webnovel

My Unexpected Man

Seorang gadis belia yang merasakan rasa yang berbeda kepada seorang pria yang cuek, pendiam, irit kata-kata, tidak pernah tersenyum, datar dan ekspresinya kadang tak terbaca. Setelah beberapa tahun tak berjumpa, pria tersebut datang kembali ke kehidupan sang gadis, namun dengan sikap yang sangat berbeda. Akankah rasa yang dulu pernah ada masih tersimpan di hati ataukah hilang seiring berjalannya waktu? Novel ini ditulis oleh si penulis dengan sepenuh hati. Tanpa berniat menjiplak dari penulis manapun. Karena penulis yakin tidak ada satupun penulis yang mau di plagiat karyanya. Jika dalam novel ini terdapat persamaan nama, tempat, kejadian terjadi tanpa kesengajaan. Penulis sangat mengapresiasi review, vote dan dukungan dari para readers supaya penulis lebih semangat meng-upload per bab nya. Terimakasih :)

Rumai · Ciencia y ficción
Sin suficientes valoraciones
13 Chs

Bab 3

"Loe nggak kenapa-kenapa kan, Day?" cemas Riska. "Nggak apa-apa kok" jawab Dayana singkat. "Pagi-pagi udah di bikin badmood" sambungnya dalam hati.

Kita ber-enam berjalan ke kelas, jam pelajaran pertama segera di mulai.

🌿🌿

Jam istirahat....

"Dayana ke kantin yuk?!" ajak Riska.

"Nggak ah, aku males ke kantin, aku masih kenyang." jawabnya malas.

"Ya udah gue ke kantin yah" pamit Riska, diikuti Dian, Vero dan Patton. "Kalo loe Al?"

"Nggak deh" jawab Alisha singkat.

Mereka keluar kelas. Semua anak pergi meninggalkan kelas tersisa Dayana dan Alisha.

Alisha masih dengan kebiasaanya, duduk terdiam menghadap ke jendela. Dayana membaca buku novel fiksi favoritnya. Suasana masih hening, mereka tidak mengeluarkan satu kata pun.

"Kenapa nggak ke kantin Al?" ucap Dayana mencoba mencairkan suasana.

"Enggak, gue emang jarang ke kantin pas jam istirahat. Loe sendiri?" Alisha memutar badannya untuk duduk mengarah ke Dayana.

"Nggak apa-apa, lagi nggak pengen aja."

"Pasti karena kejadian tadi pagi yah?"

Dayana cuma tersenyum.

"Mereka emang gitu, sok berkuasa, sering gangguin murid lain. Mereka sering menghalalkan segala cara untuk mendapatkan apa yang mereka mau. Apalagi Kak Zwitson. Cowok yang tadi pagi duduk di sebelah loe"

"Nggak nyangka ternyata Alisha bisa cerita panjang lebar" batin Dayana.

Dayana masih setia mendengarkan dengan seksama.

"Sebenarnya mereka dulu ber-delapan, tapi yang lima udah lulus tahun kemaren. Tinggal ZAG itu."

"ZAG?? Nama genk mereka?" potong Dayana.

"Kalo di bilang Genk bukan sih, karena mereka nggak pernah menganggap itu sebuah genk, tapi mereka selalu bareng kalo kemana-mana. Apalagi kalo di kantin, mereka selalu duduk di meja yang loe tempati tadi pagi. Nggak ada murid satu pun yang boleh duduk disana kecuali mereka ber-delapan. Makanya loe tadi di gangguin karna duduk disana."

"Kalo ZAG nama peninggalan buat mereka bertiga dari anak-anak yang udah lulus. Itu singkatan dari nama mereka masing-masing. ZAG ~ Zwitson, Anderu, dan Giovani~" jelas Alisha lagi.

Alisha masih belum berhenti bercerita.

"Aslinya mereka baik-baik. Bahkan banyak cewek- cewek yang tergila-gila pada mereka, karena mereka ganteng dan kaya. Tapi mereka nggak pandai bersosialisasi. Lebih tepatnya nggak mau bersosialisasi sama yang lain."

Dayana mengangguk ber~oh~ ria memahami cerita Alisha.

"Katanya Kak Zwitson suka sama kamu?" tanya Dayana ragu.

"Loe tau dari siapa?" Alisha kaget.

"Dari kakak yang duduk di hadapanku tadi pagi. Dia bilang kamu pujaan hati Kak Zwitson" jelasku.

"Oh Kak Anderu." jawab Alisha dengan raut muka masam. "Iya gitu, tapi entahlah..." Alisha menaikkan kedua bahunya.

Dayana tidak berani tanya lagi, dia takut kalau Alisha tersinggung. Suasana kembali hening.

" Sebenernya..." gantung Alisha

"Gue tertarik sama Kak Anderu, tapi dia nggak pernah respon gue. Gue ngebiarin Kak Zwitson ngedeketin gue, supaya gue bisa sering lihat Kak Anderu." curhatnya.

Dayana cuma diam. Dia merasa canggung. Dia tidak tahu harus menjawab apa.

"Maaf yah, kok gue jadi curhat"

"Nggak apa-apa kali, Aku malah seneng kalo kamu curhat. Nggak nyangka deh, kamu bisa cerita panjang lebar gini, dari kemaren kamu cuma ngomong seperlunya aja." ucap Dayana sambil tertawa. Alisha ikut tertawa.

"Ngomong-ngomong kenapa sih kamu suka duduk diam liatin jendela?" sambung Dayana.

"Gue seneng banget liat pohon-pohon berwarna hijau, tertiup angin sepoi-sepoi. Rasanya sangat damai" jelas Alisha.

Mereka terus bercerita kesana-kemari sambil tertawa.

Tiba-tiba tertawa mereka terhenti karena ada seseorang yang datang.

"Gue tahu loe pasti nggak ke kantin jadi gue bawain makanan buat loe" Zwitson datang membawa satu porsi batagor menggunakan cup steroform, satu botol air mineral dan beberapa snack.

Dayana melihat ke arah pintu ternyata ada Anderu dan Giovani sedang berdiri disana. Mereka berdua -Anderu, Giovani- ikut masuk ke kelas duduk di meja selang satu bangku didepan bangku Alisha.

Dayana kembali membaca novel di tangannya, berusaha nggak peduli dengan kedatangan mereka.

"Nggak perlu repot-repot, gue nggak laper." tolak Alisha datar.

"Jadi gue harus buang nih makanan?" cegah Zwitson. "Gue nggak akan pergi sebelum loe makan nih makanan!"

Alisha menghela nafas pasrah. Alisha membuka botol air mineral dan meneguknya serta membuka salah satu bungkus snack.

"Iya nanti gue makan."

"Eh ada anak baru..., ternyata loe satu kelas sama Alisha?" Zwitson melihat ke arah Dayana yang masih fokus dengan novelnya. "Dayana Mahaeswari. Manis juga namanya, sama kaya anaknya" Zwitson membaca nametag Dayana yang tertulis di dada seragam sekolah. Dayana tetap tidak merespon.

"Nggak usah gangguin dia. Udah pergi sana, jam istirahat sebentar lagi selesai!!" usir Alisha.

"Jangan cemburu gitu dong. Gue nggak akan berpaling dari loe" rayu Zwitson. Alisha menatapnya jengah. Alisha kemudian melirik ke arah Anderu. Mata Anderu ternyata fokus melihat Dayana, dan Alisha menyadari itu. Alisha menatap Dayana sejenak dengan wajah sedikit curiga.

Teeet... Teeet.... Teeet....

Bel masuk berbunyi, menandakan jam istirahat telah selesai.

"Gue pergi dulu, jangan lupa di habisin makanannya, atau nggak sharing aja ke temen-temen loe." pamit Zwitson sambil keluar kelas. "Daah Dayana cantik" Zwitson melambaikan tangan ke Dayana.

Dayana menegakkan kepalanya melihat mereka bertiga pergi meninggalkan kelas.

Dayana melihat ke arah Anderu, ternyata Anderu masih menatapnya sedari tadi. Mereka bertatapan sejenak. Tanpa di sadari Alisha menyadari itu namun tidak berkomentar apapun.

Anak-anak mulai masuk kelas, begitu juga Riska, Dian, Vero dan Patton.

Jam pelajaran selanjutnya segera di mulai hingga jam pelajaran terakhir.

Penulis sangat membutuhkan review kalian. Jangan lupa tambahkan ke pustaka kalian.

Like?

Add your library!!

Rumaicreators' thoughts