webnovel

Bab 9

Friends

"Jangan diulangin lagi!"

Clara mendelik memperingati Cakra yang tangannya sudah diperban oleh perawat. Dia mengucap terima kasih kepada perawat yang merawat Cakra sebelum akhirnya wanita tersebut pergi.

"Iya, Clara!" Tapi Cakra nggak janji.

Itu semua tergantung Clara. Kalau dia baik-baik saja, maka Cakra juga akan baik-baik saja.

"Gimana jarimu, Clara? Masih sakit?" tanya Cakra yang sudah kembali telungkup. Luka cowok itu kembali terbuka, alhasil dia terkena omel oleh perawat.

Geez! Mengapa bocah ini masih bertanya keadaan Clara, sih? Apa dia tidak melihat keadaan dirinya sendiri seperti apa?

"Gue nggak apa-apa." Clara menarik selimut sampai ke leher Cakra, lalu mengacak gemas rambut cowok itu. "Sekarang lo istirahat aja, tidur!"

Cakra menggigit bibir bawahnya, merasa sangat senang sampai dia tidak dapat berkata-kata. Clara berubah menjadi peduli dan juga lembut. Cakra sampai ingin menangis karena terlampau bahagia. Kalau misalnya ini hanya mimpi, Cakra tidak ingin bangun selamanya!

"Malah ngelamun." Tangan Clara bergerak menutup mata Cakra. Memaksa cowok itu untuk segera tidur. "Tidur, gih!"

"Nggak mau!" Cakra memegang tangan Clara yang menutupi penglihatannya. "Kalo Cakra tidur, Clara pasti pulang. Jadi Cakra sendirian di sini. Ntar kalo Cakra dihantui sama setan rumah sakit, gimana?"

"Gampang, ntar aku teleponin kyai buat ngusir semua setan di sini."

Ada-ada saja alasan Cakra ini. Di sore hari seperti ini, ada setan? Tapi Clara mengiyakan saja.

"Lo tidur, gue mau mandi." Selalu pulang malam setelah mengunjungi Cakra, membuat Clara harus selalu membawa pakaian di dalam tasnya untuk ganti baju.

Clara menarik tangannya dari genggaman Cakra, lalu segera beranjak mengambil tas miliknya yang ternyata jatuh tergeletak di lantai.

Di ruangan Cakra dirawat, terdapat fasilitas kamar mandi. Hal itu membuat Clara tidak perlu pusing memikirkan akan mandi di mana.

"Tidur, loh!" peringat Clara yang sudah masuk ke dalam kamar mandi. "Kalo gue selesai mandi, lo belum tidur, awas aja!"

Diancam oleh Clara, Cakra malah terkekeh geli menatap pintu kamar mandi yang sudah tertutup. "Clara lucu, ih. Cakra gemes!"

Bibir Cakra tidak henti-hentinya tersenyum malu-malu ketika mengingat dirinya dan Clara sudah resmi pacaran. Keinginannya sedari dulu, akhirnya terwujud. Cakra senang sekali!

Tapi Cakra teringat sesuatu, bukannya selepas sekolah, Clara langsung pergi menemuinya?

"Pasti Clara belum makan." gumam Cakra. Dia melihat ke sekitar dan mendapati ponsel miliknya sangat jauh dari jangkauan.

Cakra mengernyit sedih, bertepatan dengan pintu yang tiba-tiba terbuka. Menampilkan ketiga teman Cakra yang melenggang masuk. Jeno dan Prakoso yang masih memakai seragam sekolah, dan juga Bondan yang memakai kaos oblong.

Melihatnya, mata Cakra langsung berbinar seketika. Dia langsung berteriak, "Beliin soto sama bubur ayam!!"

Prakoso mendelik, "Baru aja nyampe. Masa' harus keluar lagi? Prakoso capek tahu."

"Yoi. Gua mah, ogah!" timpal Bondan lalu menggigit apel yang baru dia ambil.

Mendengarnya, Cakra merengut. Teman macam apa mereka ini!

Akhirnya Cakra beralih menatap Jeno, harapan terakhirnya. "Jenong, Jenong kan baik. Paling sayang sama Cakra. Beliin Cakra soto sama bubur ayam dong!"

Cakra menatap Jeno dengan penuh harap, membuat Jeno hanya bisa mendengus karena tidak bisa menolak. Cowok itupun akhirnya dengan malas melangkah pergi.

"Yeay! Jenong mah, baik. Nggak kayak kalian!" ujar Cakra sambil menatap sengit Bondan dan Prakoso.

Bondan mengangkat bahunya cuek, sedangkan Prakoso menjulurkan lidahnya. Cakra pun kembali merengut melihat hal itu.

"Ambilin ponsel Cakra!" Namun Cakra masih memerintah. Kali ini menatap tajam ke arah Prakoso. Soalnya tatapannya tidak mempan jika diarahkan ke Bondan.

Dan benar saja, Prakoso langsung tersentak. Lantas otomatis bergerak mengambil ponsel Cakra di atas nakas. Bibirnya menipis, tapi kemudian mengeluh. "Nggak pas sehat, nggak pas sakit, Cakra masih aja suka nyuruh-nyuruh."

Klek!

Suara gagang pintu yang diputar terdengar dengan jelas, ketiga pasang mata di tempat langsung mengarahkan perhatian kepada Clara. Cewek itu terlihat fresh dan juga girly dengan baju crop tee dan rok di atas lutut.

"Wah, ada Clara." Prakoso tampak sangat antusias saat melihat Clara. Dia bergegas meraih tangan Clara dan membawa cewek itu duduk di sofa.

"Jangan nyentuh Clara!"

Tentu saja, si posesif Cakra pasti akan langsung terbakar amarahnya. Dia berteriak memprotes dan kalau di dalam film kartun, pasti akan ada asap yang keluar dari telinganya.

"Ah elah, lebay lo, cak!" Sambil mengunyah apel, Bondan mencubit kedua pipi Clara.

"Bon-bon!!" Alhasil teriakan Cakra pun terdengar membahana.

Apalagi ketika melihat posisi Clara yang diapit oleh Bondan dan Prakoso, membuat Cakra ingin bergerak membuang mereka berdua. Tapi sayangnya tidak bisa, kondisinya tidak mendukung. Ish, Cakra kesal!

"Apaan sih, Bondan. Sakit tau!" Clara menghalau tangan Bondan lalu mengusap pipinya yang sakit.

"Bondan gak boleh gitu, ini termasuk kasus penganiyaan, loh. Bondan mau dipenjara? Penjara itu nggak enak tahu." ujar Prakoso memperingati.

"Apalagi kejahatan Bondan itu banyak," Prakoso lalu menghitung jarinya sambil berbicara "Udah suka berantem, palakin orang, terus ditambah Bondan suka nyopet, balap liar, nyuri daleman, ny-"

"Bangsat!"

Bondan sontak mengumpat. Dia langsung mengacungkan jari tengahnya kepada Prakoso. "Gua cuman balap liar sama berantem doang, ya! Emangnya lo, laki tapi main Barbie. Jadi ragu gue!"

"Jadi Bondan ragu kalo Prakoso beneran cowok apa nggak?" Prakoso langsung memegang resleting celananya, membuat Clara kontan menutup mata. "Apa perlu Prakoso keluarin senjata Prakoso?"

"Tapi jangan deh, ntar Bondan minder lagi gara-gara liat senjata Prakoso lebih gede daripada Senjata Bondan."

Setiap cowok pasti akan langsung sensi jika menyangkut sebuah ukuran. Dan Bondan salah satunya.

"Oh jadi lo ngeremehin senjata gue?" Bondan mulai memegang resleting celananya. "Mau gue buktiin? Gue copot, nih!"

"Ih, nggak mau! Nanti mata suci Prakoso ternodai!"

Tak kuat mendengar pertengkaran kedua cowok di sebelahnya yang mulai frontal, Clara akhirnya melarikan diri. Bisa gila dirinya jika harus berlama-lama berada di dekat mereka berdua.

"Cakra?"

Karena terlalu fokus dengan Bondan dan Prakoso, Clara baru menyadari kalau sedari tadi Cakra tidak membuat suara. Cowok itu membenamkan wajahnya di atas bantal.

"Lo tidur?" tanya Clara setelah duduk di kursi dekat ranjang. Dia menarik pelan rambut Cakra.

Kepala Cakra terangkat, cowok itu menatap Clara dengan mata yang sudah berlinang air mata. Menangis lagi!

"Lo nangis?!"

Clara tentu saja terkejut. Mengapa cowok ini kembali menangis?

Tangan Cakra terulur membelai pipi Clara, cowok itu merengut dengan hidung yang tampak merah. "Tadi Bon-bon cubit Clara, pasti sakit kan?"

Dahi Clara mengernyit, "Jangan bilang lo nangis kayak gini cuman gara-gara pipi gue dicubit Bondan?"

"Ish, iya! Cakra nggak suka!" Cakra menarik tangannya. Pipinya menggembung, dia menatap sedih bantal di depannya. " Tapi Cakra lebih sebel sama diri Cakra sendiri yang nggak bisa lindungi Clara dari Bon-bon."

Lebay!

Clara menipiskan bibirnya saat mendengar alasan Cakra yang tidak masuk akal. Hey, Bondan hanya mencubitnya!

Rrr... Rrr...

Clara sontak memegang perutnya yang baru saja berbunyi. Ah, dia lapar. Sedari pulang sekolah, dia belum mengisi perut.

Perut Clara yang berbunyi, tentunya dapat didengar oleh Cakra. Rahang cowok itu kontan mengeras, Claranya kelaparan!

"Perkosa, susulin Jenong!!"

Cakra berteriak kepada Prakoso yang kerah seragamnya sedang dicengkeram Bondan. Dan seolah menjadi penyelamat, Prakoso langsung melarikan diri.

"Cakra, nggak boleh nyuruh-nyuruh kek gitu!" ucap Clara tak suka. Sedari dulu kalau dilihat-lihat, Cakra selalu menyuruh teman-temannya dengan seenaknya.

"Gak apa-apa kok, Clara. Kita itu mutual. Jenong suka nyuruh Cakra gambar sketsa, Perkosa suka nyontek pr Cakra, terus Bon-bon kalo mau balapan minjem motor Cakra."

"Eh, gua minjem pas motor gua rusak doang, ya!" sentak Bondan yang tidak terima dibilang demikian. Dan Cakra hanya merespon dengan menjulurkan lidahnya.

"Clara harus bersyukur ya pacaran sama Cakra. Kalo pacaran sama Bon-bon, yakin deh Clara nggak bakal betah. Bon-bon orangnya kasar, urakan. Kalo Cakra kan lembut, perhatian sama Clara."

Dan lagi, Bondan harus mendengus. Untung temen sendiri.

.

.

.

TBC.