Tya masih memilih mengurung diri di toko Qiara. Mengabaikan setiap pesan masuk entah itu dari Antonio maupun Zidan. Sekarang ia benar-benar tidak Meu bertemu siapapun. Bahkan ia tidak mau mengobrol. Yang Tya mau adalah ketenangan dan tidak adanya gangguan dalam pikirannya.
Tapi setiap kali si berusaha agar tidak memikirkan apapun, selalu saja ia gagal mengontrol pikirannya yang terus terbang pada masalah besar yang saat ini sedang di hadapi.
Masalah ini memang mencakup pada perusahaan Antonio. Yang ia tau, sekarang saham perusahaan itu jadi menurun. Tapi boro-boro Tya memikirkan hal itu, perasaannya sendiri saja tidak bisa ia kendalikan. Ia tidak bisa meyakinkan diri kalau itu semua cuma akal-akalan orang yang membenci keluarga Frederick saja.
Apalagi sampai saat ini Antonio tidak muncul di publik. Juga tidak muncul di depannya. Meski begitu tetap berusaha menghubunginya lewat telpon.
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com