Pagi itu, Lea duduk di teras rumah dengan sebatang rokok di tangannya. Mimpinya malam itu membuatnya tak bisa tenang apa hal buruk akan terjadi pada bi.
"Sayang kenapa pagi-pagi udah ngerokok aja" Bu rena mengejutkan Leea dari lamunannya.
"Mami, lea suntuk" senyumnya kecut.
"Kenapa sayang?" Peluk Bu Rena.
"Mi, aku mimpi. Dalam mimpi itu Bi pamitan sama Lea."
"Ahh itu cuma mimpi biasa sayang, kamu gak boleh pikir aneh-aneh"
"Tapi seperti nyata mi" Lea menjelaskan perasaannya.
"Dah dahh..sana mandi dulu" Bu Rena menyuruh Lea mandi.
Bu Rena duduk di kursi yang tadi nya di duduki Lea, perasaannya mulai tidak enak saat mendengar cerita putrinya itu. Bagaimana jika hal buruk terjadi pada Bi.
"Bu bu..tolong tolong tuan" teriakan pembantu rumah itu membuat Bu Rena berlari.
"Ada apa bik?" Teriaknya panik.
"Tuan jatuh buk"
"Aduh kamu kenapa Bi??" Tangan Bu Rena merangkul tubuh Bi yang sudah jatuh di lantai.
"Mami..maaf tadi Bi cuma coba-coba berdiri ehh malah jatuh" senyum Bi kecut sekaan tidak enak membuat mertuanya itu harus berlarian menolongnya.
"Ahh kamu Bi, mami hampir copot jantung nya" Bu Rena mengelus dadanya.
"Haahaha..maaf mi" Bi tertawa geli melihat Bu Rena yang sangat panik.
Pikiran Bu Rena tidak tenang, kejadian barusan saja sudah sukses membuat jantungnya tidak karuan.
**
"Pagi" Lea menyapa para kariawan yang di jumpainya.
"Pagi Lea" senyum mereka tampak manis saat melihat Lea lagi di kantor.
Langkah Lea menuju kantor terhenti saat terdengar suara bertanya pada nya.
" apa kabar kamu??"
"Baik" Lea menoleh ke arah suara Fio yang berdiri tepat di dekat mejanya.
"Bagaimana kabar Bi?"
"Masih seperti itu, masih harus ikut pengobatan" Lea berkata pelan.
"Baiklah, kalau boleh aku mau jenguk Bi"
"Datang lah mungkin Bi akan senang jika punya teman gobrol" senyum Lea sambil memasuki ruangannya.
Kesibukan kantor membuatnya sedikit lupa akan sakit yang sedang di alami oleh Bi.
Setiap 2 jam sekali Lea menelepon ke rumah untuk bertanya kabar Bi.
"Hei wanita karir ini akhirnya kembali" Criss yang masuk tanpa izin membuat Lea sedikit terkejut.
"Criss bagaimana kabar mu" senyum Lea pada laki-laki tampan yang masuk sembarangan itu.
"Aku merindukan istri orang" Criss tertawa.
"Haha..bisa saja membuat ku terbang" Lea tertawa melihat tingkah Criss.
"Bagaimana kabar Bi??" Seketika suasana sedikit berubah.
"Bi masih sakit, aku masih mencari pengobatan untuknya tapi selalu di tolak alasan dia tidak kuat dengan pengobatan itu" Lea berkata sedikit putus asa.
"Seorang Lea tidak bisa membujuk Bi?? Dimana kekuatan mu selama ini?". Criss tertawa melihat Lea yang masih memandanginya.
"Itulah Criss, semua sedang ku usahakan"
"Bagus jangan mau menyerah, aku tau kamu pasti kuat dan pasti bisa" Criss mengepal tangan kanannya memberi semangat.
"Criss memang selalu bisa menjadi motivator" Lea mengangkat tangannya yang di kepal seperti Criss.
"Sudah lah, kerjaan ku banyak..dahh Lea" Criss melangkah menuju pintu dan keluar dari ruangan itu.
Lea pulang lebih awal, dia tidak bisa berlama-lama di kantor sedangkan pikirannya berada di rumah.
"Bi kamu baik-baik ajakan??" Le bertanya sambil berlutut melihat wajah Bi yang tampak segar.
"Aku akan baik-baik saja jika di rumah, ada mami yang jaga kan"
"Ahhh bagus lah sayang, tapi minggu depan kita harus ke dokter" Lea memberi isyarat pada Bi.
"Baiklah, mandilah dulu aku sudah lapar" Bi tersenyum ke arah Lea.
"Mandi dulu sayang" Bu Rena berteriak ke Lea yang masih sibuk memegang tangan Bi.
"Ia mi, Lea juga udah lapar" Beranjak menuju kamarnya untuk membersihkan diri.
Beberapa hari itu terasa indah, Bi tidak muntah-muntah atau mengeluh sakit. Semua terasa baik-baik saja.
" ini kamu harus makan buburnya banyak ya sayang" Lea menambah porsi bubur di mangkok Bi dengan senyum licik.
"Mi tolong bilang ke Lea kalau Bi udah kenyang"
"Gak apa-apa kamu habiskan ayok!! Biar kamu kuat" Bu Rena tersenyum ke arah Lea.
"Haaa..kalau begini terus Bi bisa-bisa obesitas" cemberutnya manja.
"Gak apa-apa sayang, aku gak keberatan kamu gemuk" ejeknya pada Bi yang pura-pura kesal.
"Sudah -sudah kalian selalu begitu sejak dulu" Bu Rena tertawa menyuruh pengantin baru itu melanjutkan makan.
Setelah selesai makan Lea memberi beberapa obat yang harus rutin di minum oleh Bi.
"Sayang aku beruntung ya, bisa kenal dan menikah dengan wanita hebat seperti mu"
"Benarkah?" Lea seolah tak percaya akan ucapan Bi.
"Mm aku beruntung bisa hidup dengan mu".
"Baiklah sekarang minum ini, biar aku bisa selalu di samping mu" Lea meletakkan butiran obat di tangan Bi.
"Makasih sayang"
"Sama-sama" Lea mengecup kening Bi yang di tutupi topi.
Lea masih berkutat dengan file-file kantor yang belum sempat di kerjakan nya karna rasa kawatir akan hal buruk pada Bi.
Malam itu Lea lupa akan sakit yang di alami suaminya itu.
Lea yang sudah lelah membaringkan tubuhnya memeluk tubuh Bi.
"Kamu kenapa baru tidur?" Bi terbangun saat Lea memeluknya.
"Banyak kerjaan yang harus selesai hari ini"
"Udah selesai?" Tanya Bi lagi.
"udah sayaung, ayok tidur lagi" Peluk Lea semakin erat.
"Sayang.."
"Mmm "
"Kalau aku tidak ada lagi apa kamu akan lupa?"
"Gak ..aku akan selalu ingat Bi" Lea menjawab dengan mata tertutup.
"Aku sayang banget sama kamu"
"Aku juga"
"Makasih ya"
"Bi ayok tidur" Lea tersenyum melihat Bi yang pura-pura menutup matanya.
Bi mencium kening Lea dan memeluknya erat.
Malam itu sunyi sekali, tidak ada bunyi hanya suara nafas Bi yang di dengar oleh Lea. Mereka terlelap dalam Cinta.
Jika tidak dengan mu bagaimana aku bernafas, karna sejak dengan mu lah aku tau bahwa nafas ku adalah tetap tinggal dengan mu.