webnovel

BUSUR PANAH

jam 12:15 -14:00 adalah waktu istirahat di SMA Nasional Kota Ombak.

Meika merasa harus berterima kasih pada Denis , pasalnya hari ini semua anak di kelas XI B/ 2B membawa bekal.

'' emang kenapa semua orang bawa bekal?" Tanya Meika pada Denis yang sibuk menyalin catatan pelajaran Mata pelajaran sebelumnya di papan tulis.

Keduanya masih belum makan siang

Denis yang awalnya malas menjelaskan karena merasa terganggu dengan tatapan Meika yang membawa tekanan akhirnya menjawab pertanyaan itu tanpa melirik.

" Hari ini kantin tutup''

" Hah, kok bisa ada yang begituan di sekolah ?'' ini hal baru bagi Meika

Wajah Denis tak percaya dengan pertanyaan Meika yang absurd

" Di sekolah ini, pakai sistem makan siang gitu, jadi nggak beli, terus kalau emang mau beli sesuatu harus pakai vending machine tapi kan mahal, hari ini kantin ada sedikit perbaikan makanya tutup dulu"

Denis menghela dia capek menjelaskan sesuatu yang panjang

Meika tersenyum kecil, lalu kembali duduk dengan tenang.

'' oh, macam itu pula aturan sekolah disini'' ujarnya

Disekolah lama Meika tidak ada yang begituan. Rasanya dia sedikit mengerti kenapa orang tuanya memasukan dirinya di sekolah ini.

Denis ikut diam.

'' kau kenapa nggak makan sama geng Laras , mereka tadi kan mengajakmu''

'' uh,, ..... aku malu'' jawaban yang berjeda dari Meika

Denis mengerinyitkan keningnya karena tak mengerti

''... Oh.'' ujar Denis akhirnya.

Denis tak mengerti alasan cewek disampingnya ini tak mau ikut, dengan alasan tak jelas yaitu malu.

Malu karena apa?

" Aku malu, bekalku tak berwarna'' ujar Meika dalam hati. Belum sempat Denis menyahut lagi, meika memilih pergi keluar kelas.

Denis mengangkat alisnya sedikit karena kaget, Meika semakin menjauh dari kelas.

Denis mengambil hpnya dari saku, melihat hpnya dengan alasan, kemudian memasukannya lagi dalam saku.

" .... Dia nampaknya lupa ''

sambil menggoyangkan kaki, Denis melanjutkan salinannya.

...................

Sekolah SMA Nasional Ombak ternyata sungguh baik. baik bangunan maupun pengaturan sekolah yang berakhir pada ke efisien kegiatan sekolahnya.

Pada jam istirahat itu yang kurang lebih 2 jam lebih dapat digunakan untuk ibadah, makan siang ,dan dapat beristirahat. Selain itu bagi siswa-siswi yang ingin melakukan kegiatan di ruang eskul masing-masing dapat melakukan hal tersebut dengan leluasa.

Langkah kaki Arisa tak menentu, dia tak berpikir kalau sekolah SMA Nasional Ombak seluas dan sebesar ini.

'' aku ingin makan di belakang tembok warehouse sekolah tapi sekolah ini terlalu banyak ruang''

Karena lelah dia duduk di depan ruang yang nampak seperti aula kecil.

" Aku lapar, dan disini tak ada siapapun mungkin baik disini makannya'' pikir Arisa dalam hati

Tangan Arisa dengan cepat membuka kotak bekalnya, meletakan botol minumnya disamping kanan pahanya yang sedang duduk bersilang kaki.

'' wuah jelek sekali penampilan bekal ini'' Meika mulai menyendok nasi dan memasukannya kedalam mulut ,mengunyah lalu menelan dengan teratur dan pelan.

Dash, Dash, Bak, Buk, Plak

Ada suara dari dalam ruangan yang membuat Meika menghentikan kunyahannya.

'' suara apaan?'' Arisa melipat bibirnya karena takut bersuara.

Dia mengintip dari kaca pintu yang transparan. Ruang yang mirip aula kecil itu luas, bentuknya mirip persegi panjang. kaki Meika dijinjit sedikit biar dia dapat melihat lebih jauh kedalam.

Tanpa sadar ,karena butuh sesuatu menompang tubuh saat berjinjit, Meika tak tau kalau lengannya terlalu menekan ganggang pintu sehingga membuat pintu itu otomatis terbuka.

Gubrak!! pintu terbuka

" Ah .. auh..'' tubuh Meika jatuh tanpa persiapan ,lutut dan sikunya bertabrakan pada lantai kayu.

'' AH, laukku'' telur rebus Meika yang berjumlah 3 butir bergelinding di lantai ruang itu dan kemudian berhenti .

" Ah.. '' posisi Meika bagai orang bersimpuh. Dia mendongak keatas menyadari ada seseorang yang berdiri .

Seorang laki-laki tersenyum canggung ke arah Meika yang nampak memalukan.

'' kau tak apa-apa?" Menyadari Meika yang diam membisu ,cepat-cepat dia menarik lengan gadis itu dengan lemah lembut.

Meika tak dapat berbicara, ia menurut saja, saat lengannya di pegang laki-laki itu.

" Em... Kau baik-baik saja?'' laki-laki itu mendekatkan wajahnya ke gadis yang berdiri di depannya sekarang.

" Hah? Uah" Karena kaget Meika tak sengaja menampar laki-laki itu.

Wajah kaget dari laki-laki itu membuat Meika menyadari perbuatan tak berakhlak darinya.

'' astaga, apa yang telah kulakukan pada wajahmu, maafkan aku, maaf ya.. maaf..'' Meika memukul-mukul tangannya dengan tangannya yang lain.

Wajah Meika berantakan, ia malu serasa mau menangis, penampilan semakin tak baik sebab wajahnya bertempelan nasi putih di sana-sini.

'' jangan pukul dirimu sekeras itu, kau anak perempuan tau'' tangan itu kembali menyentuh Meika, membuat siapapun pasti merasa malu.

'' kaki dan tanganmu pasti sakit saat kau jatuh tadi, jangan menambah sakitnya "

Diperlakukan lembut oleh laki-laki seperti itu membuat Meika luluh. layaknya cinta ayah kepada anak perempuannya, Meika merasa sentuhan itu sangat hangat.

wajah Meika memerah ketika sadar pikiran aneh dari otaknya, jantung bereaksi sehingga berdegup kencang tak beraturan.

Laki-laki itu mengambil kotak nasi Meika yang jatuh berantakan, memberitahu Meika untuk membersihkan wajahnya dari nasi yang menempel. Akhirnya Meika melontarkan pertanyaan random.

'' kau siapa? kau sedang apa disini?'' pertanyaan yang seharusnya dilakukan laki-laki itu malah di colong meika.

Laki-laki itu tersenyum lembut kearah Meika.

'' Namaku ZuLan , aku disini tentu saja melakukan kegiatan eskul di waktu istirahat''

" Eskul?'' ulang Meika

'' ya, eskul panahan''

Meika melihat di sekelilingnya.

'' ini benar-benar eskul panah'' Meika tiba-tiba seperti orang merindu.

laki-laki itu melihat lambang murid kelas dua dari seragam yang digunakan Meika.

''terus.. namamu siapa?'' tanya ZuLan

'' Meika''

" Meika, sebaiknya kau memanggilku kak ZuLan, aku kelas 3 loh'' ujar ZuLan dengan senyum hangat bak bunga matahari.

Melihat senyum menghiasi wajah ZuLan , Meika tanpa sadar menarik garis senyumnya dengan perbandingan 2:2

" Baiklah'' sahut Meika

perasaannya menjadi ringan, dia ingin tersenyum terus. sambil melirik ke arah ZuLan dengan hati-hati , ia kembali tersenyum simpul.

'' sepertinya aku suka orang ini"

..................