webnovel

My Twins Lovers

Ice Preechaya Waismay, si gadis pengarang cerita profesional, seorang secret admirer yang ga pernah dianggap oleh Sea Grissham Aidyn, pria berkharisma yang berprestasi di sekolahnya. Sampai suatu saat Ice menerima beasiswa ke Korea dan ia bertemu dengan Aldrich Liflous Moonglade, pria dengan wajah yang sama persis dengan Sea. Dan saat saat di Korea inilah sosok secret admirer yang dulu menghilang. Ice menjalankan hari harinya bersama Aldrich. Tapi, cerita belum berakhir sampai disini. Karena, Sea dan Aldrich, satupun tak ada yang tahu jika mereka memiliki saudara kembar, eh.. kembar? Yakin kembar? Muka sama bukan berarti kembar, kan? Penasaran? Baca dulu dong, kalian yang suka romance dengan baper bapernya wajib baca. Eh, tapi kalo kalian gamau baca, its okay

Leenymk · Adolescente
Sin suficientes valoraciones
30 Chs

2. Dance or Drama

"Kasih kesempatan orang ngomong woi!" Sea.

"Yaudah, let's vote.." Ice seketika berhenti berbicara dengan Sea.

"Jadi semua tulis aja di kertas mau pensi apa terus gulung dan kumpul di depan sama gue!" Perintah ketua kelas, Sea.

Semenit kemudian, semua mengumpulkan kertas yang telah mereka gulung itu depan kelas. Semua kembali duduk ke tempatnya masing masing.

"Ice.. tolongin gue!!" Sea memerintah tanpa melihat Ice.

"Gamau malez, suruh tuh Aiden wakil ketua kelasnya... gue tuh cuma anggota kelas aja ga bisa ngapain jugaan.." balas Ice.

"Cepet dah! Ketua kelas nyuruh ga boleh di tolak, nanti lo di tolak cintanya sama doi lo!!" Balas Sea tanpa pikir.

"Cih! Doi gue juga udah nolak gue sebelum gue nolak lo kok!"

"Hahahaha!! Kasiann duh!"

"Njer!"

"Cepet bantuin gue Ice!! Gue cuma mau memperbudak lo aja.."

"Duh jahat njay!! Yaudah! Lo mau gue ngapain?" Ice berdiri dan berjalan menuju Sea.

"Nih" Sea memberikan Ice spidol papan. Ice menerimanya.

"Gue bacain hasil votenya, lo tulis di papan jumlahnya.." Jelas sea. Ice segera menulis di papan 'dance' dan 'drama'.

"Udah" ice.

"Okeh"

"Drama satu" ice segera menulis di papan.

"Drama satu"

"Drama satu"

"Dance satu"

"Drama satu"

"Dance satu"

"Dance satu"

Dan seterusnya~

Beberapa menit kemudian,

"Udah habis.." sea.

"Yaudah, drama menang" ice tersenyum.

"Okeh... jadi semua, kita tampilin drama aja yah" sea.

"Gue boleh duduk?" Ice menyandar pada papan tulis.

"Iyaa.. duduk dah!"

"Wait!" Ice.

"Apa?"

"Bilang apa?"

"Makasih"

Ice tersenyum manis kemudian ia duduk di tempat duduknya.

Ice masih saja tidak bisa berhenti tersenyum, ia seketika melamun memikirkan pacar idamannya itu.

"Woi! Ngelamun aja lo kerjanya!!" Teriak dinary disamping telinga Ice.

"A-ah? Apaan sih lo? Ngagetin aja!"

"Ngagetin apanya? Lo udah dari tadi dipanggil sama Sea ga nyadar nyadar.."

"A-ah? Sea gitu? Kok gue ga nyadar?"

"Lah! Malah nanya balik, tuh Sea disamping lo.." Dinary menunjuk Sea dengan dagunya.

"Hah?" Ice langsung menoleh dan menemukan sosok Sea yang benar berada disampingnya.

"A-ah, g-gue.. s-sorry gue--" kata Ice terpotong.

"Sudah ga apa, lanjut aja biar cepet.." potong Sea.

"A-ah, i-iya... jadi tadi lo ngomong apa?" Tanya Ice.

"Lo mau jadi tokoh utama?"

"Iyaa mau!" Ice sangat yakin dengan jawabannya.

"Oke, siap dah berarti semua, drama romantis dengan tokoh utama gue sama Ice, dan yang lainnya pikirin nanti aja, oke?" Sea kembali menjelaskan kepada semua teman di kelasnya.

"Tunggu! Apa gue salah dengar? Drama romantis? Gue dan Sea jadi tokoh utama? Ini bukan mimpi kan?" -Ice

"Ice, minta tolong sama lo buat ngarang cerita nya yah, kan lo pinter, tuh diskusiin sama yang lain, sama gue juga boleh kok, kan gue pinter.." Sea berbicara sangat halus, tak pernah sehalus ini kepada Ice.

"Halus kali? Lo gak lagi sakit kan Sea?" -Ice.

"Ga usah muji diri sendiri weh... males dengerin.." balas Ice.

"Its ok! Fakta adalah fakta Ice, dan lo harus bisa nerima" Sea berekpresi datar.

"Plis jangan nyambung ke topik ini, males gue" Ice membuang muka.

"Yaudah, lo buat dah dramanya"

"Karang?"

"Iya sayangkuuu" mungkin menurut Sea ini kata yang biasa saja, tapi menurut Ice?

Deg.

"Ih" Ice menjawab spontan.

"Barusan dia bilang apa? Sayangku? Duh Sea! Lo kenapa sih hari ini?" -Ice

Sea berjalan meninggalkan bangku Ice dan kembali ke bangkunya.

"Minta kertas ry.." Dinary memberikan kertas bekasnya kepada Ice.

"Thanks!" Ice menerima kertas itu tanpa melihat wajah dinary.

"Perasaan lo sekarang gimana Ice?" Dinary menatap tajam Ice yang sedang menulis itu.

"Seneng..... mungkin" ice menjawab sambil menulis.

"Kok mungkin?"

"Karena gak pasti"

"Njer" dinary memalingkan tatapannya, tatapannya sekarang beralih pada jendela samping bangkunya.

"Gue ga nyangka aja bakal gini ry, gue dapet jadi tokoh utama sama dia dan ceritanya genre romantis duhhh senenggg bangett" ice tersenyum lepas dan berhenti menulis, sementara wajah dinary tidak tersenyum sama sekali.

"Terus kalau misalkan cerita genre romantis ini berakhir sedih gimana?" Pertanyaan dinary yang satu ini membuat senyum ice seketika pudar.

"Gue cuma mau bilang, jangan terlalu ngarep... nanti lo yang sakit" sambung Dinary.

Ice memaksa untuk tersenyum tapi tidak seebar tadi "Gue tau kok ry, gak usah khawatir, gue selalu inget itu.."

Dinary hanya membalas dengan anggukannya

*****

"Seaaaa!!" Panggil Ice dengan teriakan sekeras kerasnya. Kelas seketika hening setelah guru bahasa baru saja keluar dari kelas.

Sea menoleh ke arah Ice "Apa?"

"Sini"

Sea bangun dari kursinya dan langsung menghampiri Ice.

"Lo mau sad atau happy ending?"

"Menurut lo?"

"Gue boleh aja, terserah lo.."

"Yaudah happy ending aja, lebih mending bahagia daripada sad"

"Tapi kadang sad lebih bagus karena gue lebih nyata meranin" ice bicara datar tanpa berpikir. Ia bahkan tidak melihat wajah Sea

"Jadi lo mau sad?"

"Ah? S-sad? Barusan kan lo bilang happy"

"Tapi sedetik yang lalu lo bilang lebih gampang meranin sad karena lebih nyata"

"Hah? G-gue barusan ngomong gitu?"

"Iya, masa lupa sih?? Duh pikiran lo di bawa kemana icee.."

"Udah happy aja, lupain dan semua omongan gue.."

"Kringggggg" bel istirahat berbunyi.

Semua siswa di kelas mereka berebutan keluar kelas kecuali Ice dan Sea saja yang masih tersisa, mereka sedang merancang teks drama.

"Aduh Sea, terus gimana lagi? Lo tuh ga jelas kali seh" ice

"Aduhh intinya lo sama gue tuh jalan bareng pegangan tangan terus ke kantin baru pesen makanan.." sea berbicara sambil mencoret coret kertas orak oreknya.

"Oh oke terus gimana?"

"Terus lo stop dah nulis, udah telat, gue ada urusan sangat penting, nanti habis jam istirahatnya... udah bye yoh, jagain kelas gue, jangan bikin keributan, ngerti?" Sea bangun dari kursi yang sedari tadi ia duduki dan berjalan ke arah pintu keluar.

"Ehh, apaan lo, kita belum selesai!!"

"Lo buat aja sesuai kemauan lo, kalo udah selesai nanti kasih aja gue liat.." Sea langsung keluar dari kelas dan membiarkan Ice disana sendirian.

Dia mau kemana sih?

Ice terdiam sebentar sambil memikirkan sesuatu.

"Sudah, gue gak tahan" Ice berdiri dari tempat duduknya dan langsung mengikuti Sea tanpa diketahui Sea.

*****

"Kakk..." panggil Sea dari kejauhan yang sudah melihat Clarissa.

"Sea.." Clarissa tersenyum ke arah Sea. Sea segera berjalan ke arah Clarissa.

"Kak Rissa, sorry aku lambat ketemunya hehe.. tadi bantuin temen mikirin tentang pentas seni nya.." jelas Sea.

"Iyaa, gapapa kok.. btw kamu sudah selesai ngerjainnya?"

"Belum kak, udah temen aku kasih ngerjain..."

Clarissa menjitak kepala Sea "Selalu giniii.. malesss.." omel Clarissa disertai oleh tawaan Sea.

"Males tapi kan cowok yang paling care sama pacar nya kannnn.." Sea tersenyum gak jelas menatap Clarissa, sedangkan Clarissa terlihat tersenyum malu.

Ice yang sedari tadi mengintip mereka berdua pun menatap dengan penuh kesakitan dalam matanya. Ia tak tau harus bagaimana lagi.

Jadi lo ninggalin tugas sama gue demi nyari kak Clarissa?

Trus gue?

Oh iya, gue lupa, gue kan cuma seorang temen yang resek di hadapan lo aja kan.. sedangkan kak Clarissa kan pujaan hati lo..

Gue lupa, gue bukan siapa siapa lo, maaf

-Ice