webnovel

MCF - Benda Mati

Kening Galang mengernyit saat melihat seorang gadis yang dia rasa tidak asing dipandangannya, ada sesuatu hal yang aneh saat dirinya memperhatikan gadis tersebut.

Tidak.

Pandangannya tidak salah, memang rambut gadis itu setengahnya basah, sementara sebelahnya lagi terlihat kering seperti umumnya.

Galang kenal dengan orang tersebut dan kemudian Galang melangkahkan kakinya dengan langsung yang cukup cepat sampai akhirnya Galang tepat berada di samping orang itu.

"Kenapa baju lo basah?" tanya Galang to the point.

Sontak Naura kaget. Semula dia tidak menyadari kalau Galang ada di sampingnya, karena dia tengah fokus memikirkan apa yang sudah terjadi sambil menetralkan perasaannya.

"Eh—h kamu ngapain di sini?" tanya Naura yang merasa kebingungan kenapa Galang ada di luar kelas, padahal seharusnya ada di kelas mengikuti pembelajaran yang sedang berlangsung.

Untuk alasan kenapa dirinya di luar, semula Naura berniat untuk keluar ke Toilet dan kebetulan sedang tidak ada guru yang masuk.

Dengan tidak ada guru yang masuk, Naura tidak berniat untuk diam di luar kelas, dia berniat untuk kembali tapi dia malah bertemu dengan Cintya.

"Kenapa baju lo sama rambut lo basah?" tanya ulang Galang dengan tatapan yang semakin lama semakin serius.

Pertanyaan yang baru saja Naura ucapkan menurutnya tidak penting dan dia ingin kalau Naura menjawab apa yang sudah dia tanyakan.

Di sini Naura menjadi bingung dengan apa yang harus dia ucapkan, karena rasanya tidak mungkin kalau dia harus mengatakan hal yang sebenarnya pada Galang.

Naura tidak ingin membuat masalah ini menjadi besar dan juga panjang, biarkan saja semuanya, karena hal itu juga sudah terjadi tidak akan merubah apa pun.

Melihat Naura yang malah kebingungan, membuat Galang curiga dan menjadi semakin tanda tanya dengan alasan kenapa pakaian serta sebagain rambut Naura basah.

"Gue bertanya untuk mendapatkan jawaban, bukan untuk diperhatikan."

Galang tidak suka saat Naura mengabaikan pertanyaannya, Galang ingin Naura menjawab dengan penuh kejujuran akan alasan kenapa dirinya basah.

"Aku kan tadi ke Toilet, terus pas buka kran airnya keluar deres, basah deh." Naura menjawab seserius mungkin agar Galang percaya dengan apa yang sudah dirinya ucapkan.

"Gue gak bego." Galang kembali berucap dengan nada yang semakin serius, tidak akan bisa dengan mudah dirinya percaya dengan apa yang sudah Naura ucapkan, terlebih hal itu kurang masuk akal.

Di sini Naura menjadi begitu serius memikirkan jawaban agar Galang bisa percaya dan tidak menganggap kalau dirinya berbohong.

"Krannya kan rusak, jadi airnya muncrat kayak gitu, basah deh. Rasanya aku ingin ngomel, tapi sayang dia benda mati. Gak ada gunanya aku ngomelin dia," adu Naura dengan nada bicara yang penuh dengan keseriusan.

Ayolah percaya, please.

Naura benar-benar berharap kalau Galang akan percaya dengan hal ini. Tidak ada niat dalam diri Naura untuk mengadukan apa yang sudah Cintya perbuat padanya.

"Oh."

Huft

Dengan begitu lega Naura menghembuskan napasnya. Akhirnya dia tidak perlu terus-terusan memutar otaknya dan mencari alasan agar Galang percaya.

"Iya, kamu ngapain sekarang malah keluyuran di luar?" Sekarang saatnya Naura yang menanyakan alasan kenapa Galang sekarang malah keluyuran.

"Malas," jawab Galang dengan begitu enteng.

Kening Naura mengernyit. "Kamu perasaan kalau belajar bilangnya malas terus, kapan rajinnya?" tanya Naura yang merasa sudah bosan mendengar alasan kenapa Galang sering malas untuk belajar.

"Kalau gak malas."

Kali ini posisi berbalik.

Biasanya Galang yang merasa kesal dengan jawaban dari Naura yang datar serta tampak seperti orang yang tidak berpikir, kali ini Naura yang merasa kesal dengan hal ini.

"Kalau itu, aku juga tahu. Kalau kamu gak malas, ya mungkin rajin, meski ada kemungkinan kalau kamu bakalan bilang sedang tidak ingin belajar." Naura menjelaskan hal lainnya.

Saking seringnya Galang bolos, Naura sudah mendengar banyak alasan dari Galang yang tidak masuk kelas, mulai dari bosan, malas, dan juga tidak ingin belajar.

"Ganti baju lo," seru Galang dengan nada bicara yang begitu datar.

Naura menganggukkan kepalanya. "Iya, aku emang mau ganti baju kok. Anter ya," pinta Naura dengan nada bicara yang terdengar sedikit manja.

"Harus banget diantar sama gue?" tanya Galang sambil fokus memperhatikan wajah Naura.

Dengan begitu santai Naura menganggukkan kepalanya serta disusul oleh sebuah senyumannya. "Iya, anter yuk. Gak banyak orang yang liat juga," ucap Naura.

Mendengar akhir dari kalimat Naura, membuat Galang terdiam sambil memikirkan kalimat tersebut.

Entah Naura yang memikirkan perasaan Galang kalau banyak yang melihatnya bersama dengan perempuan seperti dirinya, entah karena memikirkan kalau kemungkinan akan ada Cintya selanjutnya yang tidak suka dengan kedekatan dirinya dan juga Galang.

"Terserah," ujar Galang dengan begitu datar.

Sebuah senyuman milik Naura terukir dengan begitu indah sekarang. Naura menganggukkan kepalanya yang berartikan ajakan kepada Galang untuk melangkahkan kakinya.

Liat dia senyum kayak gini, kenapa mendadak buat gue ngerasa ada yang aneh dalam diri gue?

Ini bukan kali pertamanya Galang merasakan kalau ada sesuatu yang berbeda saat dia melihat senyuman milik Naura yang terukir dengan begitu indah, serta meninggalkan kesan imut di dalamnya.

"Kamu dari tadi mukanya datar terus, apa gak bisa kalau kamu senyum? Dikit aja," goda Naura sambil memperhatikan Galang yang sekarang tengah melangkahkan kaki di sampingnya dengan ekspresi yang sedari tadi begitu datar.

Galang melirik ke arah di mana Naura berada, memperhatikan Naura yang masih saja fokus memperhatikan dirinya yang kemungkinan menunggu dirinya tersenyum.

"Senyum gini nih, emhh."

Naura mengukirkan lengkungan yang begitu lebar, menciptakan sebuah senyuman yang terlihat begitu manis ditambah dengan dia yang meletakan tangannya di samping bibirnya.

Imut.

Kesan pertama yang mendadak muncul dalam diri Galang saat dia melihat Naura yang terlihat seperti anak kecil yang tengah kegirangan oleh sebuah hal sampai bisa tersenyum selebar ini.

"Ada tembok," ucap Galang sambil menarik Naura saat Naura baru saja akan menabrak tembok pinggiran kelas, karena Naura begitu fokus memperhatikan Galang sambil menunggunya tersenyum.

Naura menaikkan pandangannya, memperhatikan detail wajah Galang, mulai dari bibirnya yang tidak terlalu merah, hidungnya yang terlihat mancung, serta tatapan mata Galang yang begitu datar.

Galang menurunkan pandangannya, melihat gadis yang sekarang tengah fokus memperhatikannya. Dalam jarak sedekat ini dia memperhatikan detail wajah tunangannya.

Memperhatikan manik mata Naura yang terlihat begitu indah dengan bulu mata yang lentik, hidung yang minimalis, pipi yang terlihat sedikit chubby dan terakhir berhenti di bibir Naura yang terlihat berwarna merah muda alami.

"Kak. Senyum ih," pinta Naura yang masih menunggu kapan Galang akan tersenyum.

"Gak," tolak Galang dengan nada bicara yang begitu datar.

Kening Naura mengernyit. "Kenapa ih?" tanya Naura setengah kesal.

"Nanti kalau gue senyum, lo bakalan suka sama gue."

Kalimat itu masih keluar dengan menggunakan nada bicara yang datar, tatapannya juga sama datar dan sudah pasti bibirnya tidak mengukirkan senyuman.

"Aku emang udah suka sama Kak Galang."

Dengan penuh kejujuran Naura berucap memberi tahu Galang kalau memang dirinya sudah suka, meski sekarang Galang tidak mengukirkan senyumannya.

Kenapa lo begitu polos?