku sendiri lupa kalau besok ulang tahun kantor."

Dean tersenyum samar. "Namanya juga sudah tua, pasti suka lupa," katanya dalam hati. Ia mengubah wajahnya kembali datar lalu berkata lagi, "Saya sudah menyuruh Matt untuk melakukan reservasi di restoran langgananku. Dia akan mengirimkan daftarnya lewat email Anda nanti. Semoga kalian bisa bekerja sama demi kelancaran pesta besok."

"Baik, Pak."

Dean meletakkan tungkainya di kaki sebelah, sedangkan tangannya yang satu merangkul sandaran sofa.

"Apa Anda punya ide tambahan untuk acara besok, Mr. Hans?"

"Ide?" ulangnya, "Ide apa, ya?" Mr. Hans tampak berpikir, "Apa pestanya akan diadakan di dalam kantor, Pak?"

"Menurut Anda bagusnya di mana?" tanya Dean sambil menatapnya.

Mr. Hans kembali berpikir. Setelah ide muncul dalam pikirannya, ia berkata pada Dean, "Bagaimana kalau kita rayakan di mension Anda saja, Pak? Menurut saya ada bagusnya kalau kita adakan pesta itu malam hari dengan suasana berbeda. Kalau di kantor, takutnya akan mengganggu aktivitas operasional."

"Sudah tua bangka, tapi jiwanya masih muda ternyata," pikir Dean, "Aku setuju. Kalau begitu besok pukul delapan malam saja. Bagaimana? Dan pastikan di jam itu semua karyawan harus hadir."

"Itu ide yang bagus, Pak," balas Mr. Hans kaku.

"Tapi dengan satu syarat."

Mr. Hans terkejut. "Syarat apa, Pak?" tanyanya sambil mendorong kaca mata yang hendak merosot dari hidungnya.

"Pastikan semua karyawan harus hadir tanpa terkecuali. Aku juga tidak mau menerima alasan dalam bentuk apapun."

"Itu sudah pasti, Pak. Siapa bilang mereka tidak akan hadir di pesta itu, apalagi pesta ini adalah ulang tahun kantor. Saya yakin mereka semua pasti akan hadir, apalagi besok kan malam minggu."

"Oh iya, ya. Aku sampai lupa kalau besok malam minggu. Anda ternyata jiwa remaja juga, ya."

Mr. Hans terkekeh. "Fisik boleh tua, tapi tenaga dan pikiran jangan dong, Pak."

Tawa Dean nyaris meledak. Ia coba membayangkan bagaimana Mr. Hans yang tubuhnya sedikit bungkuk dan keriput itu memiliki tenaga yang kuat di atas ranjang. Dean terbahak membayangkannya.

Mr. Hans menatap Dean dengan mimik wajah bingung. "Apanya yang lucu, Pak?"

"Kakek Sugiono!"

"Hah? Kakek Sugiono? Siapa dia, Pak Dean?"

Dean menahan tawa. "Lupakan! Kalau begitu tolong Anda umumkan berita ini ke semua anak buah Anda," Dean berdiri dan mendekati mejanya, "Aku juga akan menyuruh Kim untuk menempelkan undangan di pintu masuk, biar besok pagi semua karyawan bisa membacanya."

"Baik, Pak. Apa ada lagi?"

"Kurasa itu saja."

Kalau begitu saya permisi dulu."

Mr. Hans langsung berdiri dan pamit undur diri. Saat Dean hendak meraih gagang interkom, Mr. Hans sudah mendekati pintu. Lelaki tua itu bahkan sudah memegang handle dan membuka pintunya saat Dean berteriak.

"Mr. Hans?"

Mr. Hans menoleh. "Iya, Pak?"

"Tolong bilang pada asisten baru Anda, besok dia harus hadir, begitu juga dengan yang lain. Bilang pada mereka jika siapa yang tidak hadir di pesta besok, pastikan besoknya lagi mereka tidak usah menginjakkan kaki di kantor ini dan siap menerima skors dua minggu bagi siapa yang tidak hadir di acara besok," kata Dean kemudian menekan tombol interkom untuk menghubungi sekertarisnya.

Mr. Hans yang masih berdiri di dekat pintu itu langsung menjadi patung. Ia menelan ludah dengan terpaksa. "Ba-baik, Pak."

"Kim! Tolong buatkan undangan ulang tahun untuk besok. Tempatnya di mension Kitten pukul delapan malam," katanya dengan nada tegas.

"Baik, Pak."

"Jangan lupa kau cantumkan catatan; bagi siapa yang tidak hadir, wajib menerima surat peringatan dan siap mendapat skorsing selama dua minggu."

"Ba-baik, Pak!"

Dean menutup gagang interkom itu lalu kembali duduk. Sambil menyandarkan diri dengan tangan yang terlipat di atas perut, ia menyeringai licik.

"Baiklah, Kensky. Film akan segera kita mulai."

Dengan langkah cepat Mr. Hans keluar dari lift yang berhenti di lantai enam. Ia menghampiri seluruh staf keuangan di ruangan itu lalu menyuruh mereka semua agar berkumpul di lantai tujuh.

"Semuanya naik ke atas sekarang. Ada penyampaian penting dan saya tidak mau mengulangnya."

Mimik wajah Mr. Hans yang datar membuat semua Staf Accounting di lantai enam itu bertanya-tanya. Bahkan ada yang saling bisik-bisik karena penasaran tentang perkataan sang kepala divisi barusan.

"Kira-kira ada masalah apa, ya?" tanya salah satu wanita muda kepada seniornya.

"Mungkin masalah keuangan. Secara yang mengatakannya kan adalah kepala divisi kita."

"Iya juga, sih. Apalagi wajah Mr. Hans tampak menyeramkan. Mungkin masalahnya besar."

Setelah tiba di lantai tujuh Mr. Hans langsung mengambil posisi menyendiri dan berdiri di depan ruangannya yang baru.

Setelah memastikan semuanya sudah terkumpul, Mr. Hans segera memulai dan menyampaikan pengumuman itu.

"Mohon perhatian ... aku hanya minta waktu kalian lima belas menit saja untuk menyampaikan hal ini."

"Ada apa, ya? Apa ada masalah?" bisik salah satu gadis pada temannya.

"Sepertinya iya," balasnya begitu melihat wajah Mr. Hans yang datar.

Lelaki yang usianya hampir mendekati kepala lima itu dengan pelan mengetuk kaca ruangannya.

Tok! Tok!

Sosok Kensky menoleh dari dalam dan Mr. Hans segera mengodekan pada gadis itu untuk segera keluar dan bergabung.

Kensky menurut. Dengan segera ia meninggalkan pekerjaannya yang kebetulan sudah selesai dan berbaur bersama karyawan-karyawan seniornya yang lain.

Sebagaian di antara mereka ada yang mentap Kensky dengan tatapan heran. Maklum, Kensky kan pendatang baru di Kitten Group. Tapi ada juga sebagian dari karyawan laki-laki yang menatapnya ingin karena penampilan Kenksy yang sangat seksi dengan rok merah ketat, pendek dan kemeja putih berlengan panjang, yang cukup transparan memperlihatkan bagian dalamannya yang berwarna gelap. Hal itu membuat sebagai perempuan yang lain menatapnya kagum dengan penampilannya.

Rambut Kensky yang dikuncir kuda memperlihatkan lehernya yang panjang dan menggoda.

Namun itu semua hanya alasan, yang paling membuat mereka iri padanya adalah posisinya yang langsung menduduki jabatan lebih tinggi dari mereka, padahal dia masih berstatus karyawan baru dan belum berpengalaman.

Bersambung___