" Harus berapa kali aku mengatakan padamu Dham,..." kalau aku sangat mencintaimu,...hanya kamu seorang yang ada di hatiku,..." tujuh tahun aku selalu menunggumu dan merindukanmu tanpa membuka hatiku untuk laki-laki lain,..." Apakah tujuh tahun itu belum cukup untuk membuktikan kalau aku hanya mencintaimu seorang Dham,...?" ucap Nadine dengan hati yang sakit, bukan sakit karena dirinya, Tapi sakit saat melihat Ardham tak bisa percaya pada dirinya sendiri , tak bisa percaya jika Nadine benar-benar sangat mencintainya walau banyak godaan yang ada di sekitar Nadine. Tenggorokan Ardham terasa tercekat, dengan wajahnya yang semakin memerah antara tubuhnya yang semakin demam dan rasa malunya karena telah ketahuan Nadine akan rasa cemburunya yang begitu besar.
" Nad,...bukannya kamu ada bertemu dengan Jian malam ini di sini, aku mendengarnya sendiri saat kamu menelpon Jian,..?" ucap Ardham dengan bodohnya.
" Kamu sakit Dham, bagaimana kamu bisa pergi besok, jika kamu masih belum sembuh,.. Ayo masuk ke kamarmu Dham,....badanmu semakin demam,,.." Ajak Nadine dengan suara lembut sambil memeluk pinggang Ardham agar masuk ke dalam kamar. Nadine sama sekali tak mengindahkan pertanyaan Ardham.
Di ranjang Ardham berbaring dengan kepala yang terkompres handuk. Di lihatnya Nadine masih sibuk memeras handuk yang satunya.
" Nad,...bisa kamu jawab pertanyaanku tadi ..?" tanya Ardham masih berkutat dengan rasa penasarannya.
" Pertanyaan yang mana ...?" tanya Nadine sambil mengganti handuk yang sudah mengering di kening Ardham dengan yang basah.
" Kamu janji bertemu Jian di balkon kan,...?" Ardham mengulangi pertanyaannya.
" Tidak ada janji bertemu dengan Jian atau dengan siapapun sayang,..!" kenapa sih kamu pingin sekali aku menemui Jian ...?" apa kamu ingin aku berpaling darimu.,..? tanya Nadine mulai gemas.
" Ya ,...karena kamu kelihatannya suka sama Jian,..." ucap Ardham sedikit ragu dengan apa yang di ucapkan.
" Dapat darimana pemikiran seperti itu,...?" tanya Nadine mulai kesal.
" Aku lihat kamu perhatian sekali sama Jian,.. juga sama Marvin ...?" ucap Ardham lagi sambil memicingkan matanya.
" Ohh begitu,...!" lalu bagaimana kalau kamu yang berpelukan sama Bi An,..?" apa bisa aku bilang kamu perhatian sekali sama Bi An,..?" tanya Nadine dengan menahan emosi.
" Aku dan Anna hanya sebatas sahabat Nad,,..." tidak bisa kamu samakan dengan Marvin atau Jian yang sudah jelas menyukaimu,..!" balas Ardham menahan rasa pusing yang menyerangnya lagi.
" Kamu bisa mengatakan kalau Bi An hanya sahabat bagimu ...tapi apakah kamu tahu isi hati Bi An,..?" apa kamu tahu saat Bi An menangis di kamarnya meratap memanggil namamu dan berteriak kalau sangat mencintaimu,..?" ucap Nadine dengan hati yang sangat kecewa, setelah mendengar jawaban Ardham. Ardham yang mendengar perkataan Nadine, menatap Nadine dengan rasa tak percaya.
" Apa yang kamu bilang ,...?" kamu jangan mengarang cerita Nad,..jangan sangkut pautkan Anna dengan perhatianmu pada Marvin atau Jian ...!" Ucap Ardham dengan wajah yang merah padam.
" Ccckk,....percuma saja aku menceritakannya padamu soal Bi An,..." dan percuma juga aku menjelaskan padamu kalau aku tidak ada apa-apa dengan Marvin ataupun Jian,.." ucap Nadine, seraya berdiri melempar handuk ke atas ranjang berjalan hendak keluar.
" Nadine,...!" kamu belum menjawab pertanyaanku soal pertemuanmu dengan Jian,..?" tanya Ardham lagi sebelum Nadine membuka pintu kamar. Nadine menoleh menatap Ardham dengan mata yang berkaca-kaca.
" Jawab pertanyaanmu itu sendiri,,..." karena percuma juga aku menjawabnya jika di pikiranmu tetap seperti itu,.... " ucap Nadine menahan airmatanya jatuh seraya membuka pintu dan menutupnya dengan keras.
Cukup sudah kesabarannya untuk menghadapi kecemburuan Ardham yang sama sekali tak beralasan.
Di dalam kamar, Nadine menenggelamkan kepalanya di balik bantal. Airmata kesedihan tak henti keluar dari matanya. Kenapa rasa sakit yang dia rasakan sekarang, lebih sakit dari rasa sakit sebelumnya, saat Ardham menjauh darinya.
Nadine membalikkan badannya berbaring sambil menatap langit-langit kamarnya.
" Kenapa kamu tidak percaya denganku Dham,.." aku mungkin masih muda di bandingkan Bi An,...tapi aku tahu batasanku,.. aku tahu bagaimana menjaga hatiku dan menjaga hatimu agar tidak terluka,.." apakah salah,. aku memberikan sedikit perhatian pada orang yang mempertaruhkan nyawanya demi aku saat dia terluka,..?" apakah aku harus tak perduli dan tutup mata saat melihat itu,..?" monolog Nadine dengan matanya yang berkaca-kaca.
Merasakan kekecewaan yang mendalam, dan rasa capek pikirannya Nadinepun tertidur di kamarnya, hingga terbangun saat tengah malam. Nadine meraih ponselnya, ada tujuh panggilan dari Ardham. Hati Nadine terkesiap seketika mengingat kondisi Ardham yang lagi demam saat dia meninggalkannya.
" Ardham,..." Ya Tuhan,...moga tidak terjadi apa-apa padanya .." ucap Nadine sambil bergegas keluar dari kamarnya menuju kamar Ardham.
" Ardham,...!!!" panggil Nadine saat melihat Ardham yang meringkuk kedinginan. Dengan cepat Nadine membalikkan tubuh Ardham dan di baringkannya dengan benar. Segera Nadine mengambil selimut tebal dari almari, dan di selimutkan ke seluruh tubuh Ardham. Wajah Ardham terlihat pucat dengan bibir dan tubuhnya yang menggigil kedinginan.
" Ardham,..." panggil Nadine lirih, menyentuh pipi Ardham yang sangat dingin.
" Nadine,....jangan tinggalkan aku,...jangan pernah tinggalkan aku lagi ...." racau Ardham saat mendengar suara Nadine memanggilnya. Airmata Nadine pun mengalir deras, merasa bersalah , karena tidak mempunyai kesabaran yang lebih untuk menghadapi sikap Ardham yang kadang seperti anak kecil.
" Aku tidak akan pernah meninggalkanmu Dham,.." ucap Nadine mengusap pipi Ardham dengan lembut. Perasaan kesal, marah dan kecewa di hati Nadine lenyap begitu saja , entah kemana. Yang tertinggal hanya rasa cinta yang begitu besar, yang tak akan bisa lenyap begitu saja walau beribu banyak cobaan yang datang.
" Maafkan aku Nad,....maafkan aku yang membuatmu marah,..." ucap Ardham memeluk tangan Nadine erat.
" Aku juga minta maaf padamu Dham,.." mungkin tanpa sadar aku telah menyakiti hatimu,.." balas Nadine,..meraih tangan Ardham dan mengecupnya penuh perasaan.
" Kamu tidak salah Nad,...aku yang salah,.." kamu tahu,...aku selalu percaya padamu,...tapi rasa takutku terkadang tak bisa sejalan dengan hatiku Nad,...aku harus bagaimana,....?"
" Apa yang kamu takutkan Dham,..katakan padaku,..." tatap Nadine melembut.
" Aku takut, suatu saat kamu tidak akan mencintaiku lagi, dan meninggalkanku,...karena banyak laki-laki yang menyukaimu...dan mereka semuanya masih muda,...tidak sepertiku yang sudah tua,...." ucap Ardham lirih dengan airmata yang jatuh di sudut matanya.
" Hilangkan semua pikiran itu Dham,..itu akan membuatmu makin terluka,...." percayalah padaku,....aku tidak akan meninggalkanmu,... karena aku mencintaimu,...dan hanya kamu yang membuatku merasa bahagia,....." jelas Nadine beribu-ribu kali.
" Maafkan aku , yang telah mendengar pembicaraanmu di telpon dengan Jian, aku memang tidak bisa tidur saat itu ...makanya aku ingin tahu apa yang kamu lakukan dengan Jian di balkon,..." ucap Ardham yang merasa malu karena ketahuan saat ingin memergoki Nadine dan Jian.
Nadine menatap Ardham dengan mengerjapkan matanya, sungguh Ardham terkadamg membuat hati Nadine gemas akan keras kepalanya.
" Aku mengerjaimu Dham,...!" sebenarnya aku tidak telpon jian,...aku berpura-pura telpon Jian agar kamu mendengarnya, aku tahu kamu memang tidak tidur,...makanya aku bersandiwara sperti itu,...." aku kesal padamu,... yang selalu mendorongku untuk dekat dengan Jian atau Marvin,..." jelas Nadine menatap mata Ardham yang terlihat bersinar..
" Benarkah itu Nad,...?" jadi kamu tidak benar-benar menelpon jian dan janji bertemu dengannya,..?" tanya Ardham memastikan lagi.
" Buat apa aku bohong padamu Dham,..." kamu bisa tanya Jian, kalau masih belum percaya,..." balas Nadine.
" Aku percaya padamu sayang,..." aku percaya padamu,..."ucap Ardham bangun dari tidurnya dan memeluk erat tubuh Nadine." Maafkan aku yang selalu membuatmu kesal,....aku janji ,..aku akan membuang pikiranku yang bisa membuatmu kesal,...." ucap Ardham membenamkan kepalanya di ceruk leher Nadine. Nadine menghela nafas panjang,.mengusap punggung Ardham berulang-ulang.
Siang kk
Happy reading di hari jumat yg indah,...
Sesekali ada pertengkaran kali y kk
biar ga romantis trs
yang pnting hbis badai muncul pelangi hehehe
gitu aja y kk,...
untuk chapter tegangnya mungkin setelah tiga chapter lagi ya kk,...
Menjaga hati
Kencan
Feeling Love
Hilangnya Ardham
Kalau ga ada perubahan , mungkin perti itu lanjutannya y kk,.......