webnovel

My version, Lucia [Hunter x Hunter]

Aku adalah seorang gadis biasa yang berumur 29 tahun dan namaku adalah Airine. Hidupku bisa dibilang sangatlah biasa dan membosankan. Aku ini termasuk otaku, sangat menyukai anime. Untungnya masih belum akut. Pada suatu hari, saat aku terbangun dari tidurku dan membuka mataku, aku terkejut dan bingung. Kenapa? Ya karena aku bukan berada di dalam kamarku sendiri. Sepertinya aku sudah berada di dunia yang bukan dari duniaku. Aku melihat sekelilingku, tidak ada jendela, hanya ada satu pintu besi yang terkunci, dan ada banyak boneka dan mainan di ruangan ini. Kenapa aku terkurung di tempat ini? Entah kenapa aku merasa tempat ini tidak asing, dan aku sering melihat hal-hal seperti ini. Tapi dimana ya? Aku sangat yakin, kalau aku berada di dunia anime. Tunggu itu berarti... Apa aku mati?! Atau bereinkanasi? Bertransmigrasi? Tunggu! Kenapa tidak ada Dewa atau Dewi atau Tuhan yang akan memberikanku system atau apa pun itu yang biasanya muncul seperti yang aku baca di novel-novel pada umumnya? Silva, ayahku memberiku tugas dan aku keluar meninggalkan rumah. Aku mengikuti ujian Hunter. Bisakah aku menjadi seorang Hunter profesional bersama Gon dan teman-temannya? -------------------------------------------------------------- Sebelum membaca lebih lanjut, saya memohon maaf yang sebesar-besarnya, jika ada kata-kata yang menyinggung atau tidak berkenan dihati. Cerita ini hanya untuk kesenangan saya sendiri atau hanya untuk menghibur semata. Cerita ini hanyalah fiksi penggemar dan di ambil dari cerita HxH (Hunter x Hunter). Semoga kalian suka ya. Selamat membaca :D

Rybee · Cómic
Sin suficientes valoraciones
145 Chs

98 - Uvogin x Kemarahan x Kurapika

Anggota Genei Ryodan masih terlihat santai dan menikmati permainan kartu mereka di atas bebatuan.

Franklin : Kasihan dia (Cacing), tidak ada yang tersisa.

Nobunaga : Seperti biasa, Big Bang Impactnya Uvo sangatlah kuat.

Machi : Jujur saja, dia hanya menggunakan pukulan dengan sedikit tambahan Nen. Delapan (sambil membuang kartu)

Shizuku : Sembilan.

Shalnark : Sepuluh.

Lucia yang berdiri di atas bebatuan lainnya melihat ke arah bawah. Terlihat ada lubang sangat besar akibat ledakan Big Bang Impactnya Uvo yang begitu besar.

Lucia : Big Bang Impact, ya? (tersenyum licik)

Uvogin menoleh dan sedikit mendongakkan kepalanya ke arah atas untuk melihat Lucia.

Uvogin : Zero, bagaimana pukulan Big Bang Impactku?

Lucia : Keren sekali. Apa aku juga bisa menggunakannya ya? (tersenyum polos)

Uvogin hanya tertawa senang mendengarkan pertanyaan polos Lucia.

Lucia : Uvo, aku ke tempat Fei Fei ya. Aku akan menonton dan menyemangatimu dari atas. Kau pasti bisa mengalahkan mereka semua sendirian, kan? (tersenyum)

Uvogin : Tentu saja! (menyeringai)

Lucia kembali ke tempat teman rekannya berada.

Lucia : Aku kembali!

Shizuku : Selamat datang kembali.

Machi : Oh, Zero selamat datang kembali.

Nobunaga : Ah, kau sudah kembali?

Feitan : Kau gagal menghabisinya (Rabid Dog) ya?

Lucia : Benar. Itu membuatku kesal. Dia kabur seperti belut saja. Tapi Uvo akan menggantikanku untuk menghabisinya (tersenyum licik)

Shalnark : Benar. Hahaha...

Franklin : Kerja yang bagus, Zero!

Lucia : Ngomong-ngomong, kalian sedang apa?

Shizuku : Main kartu. Mau ikutan main?

Lucia : Hm, tidak deh.

Lucia berdiri di tengah-tengah antara Feitan dan Nobunaga. Dia melihat Uvogin sedang melihat ke arah ketiga Injuu yang masih hidup.

Uvogin : Saa, tsugi wa dare ga shinu? (Nah, selanjutnya siapa yang mati?)

Rabid Dog : Genei Ryodan, huh?

Lintah : Percaya diri sekali dia.

Rabid Dog meludah ke tanah.

Rabid Dog : Yang akan mati itu kau brengsek!

Lintah : Dasar bodoh!

Uvogin melihat ketiga Injuu langsung berlari mendekati ke arahnya. Dia tertawa senang.

Uvogin : Ii ne (Bagus) Hehehe.. Aku suka semangat kalian!

Uvogin melihat Landak langsung melesat dengan cepat ke arahnya. Uvogin langsung melayangkan tinjunya ke arah Landak. Akan tetapi, tangannya tertusuk rambut duri Landak dan tersangkut di rambut duri tersebut.

Uvogin : Oh?

Landak : Aku bisa mengendalikan rambutku semauku dan juga bisa menjadikannya duri yang kuat, tajam dan menempel seperti ini, hmm. Pukulanmu itu memang kuat, tapi percuma saja kalau tidak mengenaiku, hmm.

Pada saat itu juga Rabid Dog datang menyerang dan mengoyak kulit Uvogin di bagian leher. Rabid Dog membuang kulitnya Uvogin ke tanah. Nobunaga dan Feitan yang melihatnya pun sedikit terkejut dan merasa kagum. Mereka tidak bisa mempercayai kalau Uvogin bisa terluka dikarenakan lapisan kulit bagian luar Uvogin itu sangatlah keras dan susah terluka.

Feitan : Mereka berhasil mengatasi kulit besi Uvogin dengan rambut duri dan gigi tajam mereka.

Shalnark : Mereka pasti ahli pengguna Nen. Boleh juga mereka.

Shalnark kembali membereskan kartu dan mengocok kartu.

Shalnark : Mau bertukar denganku, Uvo? (sedikit berteriak)

Uvogin : Jangan mengganggu pertarunganku! (sedikit berteriak)

Shalnark : Baiklah, baiklah. Tapi aku hanya sedikit iri dengan Zero (melihat ke arah Lucia) Kau sempat bertarung dengan mereka. Enaknya...

Lucia hanya terkekeh. Kerja sama para Injuu cukup bagus, sehingga sempat membuat Uvogin sedikit terpojok.

Uvogin : Kusso! (Sialan!)

Uvogin berusaha melepaskan Landak yang menempel pada tangannya dengan menggoyangkan dan mengibaskan tangannya sekuat tenaga.

Landak : Hmm, percuma saja. Kau tidak mungkin bisa melepaskan ratusan duriku. Ini sudah menempel erat pada tubuhmu, hmm.

Uvogin : Maka akan kugunakan kau sebagai pukulanku!

Uvogin langsung mengarahkan tinjunya ke arah Lintah dengan menggunakan duri Landak. Tapi Uvogin sedikit tersentak karena pukulan durinya tidak mempan terhadap Lintah. Lintah tersenyum licik.

Landak : Karena aku bisa mengendalikannya, jadi aku juga bisa melemaskannya dengan mudah, hmm.

Tiba-tiba sekali lagi Rabid Dog berhasil mengoyak kulit besi Uvogin di bagian paha. Uvogin sedikit tersentak karena tidak menyadari keberadaan Rabid Dog.

Rabid Dog : Puih! (membuang kulit Uvogin) Dasar berotot bodoh!

Dengan satu tangan lainnya, Uvogin mengarahkan tinjunya ke arah Rabid Dog. Akan tetapi Rabid Dog berhasil menghindar. Dia melompat ke belakang. Uvogin kembali tersentak kaget karena tiba-tiba dia tidak bisa bergerak sama sekali.

Rabid Dog : Oh, si berotot sialan ini, apa akhirnya racunnya sudah mulai bereaksi? Taringku ini bisa mengeluarkan racun dan itu bisa melumpuhkan ototmu itu! Khikhikhikhi...

Uvogin langsung lemas dan terduduk di atas tanah.

Uvogin : Teme... (Brengsek...)

Machi : Jika mereka menggunakan racun, ini akan berakhir.

Shalnark : Mereka pasti suka menyiksa musuh mereka (sambil mengocok kartu)

Lucia : Hm, sepertinya Uvo-ku dalam masalah.

Feitan : Uvo-ku? (bergumam)

Sekilas Feitan melirik ke arah Lucia, mata mereka bertemu. Lucia tersenyum, Feitan mengabaikannya dan kembali melihat ke arah depan. Sedangkan Nobunaga hanya diam sambil memegangi dagunya.

Lintah tiba-tiba sudah berada di belakang Uvogin. Dia sedang mengeluarkan telur dan anak-anak lintahnya ke dalam tubuh Uvogin melalui kulit yang terluka yang ada di bagian leher. Lintah terkekeh.

Lintah : Khekhekhe... Ditubuhku terdapat puluhan jenis lintah... Mereka akan memasuki tubuhmu melalui lukamu itu lalu bertelur pada kandung kemihmu. Lintah itu adalah hadiah dariku.

Uvogin : Kimochi warui na, teme! (Kalian memang menjijikkan, brengsek!)

Lintah kembali terkekeh.

Lintah : Kebanyakan orang akan mati karena siksaan dari ratusan juta lintah yang masuk dalam tubuh mereka. Khekhekhe...

Tiba-tiba Uvogin menggigit kepalanya Lintah, lalu mengunyahnya. Seketika itu juga Lintah langsung mati dan ambruk ke tanah. Landak dan Rabid Dog yang tadinya tersenyum licik pun langsung terkejut bukan main.

Lucia : Uvo, aji wa dou datta? (Uvo, rasanya gimana?) *sedikit berteriak*

Uvogin : Hm.. (masih mengunyah) Mazui na (Menjijikkan) Zero mau mencobanya?

Lucia : Makanan yang tidak enak begitu, jangan ditawarin ke aku dong. Dasar! (pura-pura cemberut)

Uvogin tertawa. Anggota yang lainnya terutama Nobunaga dan Feitan yang berdiri di sampingnya Lucia langsung menatap sinis ke arah mereka berdua.

Nobunaga : Feitan. Lihat, mereka berdua mulai lagi.

Feitan : Yare-yare... (Ya ampun...)

Lucia hanya terkekeh. Rabid Dog yang menyaksikan semuanya hanya bisa terpaku diam. Dia mulai menciut karena kembali melihat satu teman rekannya mati dengan konyol.

Uvogin : Kenapa kau terkejut? Tidak hanya kau saja yang bisa menggunakan gigi tajam.

Uvogin menyeringai lebar. Dia menunjukkan giginya yang penuh dengan darah. Landak terkejut. Dari kejauhan Kurapika yang menonton semuanya dengan menggunakan teropongnya pun ikut terkejut. Matanya sedikit bergetar. Kurapika melihat Uvogin membuka mulutnya dengan sangat lebar, seolah-olah menghisap udara untuk masuk ke dalam mulutnya.

Uvogin menutup mulutnya dan mengeluarkan sisa tulang tengkorak lintah yang dia kunyah tadi dan meludahkannya ke arah wajah Rabid Dog. Rabid Dog berniat untuk menangkis dan menahan tulang tengkorak dengan tangannya itu. Akan tetapi, tulang itu malah menembus telapak tangannya sampai ke dahinya. Rabid Dog mati seketika.

Kurapika : Mereka akan kalah. Injuu akan kalah...

Landak tercengang melihat kedua teman rekannya telah mati. Uvogin melihat ke arah Landak yang masih menempel pada tangannya. Uvogin tersenyum, Landak terkejut dan merasa ketakutan. Uvogin kembali membuka mulutnya dengan sangat lebar dan menghisap udara untuk masuk ke dalam mulutnya.

Landak : (Apa yang mau dia lakukan padaku? Serangan apapun itu percuma, karena tubuhku akan melindungi benturan apapun, hmm.)

Tiba-tiba Lucia menutupi telinganya. Feitan dan Nobunaga yang berdiri di samping Lucia saling pandang sejenak lalu kembali melihat ke arah Uvogin, seketika itu mereka langsung mengerti dan juga langsung menutupi telinga mereka.

Uvogin sudah selesai mengumpulkan udara di dalam mulutnya dan bersiap untuk berteriak keras ke arah Landak. Shalnark yang menyadari hal itu langsung membuang kartu yang ada di tangannya dan segera menutupi telinganya. Diikuti oleh anggota lainnya.

Uvogin : UWOOOOOOOOOOOOOOO!!!!

Suara menggema dan mengguncang ke seluruh arena bebatuan ini. Tanah bergetar hebat sehingga balon udara yang tadi digunakan oleh mereka langsung jatuh ke bawah. Kurapika dan teman rekannya yang lain langsung menutupi telinga mereka dengan erat.

Mata Landak itu bergetar hebat, telinganya juga menggeluarkan darah, lalu rambut durinya langsung layu dan tubuhnya hendak ambruk ke tanah. Uvogin menangkap rambutnya dan menarik rambutnya ke atas.

Uvogin : Kau tidak bisa menangkis benturan suara, kan? Oh, kau bahkan sudah tidak bisa mendengar ya?

Uvogin langsung melempar tubuh Landak ke arah samping dengan kuat sehingga Landak terpental cukup jauh dan tubuhnya menabrak dinding bebatuan.

Tim Kurapika yang sejak tadi menonton pun terkejut karena melihat Uvogin telah berhasil mengalahkan para Injuu dengan mudahnya.

Franklin : Dasar si bodoh ini! Bilang dulu kalau mau berteriak begitu! (marah)

Nobunaga : Bagaimana kalau gendang telinga kami pecah dan bernasib sama seperti dia (Landak), huh?! (mengomel)

Uvogin : Warui, warui! (Maaf, maaf!) Tapi, kalau kubilang nanti rencanaku gagal. Lagian, aku yakin kalian pasti akan menutupi telinga kalian sebelum suaranya sampai, kan? (tersenyum lebar)

Machi : Tashikani ne (Memang benar.)

Uvogin : Zero, daijoubu ka? (Zero, kau tidak apa-apa?)

Lucia : Un, heiki yo (Ya, aku baik-baik saja) *tersenyum*

Nobunaga : Dasar, yang dikhawatirkannya hanyalah si Zero saja (mengeluh kesal)

Lucia terkekeh melihat reaksi teman rekannya.

Feitan : Kenapa kau bisa tahu Uvo akan berteriak?

Lucia : Eh? Hm, firasat mungkin? Hehe..

Kurapika melemparkan teropongnya ke Dalzollene. Rasa emosinya sudah tidak terkontrol lagi, dia yang semenjak tadi menahan amarahnya pun langsung bergerak maju ke depan untuk menuju ke tempat Uvogin dan Lucia berada.

Dia bermaksud mau menangkap salah satu dari mereka dengan tangannya sendiri. Dalzollene dan teman rekannya yang melihat reaksi Kurapika telah berubah aneh pun mencoba untuk menghalangi dan menghentikannya. Akan tetapi, gagal.

Senritsu langsung menggunakan kekuatan Nennya. Dia meniupkan seluring, memainkan sebuah melodi lagu yang sangat indah untuk menenangkan pikiran dan hati Kurapika yang sangat kalut yang tidak bisa berpikir jernih dan kehilangan kendali akibat terbawa rasa kebencian dan emosi yang kuat. Setelah selesai memainkan musiknya, Senritsu tersenyum lega.

Kurapika : Senritsu, terima kasih. Aku sudah lebih tenang, tapi aku tetap harus pergi menangkap mereka.

Senritsu : Eh?

Kurapika : Ketua!

Dalzollene menoleh ke arah Kurapika yang menatapnya dengan sangat serius.

Kurapika : Aku bisa melakukannya.

Dalzollene : Apa?

Kurapika : Biarkan aku melakukannya.

Dalzollene menghela nafas lalu setelah berdebat selama beberapa saat, Dalzollene akhirnya pun menyerah dan mengizinkan Kurapika untuk menangkap anggota Genei Ryodan.

Kurapika pun menjelaskan rencananya secara singkat kepada anggota timnya supaya bisa menyukseskan rencananya. Dia membuat menjadi dua tim. Setelah itu, Kurapika berjalan sangat tenang menuju ke tempat Uvogin dan Lucia berada.

Sementara itu, terlihat Uvogin yang tidak bisa bergerak sama sekali dari tempatnya. Dia terkena paralysis sementara dan meminta Shizuku untuk menyedot racun dan lintah pada tubuhnya yang diberikan oleh Injuu Lintah dari pertarungannya yang sebelumnya. Shizuku mengatakan bahwa kekuatan Nennya hanya bisa menyedot racun tapi tidak bisa menyedot lintah karena masih hidup.

Uvogin : Apa? Jadi bagaimana ini?

Shalnark turun ke bawah. Lucia mengikuti Shalnark turun ke bawah. Dia berjongkok di hadapan Uvogin dan melihat Shalnark mengambil satu lintah yang ada di luar tubuh Uvogin. Lintah itu masih bergerak-gerak.

Shalnark : Ini lintah air tawar... Membutuhkan satu hari untuk mengeluarkannya sebelum bertelur dan mati.

Uvogin : Oh, terus?

Shalnark : Telurnya akan segera menetas setelahnya dan masuk menuju saluran urinemu. Pasti cukup sakit untuk bisa membunuhmu.

Uvogin : Oi, oi, oi, jangan bercanda dong...

Shalnark : Tapi untuk menetas, membutuhkan kadar amonia tertentu. Jika tidak cukup, telurnya tidak bisa menetas dan keluar dengan aman. Jadi, mulai sekarang sampai besok, kau harus minum bir yang banyak dan rutin buang air kecil ya! (tersenyum lebar)

Uvogin : Jangan nakut-nakuti gitu dong...

Uvogin kembali berteriak untuk menyuruh Shizuku menyedot racunnya. Shizuku pun langsung turun ke bawah.

Shalnark : Seseorang dari kalian, pergilah ke kota dan ambilkan banyak bir untuk Uvo.

Franklin : Aku yang pergi.

Lucia : Aku juga ikut pergi! (menyeringai)

Uvogin : Zero, ambil yang dingin ya!

Lucia : Dasar, banyak sekali maunya!

Franklin : Jangan serakah gitu!

Uvogin hanya terkekeh. Lalu pada saat Shizuku hendak mau menyedot racun pada tubuhnya, tiba-tiba ada rantai panjang yang melilit tubuh Uvogin dari atas. Semua anggota terkejut kecuali Lucia.

Lucia yang mengetahui hal ini pasti akan terjadi hanya tersenyum licik. Uvogin sedikit terkejut dan kebingungan melihat Lucia tersenyum. Lucia hanya diam melihat Uvogin terlilit rantai dan diculik oleh Kurapika begitu saja.

Lucia : (Akhirnya kau bergerak juga, Kurapika. Aku sudah bosan sekali menunggumu datang untuk menyulik Uvogin. Hehehe..)

-Bersambung-