webnovel

[Chapter 1] Embodiment of Abyss

Pertama-tama Abyss Realm adalah Realm tertinggi di dunia, bahkan setelah semua dunia dan alam semesta hancur, Abyss akan tetap utuh. Abyss Realm bahkan menyerap kekuatan sihir dan mana dari banyak alam semesta lain yang tak terhitung dan tanpa henti, yang dimana, masing-masing setiap Alam semesta itu sendiri memiliki Dunia yang bercabang dalam jumlah tak terhingga, dan juga Dunia bercabang itu bahkan luasnya hampir menyamai Alam Semesta itu sendiri yang membuat Alam semesta dengan secara ajaib memiliki kesadaran dan menganggap Dunia bercabang itu hanyalah sebuah game yang berada di dalam mereka. Oleh karena itu, kehidupan Iblis didalam Abyss Realm hanya dapat berkembang di dalam dinding pusaran api panas yang menghalangi masuknya beberapa objek berbahaya yang berasal dari alam semesta itu sendiri, dikarenakan Alam semesta itu sendiri memiliki kebencian terhadap Abyss Realm yang berada di atas mereka semua.

Dinding Pusaran Api yang tak terhitung jumlahnya ditemukan di setiap lapisan Alam Abyss, Setiap Lapisan dari Abyss Realm itu sendiri luasnya tak terhitung.

Lapisan 1-20 dikenal sebagai lapisan terendah dan luasnya melebihi dunia bercabang.

Lapisan 21-40 dikenal sebagai lapisan rendah dan luasnya sama seperti lapisan terendah.

Lapisan 41-60 dikenal sebagai lapisan tengah/foundation, di lapisan ini memiliki luas yang sudah melebihi Alam semesta dalam jumlah yang tak terhitung.

Lapisan 61-80 dikenal sebagai lapisan tinggi, luasnya sudah melampaui seluruh Alam semesta dalam jumlah yang tak terhingga, setiap lapisan tinggi ini masing-masing memiliki sebuah ruang dengan dimensi tak terhingga yang himpunannya lebih besar dari tak terhingga itu sendiri sehingga tidak ada yang namanya atas dan bawah, karena ruang dimensi itu luasnya tak terhingga yang tak berujung.

Lapisan 81-100 dikenal sebagai lapisan tertinggi, lapisan ini sudah melampaui konsep dimensi yang melampaui dimensi tak terhingga yang artinya sudah benar-benar melampaui seluruh konsep dimensi yang melampaui dimensi tak terhingga, setiap masing-masing lapisan tertinggi ini sudah melampaui seluruh konsep dimensi tak terhingga yang ada diatas dimensi yang tak terhingga, setiap lapisan juga sudah melampaui kausalitas sehingga setiap lapisan adalah hierarki keberadaan yang tak ada habisnya dan tak berujung seseorang yang sudah mencapai puncak hierarki keberadaan yaitu lapisan ke-100, dia akan melihatnya hierarki yang berlapis dalam jumlah yang tak terhingga dan akan ditumpuk sampai jumlahnya tak terhingga dan tak berujung, dan juga akan memiliki Otoritas melihat seluruh Alam semesta dan Abyss Realm sendiri sebagai sebuah buku yang akan bisa dipermainkan.

Aurelio adalah seorang Manusia setengah Demon, Aurelio tidak lahir seperti manusia pada umumnya. Dia muncul ke dunia ini tanpa proses kelahiran fisik, melainkan lahir dari Jurang ketiadaan yaitu Jiwanya sendiri. Saat dia terlahir, dia langsung berada di Abyss Realm Lapisan pertama, yaitu alam yang dikuasai oleh Kegelapan tak berujung dan dipenuhi oleh api yang membara di mana-mana.

Di Abyss Realm, jiwanya menyerap Abyss Power yang melimpah, memungkinkannya bertahan tanpa makanan atau minuman. Aurelio tumbuh dan dewasa dengan sendirinya, tanpa ada yang mengurusnya, hanya didorong oleh naluri dan keingintahuan yang kuat.

Dalam keheningan Abyss Realm yang menyeramkan, Aurelio menjelajahi tanah yang tak dikenal, belajar memahami dan mengendalikan kekuatan yang ada di sekitarnya. Dia menggabungkan kekuatan tersebut dengan jiwa dan identitasnya sendiri, menjadi semakin kuat dan berpengaruh di dalam realm itu.

Namun, keberadaannya menarik banyak perhatian Iblis yang berada diAbyss Realm lapisan pertama. Mereka melihatnya sebagai ancaman atau potensi sekutu yang berharga. Aurelio dihadapkan pada berbagai ujian dan konflik, tetapi dia tetap teguh dalam tekadnya untuk bertahan dan tumbuh di tengah kegelapan.

Dalam perjalanannya, dia bertemu dengan makhluk-makhluk lain yang hidup di Abyss Realm, beberapa menjadi musuh, sementara yang lain menjadi sekutu yang tidak terduga. Bersama mereka, dia menghadapi bahaya dan menaklukkan rintangan yang menghadang.

Seiring waktu berlalu, Aurelio semakin memahami tujuan dan takdirnya didalam Abyss Realm. Dia menggunakan kekuatan Abyss Power yang ada dalam dirinya untuk melindungi diri sendiri dan mereka yang lemah, dijadikan bawahan oleh Aurelio itu sendiri.

Aurelio duduk di atas tumpukan mayat iblis yang telah ia bunuh, di lapisan pertama Abyss Realm. Cahaya dari api unggun kecil yang ia buat hanya menerangi sebagian kecil dari kegelapan yang meliputi tempat itu. Abyss Realm, sebuah tempat yang diwarnai dengan kengerian dan keputusasaan, menjadi saksi dari perjuangan Aurelio untuk bertahan hidup. Bau darah dan daging yang membusuk memenuhi udara, mengingatkannya pada tiap nyawa yang telah ia ambil untuk terus hidup.

Aku menatap api yang berkedip-kedip, pikiranku tenggelam dalam renungan mendalam.

Aurelio: (dengan suara rendah) "Berapa banyak lagi yang harus aku bunuh? Apakah semua ini ada akhirnya? Atau apakah aku akan terus terperangkap di sini, menjadi bagian dari kegelapan yang aku coba hancurkan?"

Aku menghela napas panjang, merasakan kelelahan yang mendalam di setiap serat ototnya. Tanganku masih gemetar dari pertempuran terakhir, pedangku penuh dengan darah yang mengering.

Aurelio: "Setiap kali aku mengayunkan pedang ini, aku merasakan bagian dari diriku menghilang. Tapi apa pilihanku? Di sini, di Abyss, hanya ada dua pilihan: membunuh atau dibunuh."

Bayangan ingatan terlintas di benakku, mengingatkan aku kenapa aku harus terlahir keluar dari jiwaku sendiri

Aurelio: (aku menghela nafas) "Kenapa aku tidak terlahir oleh seorang manusia saja, kenapa aku harus keluar dari Jurang Ketiadaan itu..."

Tiba-tiba, aku mendengar suara langkah kaki. Segera, Aku meraih pedangku, bersiap menghadapi ancaman yang mungkin datang. Namun, yang muncul bukanlah iblis yang ganas, melainkan bayangan seorang pria tua dengan jubah compang-camping, wajahnya tersembunyi di balik kerudung.

Pria Tua: "Kau bertanya-tanya mengapa kau ada di sini, bukan?"

Aurelio menatap pria itu dengan mata penuh curiga, namun tidak menurunkan pedangnya.

Aurelio: "Siapa kau? Bagaimana kau bisa ada di sini?"

Pria Tua: "Aku hanyalah bayangan yang dikirim oleh jiwamu, sebuah refleksi dari dirimu sendiri. Aku di sini untuk membantumu menemukan jawaban yang kau cari."

Aurelio: "Jawaban? Jawaban apa? Semua yang aku lihat di sini hanya kematian dan kegelapan."

Pria Tua: "Justru itu di tempat seperti inilah, kau bisa menemukan kebenaran tentang dirimu sendiri. Kau bertarung bukan hanya untuk bertahan hidup, tapi untuk memahami siapa dirimu sebenarnya."

Aku merasakan ketidaknyamanan mendalam. Kata-kata pria tua itu menusukku, seakan membuka luka-luka yang telah lama ia sembunyikan.

Aurelio: "Aku tidak butuh kata-kata bijak atau teka-teki. Aku butuh keluar dari tempat ini."

Pria Tua: "Keluar dari Abyss bukanlah akhir dari perjalananmu. Perjalanan sejati adalah menemukan kedamaian di dalam hatimu sendiri. Kau bertarung dengan iblis-iblis di luar sana, tapi bagaimana dengan iblis yang ada di dalam dirimu?"

Aku terdiam, membiarkan kata-kata pria tua itu meresap ke dalam pikiranku. Aku menyadari bahwa setiap iblis yang ku bunuh hanya mempertegas ketakutannya sendiri, ketakutan akan kegagalan, kehilangan, dan rasa bersalah.

Aurelio: "Mungkin... mungkin kau benar. Aku telah melawan begitu banyak iblis, tapi tidak pernah melawan rasa takut dan kebencian dalam diriku sendiri."

Pria Tua: "Mulailah dengan menerima dirimu, dengan segala kelemahan dan kekuatanmu. Hanya dengan demikian kau bisa menemukan jalan keluar dari kegelapan ini."

Aku mengangguk perlahan, merasa beban yang selama ini aku bawa sedikit lebih ringan. Aku menatap pria tua itu, tetapi bayangan itu telah lenyap, meninggalkan ku sendirian dengan pikirannya.

Aurelio: (berbisik) "Aku akan mencoba. Aku akan mencoba berdamai dengan diriku sendiri, menemukan kedamaian dalam kegelapan ini."

Aku menutup mataku, membiarkan kehangatan api menyelimuti tubuhku yang lelah. Di tengah tumpukan iblis yang telah ku bunuh, Aku memutuskan pergi ke Lapisan kedua, bukan hanya untuk bertahan hidup, tetapi untuk menemukan makna sejati dari keberadaanku di alam yang penuh dengan kegelapan ini.

Aurelio berdiri di tepi jurang yang memisahkan lapisan pertama dan lapisan kedua Abyss Realm. Di depannya, dinding pusaran api yang menjulang tinggi berputar dengan kekuatan yang menakutkan. Nyala api yang berwarna merah dan hitam berputar dengan kecepatan luar biasa, seolah-olah menjaga rahasia di baliknya.

Aurelio menarik napas dalam-dalam, merasakan panas yang menyengat kulitnya. Dia tahu bahwa untuk mencapai lapisan kedua, dia harus melewati dinding pusaran api ini. Dengan mata yang penuh tekad, dia mulai mengumpulkan kekuatan Abyss Power yang telah ia serap selama bertahun-tahun.

Perlahan, tubuhnya mulai dipenuhi oleh Aura Ungu Tua yang berasal dari kekuatan tersebut. Dengan setiap langkah, dia merasakan kekuatan itu semakin mengalir melalui dirinya, melindungi dirinya dari panas yang mematikan. Dia mengangkat pedangnya, yang sekarang juga berpendar dengan energi gelap, dan mengarahkan ujungnya ke dinding pusaran api.

Aurelio menggerakkan pedangnya dengan kecepatan dan presisi yang luar biasa, membelah api yang berputar. Setiap ayunan menciptakan celah kecil dalam dinding pusaran api, cukup besar untuk dilewati. Dia melangkah maju, merasakan panas yang semakin intens, tetapi perlindungan dari Abyss Power membuatnya tetap teguh.

Dengan satu teriakan penuh semangat, Aurelio melompat melalui celah yang telah ia buat, merasakan api yang menyala di sekelilingnya. Saat dia melewati dinding pusaran api, dia merasakan lonjakan kekuatan yang luar biasa, seolah-olah kekuatan itu menyatu dengan dirinya.

Ketika dia akhirnya tiba di sisi lain, dia jatuh berlutut di tanah lapisan kedua, napasnya terengah-engah. Dia melihat sekeliling, menyadari bahwa lingkungan di lapisan kedua lebih gelap dan lebih penuh dengan bahaya dibandingkan lapisan pertama.

Aurelio bangkit berdiri, menggenggam pedangnya dengan kuat. Dia tahu bahwa perjalanan ini baru saja dimulai, dan tantangan yang lebih besar menunggunya di depan. Dengan tekad yang bulat, dia melangkah maju ke dalam kegelapan, siap menghadapi apapun yang ada di lapisan kedua Abyss Realm.

Aku berdiri di tanah lapisan kedua, napasku masih terengah-engah setelah melewati dinding pusaran api. Aku melihat sekeliling, menyadari bahwa suasana di lapisan kedua lebih gelap dan penuh dengan aura yang lebih menekan dibandingkan lapisan pertama.

Aurelio: "Akhirnya aku berhasil. Lapisan kedua. Lebih gelap, lebih menyeramkan, tapi aku berhasil."

Aku menghela napas panjang, mencoba menenangkan detak jantungku yang masih berdegup kencang.

Aurelio: "Dinding pusaran api itu hampir membuatku menyerah. Tapi tidak ada jalan kembali sekarang. Aku sudah terlalu jauh untuk mundur."

Aku duduk di atas batu besar, membiarkan tubuhku beristirahat sejenak. Aku memandang tangan dan pedangku yang masih dikelilingi Aura ungu tua dengan kekuatan Abyss Power dari Lapisan pertama yang diserap oleh Jiwaku.

Aurelio: "Sungguh luar biasa. Tapi, mengapa aku diberikan kekuatan ini? Apa tujuan Jiwaku sebenarnya di sini?"

Aku terdiam sejenak, merenung dalam keheningan yang hanya dipecahkan oleh suara angin yang berdesir pelan.

Aurelio: "Aku lahir dari jurang ketiadaan dalam jiwaku sendiri. Tidak seperti manusia lain yang memiliki asal usul yang jelas, aku adalah produk dari ketiadaan dengan kekosongan yang hampa. Apa arti semua ini? Apakah aku hanya alat dari kekuatan yang lebih besar?"

Aku menggelengkan kepalanya, mencoba mengusir keraguan yang merayapi pikirannya.

Aurelio: "Tidak. Aku bukan hanya alat. Aku memiliki kehendak, pikiran, dan tujuan. Aku harus menemukan apa itu, meskipun artinya aku harus terus berjuang di dalam kegelapan ini."

Aku bangkit berdiri, menatap jauh ke dalam kegelapan lapisan kedua.

Aurelio: "Setiap lapisan lebih sulit dari yang sebelumnya. Tapi di sini, aku merasa ada sesuatu yang menungguku, sesuatu yang mungkin bisa menjawab semua pertanyaanku."

Aku mulai berjalan maju, langkahku penuh dengan tekad.

Aurelio: "Aku harus tetap waspada. Iblis-iblis di sini pasti lebih kuat. Tapi begitu juga dengan aku. Setiap pertarungan, setiap tantangan, membuatku semakin kuat."

Aku berhenti sejenak, melihat bayanganku sendiri di tanah yang gelap.

Aurelio: "Bayangan diriku... Apakah ini cerminan dari apa yang ada di dalam diriku? Ketiadaan yang terus membayangi setiap langkahku?"

Aku menghela napas lagi, merasakan beban yang selama ini aku pikul.

Aurelio: "Mungkin benar apa yang dikatakan pria tua itu. Aku harus menerima diriku sendiri, baik kelemahan maupun kekuatanku. Hanya dengan demikian aku bisa menemukan jalan keluar dari kegelapan ini."

Aku melangkah lebih jauh ke dalam lapisan kedua, Tubuhku merasa sedikit lebih ringan.

Aurelio: "Lapisan kedua, aku datang. Aku akan menghadapi apapun yang ada di sini. Aku akan menemukan tujuanku, apa pun yang terjadi."

Dengan tekad yang semakin kuat, Aku terus berjalan, siap menghadapi tantangan baru di lapisan kedua Abyss Realm.

Aurelio: (mengusap kepala dan rambut bagian belakangnya) "Ah sepertinya aku melupakan sesuatu hehe."

Aku berbalik dan kembali ke ambang tepi dinding pusaran api yang memisahkan Lapisan keduanya dan Lapisan Pertama.

Aku berdiri di tepi jurang yang memisahkan lapisan kedua dan pertama, memandang dinding pusaran api yang berputar dengan kekuatan dahsyat. Aku merasakan dorongan kuat untuk kembali dan menyerap lebih banyak Abyss Power dari lapisan pertama.

Aurelio: "Aku harus menjadi lebih kuat. Lapisan kedua ini penuh dengan bahaya yang lebih besar. Untuk bertahan, aku butuh kekuatan yang lebih besar."

Aku mengambil napas dalam-dalam dan menatap dinding pusaran api yang berputar di depanku.

Aurelio: "Jika aku bisa menyerap semua Abyss Power yang ada di lapisan pertama, aku akan memiliki cukup kekuatan untuk menghadapi apa pun yang menungguku di sini."

Dengan tekad bulat, Aku melangkah kembali menuju dinding pusaran api. Nyala api yang berputar menghalangi jalanku, tetapi aku tidak mundur. Mengumpulkan semua kekuatan yang kumiliki, Aku melompat melalui pusaran api, kembali ke lapisan pertama.

Setibanya di lapisan pertama, Aku merasakan energi gelap yang melimpah di sekelilingnya. Aku duduk bersila di tanah, menutup mata, dan Jiwaku mulai menyerap Abyss Power dengan sangat cepat yang membuatku harus penuh fokus.

Aurelio: "Ah... Aku bisa merasakan kekuatan ini... mengalir melalui setiap serat tubuhku. Setiap tetes energi gelap ini akan memperkuat diriku, membuatku siap menghadapi apa pun yang ada di lapisan kedua."

Aku merasa tubuhku mulai bergetar seiring dengan kekuatan yang semakin mengalir masuk. Aura ungu tua yang menyelimuti tubuhku semakin terang, menunjukkan bahwa aku menyerap Abyss Power dengan sukses.

Aurelio: "Lebih banyak lagi... aku butuh lebih banyak kekuatan."

Selama berjam-jam, Aku terus menyerap Abyss Power tanpa henti. Setelah merasakan kekuatan yang cukup besar, Aku membuka mataku dan berdiri dengan penuh keyakinan.

Aurelio: "Sekarang aku siap. Dengan kekuatan ini, aku bisa menghadapi apapun di lapisan kedua."

Dengan langkah tegap, Aku kembali menuju dinding pusaran api. Kali ini, aku merasakan kekuatan yang jauh lebih besar di dalam diriku. Tanpa ragu, aku melompat kembali melalui api yang menyala, kembali ke lapisan kedua Abyss Realm

Lapisan kedua. Setibanya di sana, aku merasakan kekuatan baruku berbaur dengan aura ungu tua di sekelilingku. Dengan tatapan penuh tekad, aku mengamati lingkungan baruku.

Aurelio: "Aku kembali. Dan kali ini, aku lebih kuat dari sebelumnya."

Aku menggenggam pedangku erat-erat, merasakan kekuatan Abyss Power yang mengalir dalam diriku, membuatku lebih percaya diri untuk menghadapi tantangan yang ada di depan.

Aurelio: "Kekuatan ini... aku bisa merasakannya. Setiap langkah di lapisan ini akan menjadi ujian, tapi aku siap. Aku tidak akan mundur."

Aku berjalan dengan langkah tegap ke dalam kegelapan lapisan kedua, siap menghadapi apa pun yang menunggu di sana.

Aurelio: "Dengan kekuatan ini, aku akan menemukan jawaban atas semua pertanyaanku. Abyss Realm, tunjukkan padaku apa yang kau sembunyikan."

Dengan tekad yang bulat, Aurelio melanjutkan perjalanannya, serta membawa kekuatan yang ia peroleh dari lapisan pertama, dan siap untuk menghadapi segala tantangan yang menanti di lapisan kedua Abyss Realm.

Saya sudah memberi tag untuk buku ini, datang dan mendukung saya dengan pujian!

Thanks for the Chat GPT for helping me in making this chapter.

LinxianAbsolutelycreators' thoughts