webnovel

My Unexpected Man

Seorang gadis belia yang merasakan rasa yang berbeda kepada seorang pria yang cuek, pendiam, irit kata-kata, tidak pernah tersenyum, datar dan ekspresinya kadang tak terbaca. Setelah beberapa tahun tak berjumpa, pria tersebut datang kembali ke kehidupan sang gadis, namun dengan sikap yang sangat berbeda. Akankah rasa yang dulu pernah ada masih tersimpan di hati ataukah hilang seiring berjalannya waktu? Novel ini ditulis oleh si penulis dengan sepenuh hati. Tanpa berniat menjiplak dari penulis manapun. Karena penulis yakin tidak ada satupun penulis yang mau di plagiat karyanya. Jika dalam novel ini terdapat persamaan nama, tempat, kejadian terjadi tanpa kesengajaan. Penulis sangat mengapresiasi review, vote dan dukungan dari para readers supaya penulis lebih semangat meng-upload per bab nya. Terimakasih :)

Rumai · Ciencia y ficción
Sin suficientes valoraciones
13 Chs

Bab 2

"Gimana hari pertama kamu di sekolah, Nak?" tanya Ayah, sedang duduk santai di ruang TV.

"Ya gitu deh Yah, tadi pagi Dayana ketinggalan bus jadi telat deh ke sekolahnya." jawab Dayana sambil menyuapkan makanan ke mulutnya.

"Kalo makan tuh, di ruang makan jangan disini" komen Satria kakinya menendang pelan Dayana yang duduk di lantai. Satria kemudian duduk di kursi sebelah kanan kursi ayahnya.

"Apaan sih Bang? Orang pengen sambil nonton tv" ketus Dayana.

"Makanya kalau bangun tidur yang pagi, kalau Bunda bangunin langsung bangun" bunda datang membawa nampan dengan dua cangkir teh dan kopi, langsung duduk di sebelah suaminya.

"Besok kamu di antar sama Satria aja, biar nggak telat ke sekolah" ucap ayah sambil menyeruput teh.

"Iya ya Bang??" girang Dayana, menggerakkan kedua alisnya naik turun ke arah abangnya.

"Nggak bisa, besok Abang kuliah siang, males banget suruh bangun pagi, buat nganterin kamu doang!" tolak Satria.

"Abang mah gitu" Dayana langsung pergi karena makan malamnya sudah selesai.

🌿🌿

(Dayana POV)

"Buku Pelajaran?"

"Udah"

"Tempat pensil?"

"Laptop plus charger, flashdisk?"

"Handphone, powerbank, earphone, charger?"

"Dompet?"

"Sip udah semua"

Tanyaku pada diriku sendiri sambil mengecek isi tas yang mau dibawa.

"Bentar.. bentar.. ngaca dulu"

"Cantik" pujiku ke diriku sendiri sambil tersenyum di depan kaca.

Ku gerai rambut ku, kupakai pelembap wajah, tak lupa ku oleskan lipbalm pink ke bibirku. Aku memang tidak terlalu suka pakai make up yang terlalu tebal.

Ku lirik jam dinding masih pukul 06.00.

"Bunda... Dayana berangkat yah" pamitku ke bunda sedang menyiapkan sarapan.

"Kamu nggak sarapan dulu?"

"Nanti aja Bund, di kantin. Dayana pengen sarapan bubur ayam"

"Hati-hati ya Nak"

"Ayah, Dayana berangkat dulu" sambil ku raih tangan kanannya.

"Tumben pagi-pagi udah siap?" tanya ayah sedang duduk di meja makan sudah siap menunggu sarapan.

"Iya Yah, biar nggak telat lagi kaya kemaren" jelas ku.

"Kamu nggak berangkat bareng Ayah aja?"

"Nggak usah Yah, Dayana naik bus aja." jelas ku.

Jangan tanya kakakku dimana, dia masih molor, dia emang gitu kuliah siang bangun juga siang.

Ku langkahkan kaki keluar komplek perumahan menuju halte bus. Beruntung bus yang ku tunggu segera datang. Sekolah masih terlihat sepi, belum banyak murid yang datang. Kelasku juga masih sepi, ku langkahkan kakiku ke kantin tanpa meletakkan tas ku dulu di kelas. Perutku sudah mulai keroncongan.

Kantin pun masih sepi belum ada murid sama sekali, tapi menu makanan sudah ready, banyak yang sudah buka.

"Bu... bubur ayam satu yah"

"Iya Neng"

Ku lihat ada satu meja yang beda dari yang lain, warna cat nya beda, ukurannya lebih luas daripada yang lain, di atasnya juga tidak ada saus, kecap, lada, cuka, tempat sendok ataupun tisu. Tanpa pikir panjang ku dudukan pantat ku di meja itu. Ku pikir ini meja paling dekat dengan kedai makanan. Ku lirik jam di tangan ku menunjukkan pukul 06.40, masih 20 menit lagi sebelum bel.

Akhirnya bubur pesanan ku datang.

"Kok duduk disini Neng?" Dahi ku berkerut heran.

"Loh emang kenapa? Ada yang salah?" batinku.

"Neng anak baru yah? Ibu belum pernah lihat sebelumnya." tanya ibu bubur.

"Iya Bu.." jawabku singkat.

Suapan bubur sendok pertama ku masukkan ke mulut. Kantin mulai ramai, banyak murid yang berdatangan. Mereka bisik-bisik, mungkin ngomongin aku, tapi aku cuek nggak peduli.

Tiba-tiba ada tiga anak laki-laki masuk ke kantin, murid yang tadi bisik-bisik tiba-tiba diam semua, malah memasang raut muka tegang.

"Ada yang mau makan bareng kita nih?" celetuk salah satu anak dari tiga anak tadi.

Mereka bertiga duduk di meja yang sama denganku. Aku tetap menghabiskan makananku tanpa memperdulikan mereka.

"Berani dia nyuekin kita?" sambung anak laki-laki tadi. Dia duduk tepat di sebelah kiri ku.

"Murid baru, bro." sambung anak yang duduk berhadapan dengan anak yang duduk di sebelah kiri ku berlogat medok. Anak yang duduk di sebelah ku duduknya mepet-mepet denganku. Aku merasa risih, terpaksa aku geser ke kanan, padahal sudah mentok.

"Jangan geser-geser ntar jatoh" sahutnya.

Aku mulai kesal. Ku tarik paksa lengan kiri ku. Ku lirik anak yang duduk di sebelah kiri ku, lumayan cakep, tapi sedikit berantakan. Rambut acak-acakan, memakai kaos putih, dengan luaran baju seragam dengan kancing tidak terpasang, dan memakai kalung berliontin silet. Zwitson Abraham. Tertulis nama di name tag nya.

"Dia kayaknya adik kelas deh?" celetuk anak yang duduk di hadapan anak yang bernama Zwitson itu.

Ku lirik anak yang berbicara tadi. Dengan potongan rambut pendek spiky menggunakan pomade. Dia mempunyai lesung pipit, terlihat manis ketika dia tersenyum. Giovani Hadiningrat namanya. Dilihat dari namanya seperti keturunan Jawa. "Pantesan medok" batinku.

Aku masih enggan merespon mereka.

Deg...

Aku menatap anak yang duduk tepat di hadapanku. Sorot matanya tajam, bola matanya berwarna coklat. Hidungnya tidak terlalu mancung juga tidak pesek. Bibirnya cerah dan memasang senyum smirk. Potongan rambut brushed on top tersisir rapih, sangat cocok dengan bentuk wajahnya, terlihat sangat menawan menurut ku.

Anderu Wibisana ku baca namanya yang tertulis di dadanya sebelah kiri atas.

"Oh.. Jadi ini cowok yang di sukai Alisha" ucapku dalam hati.

Kami masih bertatapan sejenak. Entah mengapa ada rasa aneh pada diriku. Aku menjadi salah tingkah, semoga mereka bertiga tidak menyadarinya.

Aku melanjutkan makan bubur ayam yang hampir habis tinggal beberapa sendok lagi.

🌿🌿

(Author POV)

"Daebak... Daebak... Daebak..." teriak Veronica masuk ke dalam kelas, "Daya-na di kan-tin du-duk di "ZAG Are-a" Veronica mengatur nafas.

"Astaga... Gue belom cerita ke dia soal ZAG!!" cemas Riska, "Gue mau susulin Dayana dulu" Riska lari keluar kelas, diikuti Dian, Patton, Veronica dan juga Alisha.

Sampai di kantin, mereka tidak langsung nyamperin Dayana, mereka berdiri di depan pintu kantin.

"Tuh si Dayana udah di rangkul sama Ka Zwitson, mana duduknya mepet banget lagi, kalo dia kenapa-kenapa gimana?" cemas Patton.

Waktu mereka sampai di kantin, Dayana sedang di rangkul Zwitson, Dayana kelihatan tidak nyaman.

"Kita pantau dari sini dulu aja, ntar kalo ada apa-apa baru kita samperin dia" ujar Riska.

🌿🌿

(Anderu POV)

"Ternyata dia anak baru disini" ucapku dalam hati.

Setelah memutar otak, mencoba mengingat seperti pernah melihat dia sebelumnya. Di halte bus, dia ketinggalan bus kemaren pagi.

Dia cukup berani, atau dia pandai menutupi ketakutannya. Dia berbeda dari cewek yang lain, biasanya cewek kalo duduk bareng kita bertiga sudah gemetar, atau malah ada yang genit kecentilan. Ketika Zwitson menarik lengannya, dia nggak peduli, dia diam tanpa berkomentar apapun, cuma melirik sekilas ke arah Zwitson dan Gio.

Kami sempat bertatapan sejenak, matanya hitam dengan tatapan lembut, bulu matanya lentik, hidungnya tidak terlalu mancung, bibirnya tipis berwarna pink, wajahnya putih bersih dengan polesan make up tipis, rambutnya hitam lurus tergerai.

Dia salah tingkah, dia kelihatan gugup namun dia berhasil menutupinya. Dia kembali menunduk menghabiskan makanannya tinggal beberapa sendok.

" Aduh aduh... jangan sampai rambut loe ikut ke makan" Zwitson menyibakkan rambut di bahu kirinya ke belakang.

"Btw, loe nggak tau sedang duduk di mana?" sambung Gio. "Ini meja khusus buat kita bertiga" tambahnya.

Dia celingukan mencari sesuatu di atas dan di bawah meja.

"Nyari apa loe?" tanya Zwitson.

"Disini nggak ada tulisan nama kalian, jadi bebas dong aku mau duduk dimana aja? Aku kan murid sekolah ini juga." ketusnya. Zwitson dan Gio tertawa, aku cuma tersenyum mendengarnya. Baru kali ini ada cewek yang berani menjawab pertanyaan Zwitson, kalau di pikir-pikir memang benar ucapan cewek ini.

Zwitson tiba-tiba merangkul pundaknya, sepertinya dia mulai tertarik sama cewek ini. Cewek ini merasa nggak nyaman, lalu menyingkirkan tangan Zwitson dari pundaknya, tapi Zwitson merangkulnya lagi.

"Zwitson biarin dia pergi!" ucapku tegas.

Cewek ini melihat ke arahku, dan kami bertatapan lagi. "Emangnya kenapa?" tolak Zwitson.

"Tuh ada pujaan hati loe." ku arahkan daguku ke pintu kantin. Disana ada Alisha dan teman-temannya sedang berdiri. Entah mengapa mereka berdiri disana nggak duduk ataupun memesan makanan. Zwitson, Gio dan cewek ini mengikuti arah yang ku maksud. Zwitson langsung melepas rangkulannya di pundak cewek ini, dan menggeser duduk untuk menjaga jarak. Zwitson memang sudah lama suka sama Alisha tapi Alisha nggak pernah merespon sama sekali.

"Udah sana pergi, bel masuk sebentar lagi bunyi" usirku pada cewek ini. Dia langsung pergi membawa mangkuk ke kedai bubur, dan lari ke arah Alisha dan teman-temannya.

"Ternyata dia kenal sama Alisha?" celetuk Gio, "Mungkin mereka satu kelas".

Zwitson berdiri mau menghampiri Alisha, tapi Alisha keburu pergi, bersama cewek tadi dan teman-temannya, karna bel masuk sudah bunyi.

Kami bertiga juga segera pergi dari kantin. Niat awal ke kantin buat sarapan tapi nggak jadi gara-gara cewek tadi. Kita berjalan ke kelas untuk mengikuti mata pelajaran jam pertama.

"Deru, kenapa loe tadi cegah gue buat gangguin cewek baru tadi. Biasanya Loe cuek kalo gue gangguin cewek. Loe tertarik ya sama dia?" tanya Zwitson sebelum masuk kelas. "Apaan sih?" jawabku malas, langsung masuk kelas.

Aku juga tidak tahu kenapa bisa bersikap seperti tadi ke cewek yang baru aku lihat. Apa mungkin benar kata Zwitson kalau aku tertarik sama dia. Entahlah.

Like?

Add your library!!

Rumaicreators' thoughts