"Sudah, biarkan saja! yang menginginkan semua itu, kan pihak mempelai perempuan? bukan lelakinya !" ujar Bagas tersenyum.
"Pa, emang om Daniel sudah menjadi musuh kita ?" tanya Dewa pelan. Bagas menghela nafas dan mengangguk.
"Ya iyalah, dia itu sudah benci sama mamamu !" tambah om Robi, dan dia pun menceritakan secara singkat kenapa dia seperti itu. Dewa mengangguk mengerti.
"Papa duluan, mamamu menelpon ?" ujar Bagas sambil berdiri dan mengambil ponsel di sakunya. Sepertinya di silent, tapi tetap bergetar ketika ada yang masuk. Setelah itu pergi ke ruangannya sendiri. Dewa dan Om Robi kembali melanjutkan obrolan.
"Wa, sudah punya pacar ?" tanya om Robi, Dewa menggeleng kepala.
"Belum om !" jawabnya sambil memakan hidangan penutup.
"Kamu masih .... trauma ?" tanya Robi sambil menatap keponakannya itu.
"Sedikit !" jawabnya pendek sambil tersenyum.
"Untung saja keluarga kita sudah berubah, Wa! kalau tidak ... kamu seperti temanmu Andrian itu !" ujarnya sambil tersenyum juga. Dewa tertegun.
"Maksud om ?" tanya Dewa heran, entah tahu atau pura-pura engga tahu.
"Pernikahan bisnis! kamu tahu? setiap keluarga pengusaha ingin selalu memperluas dan memperkuat usahanya! dan tanpa di sadari, mereka yang berteman akrab akan menikahkan anak atau cucunya untuk investasi di masa depan! dengan menjodohkan mereka !" jelas Om Robbi. Dewa mengangguk.
"Lain ceritanya bila semua setuju! tapi tidak sedikit yang menolaknya! ya, mungkin saja mereka punya pilihannya sendiri! coba bayangkan rasanya menikah dengan orang yang tidak kita cintai ?" ujarnya sambil menatap Dewa.
"Iya, om !" jawab Dewa setuju.
"Om rasa, si Andrian ... itu sama! mungkin saja, dia jatuh cinta dengan Safira! tapi tidak bisa berbuat apa-apa ketika berhadapan dengan kedua orang tuanya !" om Robi memberikan pendapatnya.
"Masa sih? aku kenal betul dengan Andrian! dia dari dulu masih SMU playboy kelas berat! bahkan teman cewek aku aja ada yang kena loh !" jawab Dewa, tidak percaya Andrian akan berubah secepat itu.
"Oh begitu ya, kayaknya ... buah tak jauh dari pohonnya deh !" ujar Om Robi tertawa.
"Mungkin !" Dewa pun tertawa,
"Eh, gue dengar gosipnya perusahaan A sedang mengkuisisi perusahaan pertambangan yang di Sulawesi itu kan ?" bisik seseorang.
"Kayaknya begitu sih! PT Miragas juga ikut tender itu tapi kalah !" bisik yang lainnya.
"Kalau tidak salah itu anak perusahaan pak Daniel kan ?" tanya seorang lelaki gemuk, mereka mengangguk.
"Kok bisa kalah, padahal ... " mereka terdiam ketika Dewa dan Om Robbi menatapnya.
"Ehem ... kita akan mulai lagi rapatnya !" ucap Om Robbi tegas, semua mengangguk dan pergi kembali ke ruang rapat, lelaki itu hanya menggeleng kepala.
"Gosip itu benar, paman ?" tanya Dewa tertegun, dia pun baru mendengarnya. Maklum kini dia jauh dari kantor pusat. PT Miragas sudah membaur dengan PALM.Co walau namanya tidak berubah. Dan khusus untuk divisi perkebunan dan pertambangan. Mamanya tidak duduk lagi di perusahaan itu, tapi di serahkan kepada orang lain. Yaitu mantan sekretarisnya Papanya tante Susan. Sedang Amira, menjadi pengawas perusahaan atau pemegang sahamnya saja, sama seperti kakeknya. Kini Amira punya kesibukan lain yaitu menjadi pimpinan perusahaan Palm.Co Internasional yang berkedudukan di Singapura.
Ya, Bagas dan Amira mau tidak mau harus LDR an. Karena istrinya harus bolak balik Jakarta-Singapura. Divisi perusahaan itu lebih ke properti dan hotel, ada hotel milik mamanya yang sudah merambah Asia dan Eropa, bekerja sama dengan salah satu group Internasional. Amira mempunyai reputasi baik di luar negeri, karena pernah menduduki posisi 10 besar pengusaha Asia berpengaruh.
---------------------
"Begitulah, presentasi dari Palm Entertaiment !" Dewa sudah menjelaskan panjang lebar semua yang sudah di capainya dalam waktu 8 bulan ini, setelah pindah bagian.
"Terima kasih Dewa, tapi divisi mu akan bertambah lagi sekarang !" ucap Bagas tiba-tiba. Dewa tertegun, dia tidak tahu apa pun, karena selama ini hanya fokus membenahi perusahaan baru di dudukinya itu.
"Apa itu, sir ?" tanya Dewa, di forum publik dan khusus mereka bukan ayah anak tapi atasan dan bawahan.
"Divisi Fashion! kita berhasil mengakuisisi pabrik garmen dan juga brandnya ... " Bagas menjelaskan kalau produk Fashion yang di peruntukan bagi pria dan wanita.
"Aku rasa, cocok di tempatkan disana! semua sdm untuk mengembangkannya sudah tersedia! pemasaran, iklan, model dan publisitas dan lainnya !" lanjut Bagas.
"Kamu tinggal menandatangi semua suratnya saja dan kemudian membentuk manajemen baru! karena terus terang! perusahaan ini sedang menurun, karena kesalahan keuangan, manajemen dan pemasarannya !" ujar Bagas, Dewa menghela nafas, itu akan membuatnya kerja keras lagi. Tapi tetap mengangguk.
"Baik Sir !" jawabnya. Bagas tersenyum, dia tahu apa yang di pikirkan putranya tapi dia yakin sekali bahwa Dewa mampu, lelaki itu punya feelling kuat dan naluri bisnis pun juga baik. Dewa itu mengingatkan dengan Amira mamanya. Brand Fashion ini berkedudukan di Singapura tapi pabriknya di Malaysia. Amira mendapatkan itu ketika di undang dalam sebuah lelang salah seorang pengusaha ternama asal Singapura. Menurutnya divisi ini dulu di kembangkan istrinya, sayang setelah bercerai lalu di lupakan. Dan dianggap divisi atau perusahaan rugi, makanya di lelang dengan harga berapa pun, bahkan di jual murah pun tak masalah. Sepertinya pengusaha itu ingin melupakan dan menghilangkan jejak mantan istrinya.
Amira hanya menggeleng kepala, setelah tahu apa yang terjadi. Pengusaha itu dengan sombongnya menceraikan istrinya setelah berada di puncak, dulu berjuang bersama dari nol, dan dalam sekejap berpaling ke perempuan lebih muda dan cantik. Amira awalnya tidak terlalu tertarik dengan acara lelang ini, begitu pun lainnya yang di undang. Tapi kemudian berubah pikiran dan berhasil memenangkan lelang itu dengan harga satu juta dollar Singapura. Satu minggu kemudian Amira mendapatkan tamu tak di undang dan itu tak bukan mantan istri si pengusaha itu, di dampingi oleh seorang pemuda tampan.
"Perkenalkan, saya Siti Khadijah! berasal dari Malaysia, saya sudah mendengar tentang semuanya itu! tapi saya tidak bisa berbuat apa pun, ketika saya mengetahui yang membelinya itu anda saya tertegun dan lega !" jelasnya ketika duduk di hadapan Amira, gadis itu tertegun.
"Maksud anda ?" tanya Amira heran. Perempuan itu tersenyum.
"Saya mengenal anda, tapi anda tak mengenal saya! beberapa kali kita bertemu di berbagai acara, saya juga mengagumi anda yang sukses berkarier dan mendapat berbagai penghargaan! sebagai seorang wanita pengusaha hebat, anda menginspirasi saya untuk menjadi seperti anda! kebetulan dulu saya suka menjahit, dan bercita-cita menjadi seorang desainer! saya ungkapkan kepada suami saya untuk bekerja dan membuka usaha sendiri yaitu butik baju! berawal dari sana semua berkembang dengan baik, hingga sebesar itu! pakaian hasil rancangan saya pun merambah negara lainnya! sayang ... semua hancur seketika! anda pasti tahu sendiri kan sebabnya? perusahaan milik saya di klaim oleh mantan suami saya, karena ada modal dia di sana !" jawabnya panjang lebar.
"Lalu, apa yang anda inginkan ?" tanya Amira. Perempuan berusia 50 tahun dan masih tetap cantik walau sudah berumur itu terdiam.
"Maafkan, biarkan saya membeli sedikit saham perusahaan itu! saham itu bukan untuk saya, tapi untuk putra saya ini !" sambil melirik ke arah seorang pemuda tampan seumuran Dewa. Amira menatap keduanya, kembali wanita itu menjelaskan maksudnya.
"Namanya Azham, dia awalnya kuliah di jurusan bisnis! itu kehendak ayahnya, tapi saya tahu apa yang di inginkannya, yaitu menjadi seorang desainer! makanya diam-diam dia kuliah dua jurusan! tapi sayang di ketahui oleh ayahnya! Azham menolak dan kabur ke rumah saya, ayahnya marah serta menarik semua fasilitasnya! setelan itu Azham bergabung dengan perusahaan Diamond dan merancang semua pakaian yang di produksi di sana !" jelasnya. Amira mengangguk mengerti, dia pun memberikan data tentang semuanya.
"Memang betul, tapi itu ... bukan kesalahan manajemen biasa !" ucap perempuan itu pelan dan dengan wajah sendu.
"Maksud anda ?" Amira bertanya penasaran.
"Boleh saya yang menjelaskan ?" jawab pemuda tampan itu, Amira mengangguk. ternyata semua itu ulah dari mantan suami atau ayah Azham, dia terlihat kesal dan marah berusaha melindungi mamanya itu. Amira mengangguk mengerti.
"Baiklah, aku mengerti !" jawab Amira.
"Terima kasih, saya tak akan melupakan kebaikan anda !" ucap Ibu Siti sambil bersimpuh dan memegang tangan Amira sambil menangis.
"Sudah, jangan seperti ini! tapi ... karena ini sudah menjadi millik saya, jadi tidak apa-apa kan sesuai kinerja baru yang saya inginkan! ini tak lain, biar perusahaan kembali berkembang! tapi tetap ibu dan Azham punya saham di sini! dan saya rasa, Azham tetap akan menjadi desainer di perusahaan Diamond !" jelas Amira, keduanya tak keberatan.
Begitulah, awal bergabungnya divisi fashion ke Palm Entertaiment. Dewa terdiam mendengar penjelasan dari Bagas di ruang kerjanya secara pribadi.
"Oke, aku terima pa !" ucapnya.
"Baik, hari ini kamu harus pergi ke Singapura untuk itu! mamamu sudah menunggu di sana! teknisnya semua tergantung mamamu dan juga Azham perwakilan dari mamanya serta kamu! sebagai pemilik baru perusahaan Fashion Diamond !" ucap Bagas, Dewa hanya mengangguk. Setelah itu pamitan pergi. Ponselnya berdering.
"Hallo ... Sarah? aku kesana !" ucapnya dan bergegas kembali ke hotel.
-----------------------
Safira tak lama bangun kembali menjelang siang, kini rasa pusingnya sudah hilang dan tertegun baru menyadari sepenuhnya tentang dirinya.
"Sialan !" makinya, dia turun dan beranjak ke kamar mandi, dia perlu mendinginkan kepalanya. Di kamar mandi, sempat melirik ke arah bathtube.
"Not now!" ucapnya, sambil menggeleng kepala. Safira menuju shower, tak lama tubuh telanjangnya sudah tersiram air dingin, matanya terpejam. Kesadaran pun kini pulih, tapi rasa sakit dan hancur masih di rasakannya. Dia teringat kejadian malam tadi, setelah sekian lama bertemu lagi dengan kekasihnya yang hilang bak di telan bumi.
Bukan hanya itu, Kanaya pun bercerita tentang gadis yang bersamanya adalah calon istri yang di jidohkan karena ikatan bisnis. Perempuan itu bukan sembaarangan, keluarganya di kenal di luar negeri dan berpengaruh, konon setara dengan Amira mamanya Dewa.
"Gue tahu, kok sepak terjang mereka !" ujar Kanaya. Safira terdiam.
"Sorry, Safira! bukannya gue merendahkan lo! tapi ... wanita itu memang di butuhkan oleh papanya Andrian! lo juga tahu kan? dulu ada berita menghebohkan selain ... nyokap lo? sebelumnya kawin larinya Amira, mamanya Dewa bos lo itu yang sekarang ?" Kanaya menatap sahabatnya dan dia mengangguk.
"Itu ... sebabnya gue tak akan tinggal diam! sorry Kanaya, gue akan merebut papanya Satria !" ucap Safira, Kanaya hanya menghela nafas, dia tahu sikap keras kepalanya teman baiknya itu, dan dia mengerti kenapa seperti itu.
"Kalau gagal ?" tanya Kanaya ingin tahu pendapat sahabatnya itu.
"Ya ... sudah! move on, gue akan menjadi wanita mandiri !" jawab Safira santai, Kanaya menatap Safira yang sudah mulai mabuk.
"Lo engga takut ?" tanya yang lain, Safira tertawa.
"Lo engga tahu aja, siapa gue! kalian tahu kenapa gue suka pindah sekolah ?" tanya Safira menatap tajam. Semua menggeleng, kecuali Kanaya.
"Gue selalu melawan para pembully itu dengan tangan gue sendiri! mereka menjuluki gue wanita bar-bar! tak perduli siapa mereka! karena sikap gue itulah mereka mengeluarkan gue dari sekolah! nyokap tahu kok, tapi dia diam saja !" jawabnya sambil tertawa kembali, dan Kanaya pernah melihat dengan mata sendiri, suatu hari dia di ajak Safira untuk menemaninya ke sebuah pemotretan.
Safira orangnya akan bisa bekerja sama bila mereka baik, sesusah atau selama apa pun. Tapi jika mereka bersikap merendahkan atau yang lainnya, maka Safira tidak akan tinggal diam walau tak perduli berhadapan dengan fotographer berpengaruh atau terkenal sekali pun. Dia akan melabraknya, dan juga cuek dengan bayaran tinggi bila mendapatkan itu. Sikapnya itu masih bisa di mengerti kok. Kanaya bisa melihat sendiri ada perbedaan perlakuan antara Safira dengan model lainnya.
Soal tinggi memang model di sana sedikit lebih tinggi semampai, dan ... rata-rata berdada rata. tidak dengan Safira. Tubuhnya memang langsing tapi dadanya sedikit mencuat, sehingga agak seksi dibanding yang lainnya. Soal cantik pun boleh di adu, kulit Safira eksotis tidak hitam dan putih tapi berkulit kuning langsat. Soal kemampuan begitu pun juga bisa sejajar, tapi entah kenapa selalu saja di anggap sebelah mata.
Kanaya menduga, tipe Asia itu sering di remehkan sebagai warga kelas dua. Dan mereka pun tak pernah mengenal Indonesia secara utuh, hanya Bali yang di ketahuinya, seakan Indonesia belum maju dan masih terbelakang, sehingga mereka sering melakukan perlakuan berbeda dan gampangan. Safira sendiri sudsh terbiasa dengan hal itu, jadi lebih kuat.
Tapi tidak dengan kali ini, apa yang di hadapi Safira bukan orang sembarangan. Dia menghadapi dua keluarga kaya dan satunya lebih serta punya psngaruh kuat. Memang di belakang Safira ada Ardhi Wijaya, yang punya reputasi yang seimbang, tapi lemah dengan adanya masa lalu mamanya yang buruk bersama mereka.
Safira menyadari itu, tapi dia tidak perduli. Bila usahanya gagal bukan salahnya tapi salah Andrian yang sudah mengkhianatinya. Setelah puas mandi dia keluar dengan baju handuk, dan mencari hairdryer. Tak lama pintu kamar hotel terbuka dan masuklah seorang wanita, Safira mengenalnya sebagai sekretaris Dewa.
"Oh sudah bangun rupanya !" ujar Sarah.
"Memang kenapa ?" tanya Safira cuek dan terus mengeringkan rambutnya.
"Bos menyuruhku kemari !" jawabnya dengan sikap yang sama.
"Kok, kamu ada di sini? di panggil kemari ?" tanya Safira.
"Kebetulan, hari ini ada rapat bulanan antar divisi di perusahaan Palm.co dengan pak CEO pusat !" jelasnya, sambil memperhatikan dan kemudian ke sebuah meja dimana ada bungkusan dan secarik kertas.
"Tadi malam temanmu, kemari dan memberikan ini untukmu !" katanya sambil menyerahkan bungkusan, tak lama pintu di ketuk dan datanglah room service membawa sarapan walau ini sudah siang.
"Dari siapa ?" tanya Safira sambil membuka kantong.
"Nona Kanaya ?" jawab Sarah. Safira mengangguk mengerti. Pintu di ketuk lagi setelah room service pergi kini dari bagian laundry membawa pakaian Dewa dan Safira yang terkena muntahan.
"Kamu ngapain di sini ?" tanya Safira lagi.
"Mengantar kamu pulang !" jawab Sarah sambil membereskan barang-barang milik bosnya.
"Kok di beresin ?" tanya Safira, "Apa tuan Dewa ikut juga ?" Sarah menggeleng.
"Dia punya tugas lain, keluar negeri! tepatnya akan ke Singapura !" jawab Sarah kini ke kamar mandi, tindakannya cekatan dan rapi.
"Singapura ?" tanya Safira heran.
"Kita sudah mengakuisisi perusahaan Garmen terbesar di asia dengan merek brand Diamond !" jawabnya tanpa di tutupi apa yang terjadi, Safira tertegun.
"Diamond ?" ucapnya tertegun....
Bersambung ....