webnovel

Ch. 150

Sehun mengeryit heran saat mendapati tatapan kosong dari putra sulungnya yang berjalan bagai Zombie menuju kearahnya.

"PERSIAPKAN PASUKAAAAAN! SERANGAN ZOMBIE MENDEKAT!!" Baekhyun berteriak lantang. Mengambil ancang-ancang dengan menodong Jesper menggunakan penjepit daging miliknya.

Sret.

Hap.

"Nyam nyam."

"Jangan terlalu banyak menonton film tidak jelas, Baek." Ujar Chanyeol seraya menyumpal mulut Baekhyun dengan onggokan daging yang sudah dia beri saus dan di bungkus dengan sayuran.

"Enak." Komentar Baekhyun tak peduli. Asal perutnya kenyang ya tak masalah.

"Hyuuuung." Ini si kecil kenapa begitu heboh saat melihat wajah Jesper? Ah, semenjak waktu itu Jesper tidak pulang dan sekalinya pulang langsung berhias pulau-pulau warna itu muka.

"Sudah kenyang?" Tanya Jesper seraya mengangkat si bungsu kedalam gendongannya.

Menggeleng, Haowen memeluk erat leher Jesper. "Belum. Mathih lapar." Jawab Haowen seraya mengusap perut kecilnya.

Jesper mengangguk pelan, mengusap kepala Haowen yang kembali diam dengan mulut yang masih sibuk mengunyah daging yang baru saja Chanyeol suapkan.

"Ada apa dengan wajahmu?" Tanya Sehun penasaran.

"Duo gila itu mencuri keperawanan pipiku!" Sungut Jesper dengan wajah memerah kesal.

"KAU DI CIUM?" Heboh Baekhyun dengan mulut menganga lebar. Tolong, itu aset berharga keluarga Oh sudah di perawani?

"Waaah, yang tabah ya." Ini Chanyeol sedang meledeknya atau bagaimana? Tabah apa lagi? Berteman dengan manusia itu saja sudah merupakan ketabahan paling besar dalam hidup Jesper.

"Hyung gulat kita ayo." Kesal Jesper. Sudah jatuh tertimpa tangga dan sekarang malah di timpuk loteng. Babak belur sudah jiwa Jesper.

**

"Bagaimana?" Tanya Jiyeon yang masih berada di meja makan untuk mengisi bahan bakar.

"Lanjar jayaaa." Ujar Lucas dengan cengiran lebarnya.

Bukan niat juga sebenarnya mencium pipi Jesper. Hanya saja melihat reaksi pria itu membuat Lucas dan Xukun merasa tertantang untuk uji nyali. Siapa saja beruntung bukan? Dan lihat? Mereka benar-benar beruntung.

"Dia akan membunuh kami sebentar lagi." Ujar Lucas dengan bahu yang terangkat acuh. Lucas sudah kebal itu.

Jesper dan segala tingkah tak jelasnya sudah sering kali Lucas hadapi. Jadi untungnya Lucas tidak akan kepanikan lagi. Kebal!

"Intinya tidak sekarang dan itu bukan masalah besar." Xukun lebih tidak peduli lagi. Jika memang Jesper mengamuk ya sudah, tinggal bujuk saja. Apa susahnya?

**

"Dadddyyyyyy!" Teriak Jinyoung seraya mengangkat ponsel Sehun dan menggoyang-goyangkannya di udara. Sinyal jika ada yang menelfon.

"Uncle Suho menelfon. Jadi ya Jinyoung angkat saja. Maaf." Ujar Jinyoung saat sudah berada tepat di depan Sehun lengkap dengan nafas tersengalnya.

"Tidak masalah. Terima kasih." Sehun tersenyum kecil. Mengusap kepala Jinyoung dan sedikit menjauh dari sana. Meninggalkan tiga putranya bersama si pasangan sepupu idiot.

"Ada apa?" Tanya Sehun langsung. Biasanya sekretarisnya ini sibuk selalu, tidak kenal libur malah.

"Kau harus segera ke Las Vegas besok. Aku tidak mau tau! Tiket dan semua sudah akan aku pesan." Suho menjawa dengan nada terburu-buru, entah apa yang akan atau baru saja pria itu lakukan. Sehun tak peduli anggap saja.

"Tidak bisa kau saja?" Jika sudah seperti ini ya memelas saja maunya. Sehun itu malas sebenarnya, sungguh.

"Tidak! Mereka meminta dirimu langsung. Harus! Jika tidak kontrak perjanjian kerja sama batal."

"Hhhh. Bagaimana dengan tiga putraku?"

"Urusanmu. Kepalaku sudah terlalu sakit. Ah, atau kau bisa membawa Haowen."

Sehun menghela nafas lelah, melirik Haowen yang masih berada di gendongan Jesper. Tak mau lepas.

Yang ada dalam pikiran Sehun saat ini adalah, apa jika Sehun membawa Haowen, si kecil itu juga tidak akan merengek agar membawa si sulung? Jika si sulung Jesper ikut tidak mungkin jika meninggalkan Jinyoung bukan? Apa kabar dengan perasaan anaknya yang berkepala seukuran roti tawar itu?

"Nanti aku hubungi lagi."

Tuuut.

Dan Sehun memutuskan sambungan telepon seenak jidat bangsatnya.

Berjalan mendekati tiga putranya, Sehun tersenyum kecil. Ia harap ini tidak akan menjadi masalah. Aamiin.

"Son." Panggil Sehun.

"Yes?" Bukan hanya Jesper, Jinyoung, dan Haowen saja yang menjawab. Dua sepupu juga ikut entah karena apa.

"Kalian berdua putraku?" Tanya Sehun pada Chanyeol dan Baekhyun yang hanya terkekeh kecil.

"Bukan tentu saja. Hanya saja jiwa paling dalam kami merasa terpanggil." Ujar Baekhyun menjelaskan dengan senyum kotaknya.

Sehun sabar, maka dari itu Sehun hanya tersenyum kecil dan kembali fokus pada tiga anaknya.

"Daddy akan ke Las Vegas besok." Ujar Sehun membuka percakapan.

"Oh ya? Berapa hari?" Tanya Jesper yang kini tengah sibuk menyeruput jus jeruk milik Chanyeol.

"Sekitar lima atau tujuh hari." Sehun bimbang lagi saat ini. Apa akan baik-baik saja jika membawa batita berumur empat tahun? Bukan masalah pesawatnya karena apa? Sehun bisa saja pergi dengan Helikopter miliknya jika mau. Dua putranya ini yang membuat Sehun ragu.

"Baiklah. Kami tidak masalah." Kali ini Jinyoung yang memberi respon.

"Daddy akan membawa Haowen, kalian tak apa jika Daddy tinggal?" Tanya Sehun menatap Jesper dan Jinyoung secara bergantian.

Jesper dan Jinyoung saling pandang lalu mengangguk tak masalah. "Tak apa. Jesper hyung sedang magang sedangkan aku akan mengikuti ujian masuk Universitas. Jadi rasanya tak masalah jika kami tinggal di rumah." Jelas Jinyoung panjang lebar.

"Dan lagi jika Haowen tinggal, kami tidak yakin menitipkannya pada ChanBaek hyung apa lagi yang lain." Jesper menambahkan dengan tidak berotaknya.

"Mulut kau Jes." Tegur Baekhyun dari arah panggangan.

"Hehehe." Jinyoung membalas dengan cengiran tak berdosanya.

"Daddy minta maaf karena harus meninggalkan kalian."

"Tak masalah, Dad." Jesper tersenyum kecil.

"Kami bukan anak kecil." Tambah Jinyoung dengan tangan yang menepuk bangga dada kecilnya itu.

"Haowen juga bukan anak kecil." Yang tidak tau situasi ya macam-macam Haowen ini contohnya.

**

Setelah pesta bakar-bakar selesai dan semua makhluk sudah pulang kerumah mereka masing-masing, semua kecuali Xukun dan Lucas yang masih sibuk membujuk si Jesper yang tak mau bicara.

Sehun dan Haowen mulai mengemas pakaian mereka berdua kedalam koper. Sehun tentu bisa sendiri, yang ribet itu si dua Kingkong, satu Beruk, atu anak Kucing, dan satu Bekantan. Tau bukan? Si jesper, Lucas, Xukun, Haowen, dan Jinyoung.

Haowen sih tenang tidak melakukan apa-apa kecuali melihat empat babu dadakannya seraya mengunyah melon yang sudah Sehun persiapkan.

"Itu tidak usah di bawa! Sekarang musim dingin di Las Vegas!" Lucas menunjuk pada baju Haowen yang berlengan pendek dan celana pendek. "Singkirkan!" Titah Lucas.

"Jaket Navy bluenya tidak usah di keluarkan juga, Hyung!" Kali ini Jinyoung yang memekik kesal. Mengambil kembali jaket Haowen dan memasukannya kedalam koper kembali.

"Aish itu sepatu nanti! Nanti!" Jesper mendengus kesal, melempar sepatu yang baru saja Lucas masukan kedalam koper adiknya.

Berantakan sudah rumah Sehun, berantakan! Sepatu di sana, baju di sana, jaket di sana. Mereka berlima memang mengemas di ruang tamu, hanya saja suaranya terdengar hingga ke kamar Sehun.

"Kunkun hyung, mereka kenapa?" Tanya Haowen yang masih sibuk dengan melonnya. Oknum yang akan terbang keluar negri saja masih santai tak ambil pusing.

"Biarkan saja, hyung juga pusing." Jengah Xukun. Jika masih berulah lihat saja mereka bertiga.

"Aish! Bukan itu!"

"Memang begini!"

"Bukan! Seperti ini!"

"Bodoh kalian! Seperti ini!"

"Buk-"

"AAIISH! MINGGIR KALIAN SEMUA, MINGGIR!" Xukun berteriak gemas. Panas telinganya mendengar ini berteriak, itu memekik. Xukun tidak kuat.

Xukun bangkit dari duduknya seraya menendang satu-satu pantat oknum pembuat keributan itu.

"Bodoh teriak bodoh!" Sungut Xukun seraya menjitak kepala Jesper yang hanya bisa mengumpat dalam hati.

"Kau juga! Sudah salah keras nafas lagi!" Kali ini Lucas yang menjadi sasaran jitakan maut Xukun.

"Kau juga." Xukun ingin menjitak Jinyoung. Tapi, tidak jadi karena tampang memelas Jinyoung yang membuat Xukun tak tega.

"Jiny-"

"Diam kalian!"

Belum sempat protes Lucas dan Jesper, Xukun sudah mendelik lagi kearah mereka berdua. Ya alhasil mereka hanya diam saja.

Xukun mengeluarkan kembali semua pakaian Haowen dan menatanya lagi dengan apik di dalam koper. Tentunya lebih rapi dari yang tadi.

Jesper, Lucas, dan Jinyoung ya hanya bisa duduk manis seraya memperhatikan Xukun yang mulai tenggelam dalam dunianya sendiri.

"Lihat, yang berbakat jadi ibu memang beda ya." Bisik Lucas.

"Ibuable, Xukun hyung itu." Jinyoung balas berbisik.

"Diamlah! Kita ini pria sejati!"

"Apa kau baru saja mengatakan padaku bahwa aku bukan pria sejati?" Xukun tiba-tiba saja membalas ucapan Jesper yang sungguh melukai harga dirinya sebagai pria tulen.

"Memang kau buk-" mata Jesper membola saat ia sadar akan apa yang baru saja ia katakan. Mampus sudah, bathin Jesper dalam hati.

"Akh. Aku ingin ke toilet." Jinyoung berdiri dari duduknya dan pergi begitu saja menuju dapur. Cukup Jesper saja yang di amuk Xukun, mereka jangan.

"Aduh Haowen. Ayo ke dapur. Hyung lapar." Haowen yang tidak mengerti ya hanya mengangguk pasrah saja saat Lucas sudah menggendong tubuhnya dan berlalu menuju dapur.

"Hehehe bukan begitu." Jesper cengengesan tak menentu.

"Bukan katamu?"

Anggukan Jesper berikan. "Buk-"

"Aargh! Sakit! Akh! Ampun!"

"Huhuhu malang. Yang tabah ya." Penghuni rumah yang lain membathin kasihan.

TBC.

SEE U NEXT CHAP.

THANK U.

DNDYP.