webnovel

My Husband is My Enemy

Cho Aera adalah anak tunggal sekaligus kandidat pewaris utama dari perusahaan SUN Company.Saat sekolah tidak ada yang mengenalinya sebagai orang dari kalangan atas.Ia menyembunyikan identitas aslinya hingga membuatnya menjadi bullyan teman sekelasnya,menjadi pesuruh dan mendapat predikat 'kacung cupu' dan menjadi bawahan sang penguasa Oh Sehun. Siapa sangka saat dewasa pun Aera masih terjebak dengan iblisnya. Bahkan terikat secara hukum dan agama. Aera tidak mengerti lagi bagaimana ia harus memutuskan takdir sialnya yang membuat ia terikat janji suci dengan titisan iblis seperti Sehun.

afswu27 · Ciudad
Sin suficientes valoraciones
2 Chs

REUNION-1

#5 hari sebelum kesepakatan bisnis#

'Dasar sampah'

'Kacung sepertimu harus tau diri...'

'Mati aja sana..'

'Ngaca! KAU HANYA BABU OH SE... !'

"HAHH!"

Suara nafas tak beraturan terdengar di ruangan sepi itu. Seorang gadis baru saja terbangun dengan keringat membasahi pelipisnya. Akhir-akhir ini paginya selalu buruk. Ia di bangun kan oleh mimpi buruk dan setelah bangun, ia akan merasakan sakit migrain yang begitu luar biasa.

"Undangan sialan itu akan membuat aku mati" gerutunya seraya memijit sebelah kepalanya yang migrain.

Sebelumnya Aera tidak pernah merasakan sakit kepala seperti ini, dan mimpi buruk itu sudah bertahun-tahun tidak pernah lagi mampir di tidur malamnya. 'Apa ini karena stressku?' Pikir gadis itu. Aera kira kondisi mentalnya sudah jauh lebih membaik setelah bertahun tahun ia mengikuti pengobatan rutin. Ia sudah tidak lagi bermimpi buruk atau berteriak saat tidur malamnya, dan ia juga tidak pernah melewati pengobatannya.

'Apa benar-benar karena undangan itu?'

Ini masih pagi dan pikiran Aera sudah begitu sibuk untuk menemukan penyebab sakit kepala dan mimpi buruk yang seminggu ini sudah terlalu rajin mampir ke tidur malamnya.

'Padahal sedikit lagi aku bisa seperti orang normal seutuhnya' batinya mengeluh lagi.

"Hahhh..." Selalu begitu, hanya suara nafas lembut yang keluar sebagai solusi dari segala pergulatan batinnya.

Seminggua yang lalu Aera dikejutkan dengan secarik kertas berbunga, begitu anggun dan elegan untuk sebuah undangan pikiri Aera. Namun, undangan itu tidak lagi memancarkan keindahan saat Aera membaca satu demi satu kata yang tertera didalamnya. Tentu saja itu bukan undangan menikah dari sang mantan, lagi pula Aera tidak memiliki hal seperti itu. Itu hanya sebuah undangan reuni. Ya. REUNI. Reuni sekolah menengahnya. Orang lain mungkin akan berfikir berlebihan jika melihat ekspresi Aera saat membaca undangan tersebut. Tapi bagi setiap orang yang mengetahui kisah sebelumnya akan berpikir berbeda dan sependapat dengan ekspresi yang ditunjukan Aera.

Cho Aera adalah seorang direktur utama di salah satu grup perusahaan ternama yang ada di negaranya. Ia adalah anak tunggal yang memiliki segala kemungkinan besar menjadi pewaris dari semua yang ayahnya miliki. Orang tuanya juga begitu mencintai Aera, karena dimata orang tuanya Aera adalah gadis yang manis, polos, pintar dan begitu imut. Setiap orang yang melihatnya akan langsung jatuh cintah, yahh itu adalah gombalan dari sang ayah yang selalu dikatakan kepada setiap rekan bisnisnya. Tapi dibalik keindahan itu selalu saja ada kegelapan yang tersembunyi.

Aera memang akan menjadi pewaris tapi seorang pewaris harus sehat jasmani dan rohani bukan? permasalahan yang dimiliki adalah Aera memiliki masalah di kesehatan mentalnya. Walaupun dokter bilang tidak akan menjadi begitu serius jika dapat di kontrol dan di obati dengan rutin tetap saja untuk kemajuan persuhaan yang sudah dibangun dengan jerih payah ayahnya tidak bisa dijamin aman.

PTSD (post-traumatic stress disorder), Aera di diagnosis mengalami Mental illness 7 tahun lalu saat dia berusia 16 tahun. Awalnya orang tua Aera tidak begitu menganggap serius tentang perubahan sikap Aera yang menjadi sangat aneh saat ia memasuki sekolah menengah.

Ayah nya hanya berpikir itu adalah gejala pubertas yang dialami seorang remaja jadi wajar. Walaupun kedua orang tuanya mencintai Aera tapi mereka tidak berada di samping Aera 24 jam. Keduanya sibuk mengurus bisnis yang akan menjadi masa depan Aera, mereka hanya bertemu di pagi hari saat sarapan dan malam hari saat makan malam tapi beruntungnya mereka masih menyisihkan hari weekendnya untuk bersama Aera dan karena itu Aera tau meskipun mereka sibuk tapi mereka juga mencintai Aera, yahh.. Setidaknya itu yang ada dipikiran Aera.

Penyebab Aera mengalami PTSD adalah pembulian yang dilakukan teman-temannya saat sekolah menengah pertama. Sebentar, sepertinya terlalu sopan untuk di sebut teman. Mana ada teman yang membuli temannya sendiri kan? Yahh..intinya masa sekolah menengah pertamanya begitu gelap, awalnya semuanya baik-baik saja bahkan begitu indah. Aera sendiri tidak mengerti sejak kapan pembuliannya mulai terjadi.

"Acaranya hari ini ya" Aera mengamati lagi undangan reuni yang di berikan padanya.

"Apa benar tidak apa jika aku datang?"

Di dalam lubuk hati Aera sebenarnya ia sangat ingin datang. Alasannya adalah ia ingin menunjukan Aera yang saat ini, Aera yang berbeda di masa lalu karena Aera yang saat ini sudah sangat bersinar. Saat ini bisa dibilang anak-anak yang membulinya dulu sangat jauh dari levelnya sekarang, Aera bisa dengan mudahnya bisa menginjak-injak mereka. Tapi di satu sisi, Aera masih sayang dengan dirinya sendiri. Ia tau dan sadar bahwa dirinya tidak akan baik-baik saja setelah bertemu mereka, jadi tentu saja dia tidak mau ambil resiko yang menyebabkan penyakitnya kambuh.

"Datanglah Aera, kudengar lelaki brengsek itu tidak datang." Aera kembali mengingat percakapan yang ia lakukan dengan Jihan- temannya kemarin malam.

Drrttt..drrttt...

Getaran yang di hasilkan benda tipis itu mengalihkan pikirannya.

'Hhhhh..' Aera menghembuskan nafas pelan saat membaca nama yang tertera di layar handphonenya sebelum ia menempelkan benda tipis itu ke telinganya.

"Ini masih pagi jihan" eluh Aera, baru saja ia memikirkan percakapan yang dilakukan dengannya dan tentu Aera tau apa yang membuat jihan menelpon sepagi ini.

"Kau akan datang kan malam ini?"

"Tidak" jawab Aera tegas dan cepat.

"Ayo lah, banyak orang yang menginginkanmu datang"

"Banyak orang? Tck..siapa? Yang ku tau dan ku ingat temanku saat itu hanya kau"

"Nah aku salah satu di banyak orang itu, lagi pula memangnya kau tidak ingin menunjukan pesonamu yang sekarang? Hei..setidaknya kau harus balas dendam, tunjukan pesonamu dan buat mereka berlutut memohon kepadamu. Dengan keadaanmu yang sekarang itu bukan sesuatu yang tidak mungkin kan? Lalu.. jika kau tidak datang siapa yang menemaniku? Rara-ya~"

"Hhh.. Kau benar-benar membuatku bertambah pusing jihann!"

"Yeayy..jemput aku jam 7 di rumahku ya Rara"

"Aku tid.."

Tutt..tutt..

"....dak bilang akan datang jihan~" suara gadis itu melembut saat sambungan telponnya terputus.

Ini adalah salah satu kelemahan Aera. Tanggung Jawab. Ya. Walaupun Aera sejatinya tidak ingin datang tapi jika ada yang mengandalkannya dalam satu hal contohnya seperti Jihan yang minta di jemput nanti malam, itu sudah masuk kedalam tanggung jawab Aera dan Jihan temannya itu tau dengan jelas sikap Aera yang seperti itu. Karena itu Jihan sering dengan mudah menyeretnya datang ke acara apapun itu dan Aera? Aera tidak bisa mengelak karena dia juga tidak mau menyakiti temannya.

Mudahnnya di bayangan Aera jika dia tidak datang menjemput Jihan, temannya itu akan terus menunggunya sampai kapan pun karena temannya itu orang yang keras kepala dan Aera tau jelas tentang itu, lalu jika dia terus menunggu hingga malam akan banyak orang mabuk berlalu lalang yang memiliki kemungkinan mengganggu jihan dan tentunya Aera tidak ingin terjadi sesuatu pada teman baiknya itu. Kalo dikatakan dengan mudah Aera kan bisa menolaknya dan mengirimnya pesan sehingga jihan tidak perlu menunggu. Ya..memang benar, tapi hal seperti itu tidak mudah bagi Aera. Pemikiran nya begitu kritis, hingga orang lain pun tidak mengerti dengan isi otaknya.

"Hahh" Aera mengambil botol obat di dalam lemari nakasnya, dan mengeluarkan 4 pil obat untuk ia minum. Meminum obat adalah rutinitasnya, obat bagaikan permen untuknya. Sebenarnya, Aera sudah 3 tahun terakhir ini berhasil mengurangi jumlah obat yang harus di konsumsinya. Biasanya dia akan minum 8 pil obat dalam sekali minum dan 3 tahun ini dia berhasil menguranginya dengan hanya meminum 3 pil obat untuk sekali minum. Tapi sepertinya hari ini akan lebih sulit dan melelahkan, sehingga dia harus minum 4 pil obat.

***

Angin musim semi menyapa lembut seorang pria berahang tegas. Seakan menyambut kedatangannya helai demi helai rambut hitamnya yang tidak dioles gel itu menari ringan, membuat paras tampannya bertambah berkali kali lipat.

"Sajang-nim"

Seorang pria yang berpakain rapih dengan rambut yang dioles gel itu menghampirnya, menunduk hormat seraya tersenyum yang sayangnya mendapat balasan sebuah pukulan di kepalanya dari pria berparas tampan itu.

"Sudah ku bilang panggil aku seperti itu hanya di kantor"

"Harusnya kau senang, bukankah kau gila hormat"

"Yak! Kim Jongin! Semua orang di negara ini juga tau aku ini rendah hati, jangan bicara omong kosong dengan ku jika ingin berumur panjang!"

Pria itu- Oh Sehun langsung masuk kedalam mobil dengan acuh tanpa peduli keadaan Kim Jongin- teman dan sekaligus sekretarisnya yang terus mengelus kepalanya tanpa henti.

"Apa mengancam itu termasuk perbuatan rendah hati?"

Kim Jongin adalah teman sekaligus sekretaris Sehun. Ia adalah orang yang sangat setia dengan sehun hingga banya orang yang menjuliki anjingnya Oh Sehun, sangat kasar memang tapi ia memang benar-benar sesetia itu dengan Oh Sehun seperti Hachiko. Jongin bahkan sangat tahan dengan perilaku Sehun yang membuat semua karyawan geleng-geleng kepala.

"Mau ke apartermen atau masion atau kantor?" Jongin bertanya kepada bosnya itu setelah masuk ke dalam mobil dan memasang seat belt dengan rapih pada tubuhnya.

"Apartermen. Aku lelah."

Jongin langsung menjalankan mobil dan menuju apartermen saat mendapatkan jawaban dari Sehun.

"Jadi apa yang membuatmu kembali begitu tiba-tiba?"

"Tidak ada yang menarik disana."

"Ah…jadi hal menarikmu itu lari kesini sekarang?"

"Wah! Ditinggal selama 2 bulan bisa membuatmu semakin pintar juga Kim Jongin. Apa aku perlu meninggalkanmu selama satu tahun agar kau bisa menjadi seorang jenius?"

Kim Jongin membelalakan matanya mendengar ucapan temannya itu.

"SAJANGNIM!"

Oh Sehun adalah orang yang sangat pandai dalam hal menaikan tensi darah orang lain yang berada di sampingnya siapa pun itu. Menggoda adalah hobinya, termasuk menggoda Kim Jongin. Hingga ada desas desus di kantornya bahwa Oh Sehun adalah seorang gay karena kebiasaannya yang menggoda Kim Jongin dan dampaknya untuk Kim jongin? tidak ada wanita di kantor yang berani menaksirnya karena mereka beranggapan bahwa Kim Jongin sudah menjadi milik Oh Sehun dan apapun yang sudah menjadi miliknya tidak bisa untuk diklaim orang lain.

"Aku akan mulai bekerja besok, malam ini aku akan datang ke acara Reuni. Jadi Reschedule yang benar-benar diperlukan" titah Oh Sehun setelah ia bisa mengontrol tawanya.

"Reuni sekolah menengah pertamamu itu? Artinya Kang Sooyoung juga akan datangkan?"

"Hm.."

"Kau akan datang bersamanya?"

"Kau pikir aku gila?"

"Aku berharap kau baik-baik saja nanti malam brother" Kim Jongin menepuk pundak bosnya seraya menatapnya pilu seakan bosnya itu mendapatkan musibah yang begitu berat.

"BERHENTI MENJADI DRAMATIS KIM JONGIN!"

Seperti dunia mudah terbalik, sekarang Kim Jongin sedang berusahan mengontrol tawanya yang meledak karena ekspresi bosnya.

***

Malam telah tiba, sekarang pukul 7 malam. Aera sedang menunggu temannya di dalam mobil. Setelah berjam-jam ia mengamati penampilannya dan terus mengulang-ngulang pertanyaan yang sama di benaknya tentang 'apakah ia harus datang atau tidak?' akhirnya ia berada di depan rumah temannya saat ini.

"Maaf Rara aku tadi mencari antingku dulu, kau menunggu lama?"

Lihatlah sekarang temannya tersenyum sangat cerah mengalahkan cahaya lampu mobilnya.

"Paman ayo berangkat sekarang, jangan sampai kita telat"

Aera menatap teman disampingnya, memandangi temannya yang tak henti hentinya tersenyum. Aneh, benar-benar aneh. Seingat Aera temannya akan tersenyum cerah seperti ini jika sedang jatuh cinta atau mengingat orang yang ia sukai.

"Sebenernya aku sangat penasaran siapa yang membuatmu sesenang ini hanya untuk mengunjungi acara reuni?"

"Tentu saja kau Rara~ya"

"Aku? Berhenti berbohong, katakana siapa dia?"

"Siapa apanya?"

"Lelaki yang kau sukai"

"Apa maksudmu? Hhh..Rara aku memang menyukai lelaki kaya, aku juga memang menyukai lelaki tampan dan aku akui di sekolah kita dulu memang banyak tipe ku tapi aku tidak akan menyukai mereka, manner mereka begitu buruk aughhh..membayangkannya saja tidak sanggup aku"

"Lalu mengapa kau mengajakku datang?"

"Tentu saja untuk memamerkanmu, apa lagi memangnya?"

"Aku tidak perlu yang seperti itu Jihan"

"Aku perlu. Aku tidak ingin mereka meremehkanmu Rara, mereka boleh meremehkanku tapi tidak dengan mu. Kau berbeda. Tidak. Kau memang berbeda dari awal dan tidak pantas untuk mereka remehkan."

Mendengar apa yang dikatakan sahabat terbaiknya itu, ia langsung memeluk Jihan dengan erat.

"AAA JIHANN..JIKA KAU LAKI-LAKI AKU AKAN LANGSUNG MENIKAHIMU!"

"MENJIJIKAN CHO AERA!"

Aera sangat tertegun dengan apa yang Jihan katakan. Ia tidak tau bahwa temannya bisa sebucin ini walaupun hanya dengan seorang teman.

***

"Sebentar aku rapihkan rambutmu dulu"

"Sudah cukup Jihann~"

Kami sudah sampai di Hotel tempat reuni di adakan dan sejak turun dari mobil Jihan berkali-kali menatapku dari atas hingga bawah lalu memintaku berputar berkali kali dengan dalih penampilan ku harus sempurna dan ini sudah ke 5 kalinya ia membenarkan posisi rambutku yang katanya kurang tepat.

"Aku akan naik sendiri jika kau terus seperti ini Jihan" Aera menekan tombol lift, ia tidak ingin membuang-buang waktu karena ia sangat menginginkan malam ini cepat berakhir.

"Kau sudah minum obat kan Rara~ya?"

"Obat? Sudah"

"Huftt..syukurlah..ahh iya undangannya"

"Undangan?"

"Undangan reuninya"

Melihat temannya sibuk mencari undangan di dalam mini tasnya membuat Aera reflek mengecek mini tasnya juga untuk mencari undangan terkutuk itu.

Tingg…

"Ah punyaku ketemu"

"Punyaku sepertinya tertinggal di mobil, kau duluan saja jihan. Aku akan menyusul nanti"

"Kau serius?"

"Serius, masuklah sebelum pintu liftnya tertutup"

"Baiklah, hati-hati Rara"

Aera mengangguk dan pergi meninggalkan lobby. Benar-benar mengesalkan, Aera mengutuk dirinya sendiri, disaat ia ingin malam ini berakhir dengan cepat tapi ia dengan bodohnya meninggalkan undangan itu.

Setelah mengambil undangannya, Aera langsung bergegas menuju lift. 'Ayo kita selesaikan ini dengan cepat' batin Aera yang menyemangati diri sendiri seraya mengejar waktu seakan menyuruhnya untuk lekas berlalu.

"Aishh" Aera berlari saat melihat pintu lift akan tertutup

"Tunggu dulu!"

Beruntung seseorang yang didalam mendengar teriakannya. Hanya sebuah hal kecil seperti ini bagi Aera adalah sebuah keberuntungan karena ia tidak mau membuang waktunya lagi.

"Hahh..Terima kas..."

Aera seketika tertegun dengan sosok yang berada di dalam lift, si penyelamat waktunya. Ekspresi wajahnya datar dan tatapan matanya yang dingin dengan rahang tegas serta rupa yang sangat menawan. 'Apa itu? Kenapa aku merasa ekspresi dan mukanya benar-benar tidak asing'

'Ahh' Aera menggelengkan kepalanya, sekarang bukan waktunya memikiran hal seperti itu.

"Terima kasih" Aera langsung masuk ke dalam lift dan hendak menekan tombol ke lantai yang ia tuju. Tapi sebentar..tombol yang ingin dia tekan sudah menyela. Aera melirik laki-laki yang berada di sampingnya. 'ahh pantas saja aku tidak merasa asing, apa alumni juga? Tapi siapa? Apa aku mengenalnya?' batin dan otak aera bergulat lagi mengingat siapa sosok di sampingnya yang begitu terasa tidak asing.

"Ehem..Cho Aera"

Aera langsung menoleh ke sosok lelaki yang berada di sampingnya. Ia terkejut mendengar namanya keluar dari bibir lelaki itu. 'ah bagaimana ini aku belum ingat dia siapa?' runtuknya.

"Maaf.. kau mengenalku?"

Aera mengamati raut muka lelaki itu, nampak sekali bahwa ia terkejut dan sepertinya jawabanku tidak sesuai dengan apa yang ia harapkan.

"Wahhh..Kau benar-benar membenciku ya? "

"Apa? "

"Kau benar-benar lupa denganku atau pura-pura lupa denganku? "

"Maaf..bukan maksudnya menyinggung, tapi kau si..apa?"

Aera terus menatap sosok tampan yang sedang mengeluarkan tawa ringannya. Mungkin lelaki itu merasa lucu karena orang yang membecinya melupakan sosoknya, yah kalo yang dikatakan ia benar. Aera memang ingin meluapkan anak-anak yang berada di SMP nya, 'kalo aku saja lupa wajahnya berarti ia bukan sosok penting dan bukan aku benci kan? Lagi pula orang yang aku benci cuma satu..ahh dua aku rasa'

"Oke kalo kau benar-benar lupa. Aku akan perkenalan ulang"

"Apa?"

Lelaki itu mengulurkan tangannya diiringi dengan senyum yang terlukis di wajah tampannya.

"Perkenalkan, aku Oh Sehun. Nice to meet you again chingu~ya. Long time no see Rara"

"APAA?!!! O.. O.. OH SE..HUN?!"

***

Selamat membaca🌻

Iya..maaf sangat amat begitu terlambat 😢