webnovel

Sebuah Harapan Kecil

Duchess Patricia sangat kaget melihat apa yang ada di dapur. Bocah itu berlumur darah daging mentah yang ia habiskan di kulkas. "M-mahluk apa k-kau sebenarnya?" tanya Duchess Patricia melangkah mundur. Bagaimana tidak, mata bocah yang baru saja di selamatkan suaminya itu berwarna merah darah dengan gigi-gigi yang meruncing tajam. Bahkan, bocah itu juga tidak berbicara.

Alvaro, pelan-pelan ia menghampiri Patricia dengan tatapan yang sangat dingin juga menakutkan. Wanita yang sedang hamil tua itu ikut mundur ke belakang. "M-mau a-pa kau?" Alvaro tidak menjawab. Ia justru menggeram, sangat menakutkan Patricia.

"Sayang, kamu di mana?" Suara Harry membuat Patricia sedikit lebih lega.

"Aku di sini, Sayang!" Patricia tersenyum, ia merasa sudah menang dari bocah vampir berdarah murni itu. "Lihat, kau tidak akan kemana-mana, bocah Iblis! Suamiku akan segera tau siapa kau sebenarnya," ancam Patricia.

Alvaro hanya bisa menggeram terus menerus tanpa bicara. "Menggeramlah sebanyak yang kau mau!" ujar Patricia. Namun sialnya, "Aaargh!" Ia kesandung kaki kursi makannya dan membuatnya jatuh terduduk. Darah pun mengalir deras dari kakinya. "Sial, darah dan perutku terasa sakit!" gumamnya, matanya melihat darah yang terus menerus mengalir dari kakinya dan tercecer di lantai.

Darah itu juga yang membuat naluri liar vampir Alvaro semakin liar. Rongga hidungnya terus menerus menggugah keliaran dirinya semakin besar. Alvaro tidak bisa menahan lagi rasa haus yang belum ia rasakan semenjak pagi tadi. Ia melompat dan sekarang berada di atas Patricia.

Wanita itu berteriak histeris, "Toloong!" Hingga terdengar ke telinga Harry. Teriakan itu tak lama terhenti.

"Patricia!" Harry bergegas lari menghampir suara istrinya dari dapur. Laki-laki itu terdiam, tubuhnya mendadak kaku, matanya terbelalak melihat apa yang sedang terjadi. "P-Patricia?" Suaranya nyaris tak terdengar, ia sangat syok saat matanya melihat bocah yang ia selamatkan sedang menghisap darah istrinya. Membawa petaka buat keluarganya sendiri. Darah yang mengalir di lantai mulai sedikit mengering, tetapi aroma amisnya begitu mencuat.

"Apa yang sedang kau lakukan pada istriku, bocah!" Harry mencoba menarik tubuh Alvaro, tetapi gigitannya di leher Patricia begitu kuat. Usianya memang sangat belia, tetapi kekuatannya sebagai vampir berdarah murni sangat kuat sehingga tidak bisa ada yang menghentikan dirinya saat menghisap darah.

"Sial!" Harry beranjak bangun dan berjalan ke kursi makan. Ia mengangkat kursi itu dan,

Bruuak.

Ia lempar pada Alvaro, namun bocah itu tidak bergeming sama sekali. Ia tidak terluka sama sekali atau merasa kesakitan sekalipun, Alvaro tetap menghisap darah Patricia.

"Mahluk apa bocah ini sebenarnya?" pikir Harry sedikit ngeri.

"Penjaga-penjaga, cepat kemari!" teriak Harry histeris namun penuh amarah. Ketiga penjaga rumah Harry datang memenuhi panggilan majikannya.

"Ya Tuan?"

"Cepat tembak anak ini dengan peluru bius!" Perintah Duke Harry, orang terpandang di negara itu. Ketiga penjaga itu segera membidikan senjatanya, pelatuk pun di tarik, peluru melesat cepat penentu nasib Alvaro selanjutnya di rumah itu. Tiga peluru membuat ia belum merasakan apa-apa, lalu tembakan kedua kesadaran bocah lima tahun itu mulai memudar, pandangan mulai samar-sama berbayang. Gigitannya lambat laun terlepas dan akhirnya ia terjatuh ke lantai tak sadarkan diri.

Harry bergegas berlari melihat Patricia di lantai. Ia mengangkat kepalanya dan mulai memanggil nama istrinya itu. "Patricia ...  Patricia kamu gak apa-apa, Sayang?" Harry sangat cemas, ia menyadari istrinya sudah tidak bernyawa. Ia lalu memeriksa bayi di dalam kandungan istrinya itu. "Anakku masih hidup!" Ia merasakan pergerakan bayi yang ada di dalam perut istrinya itu.

"Maaf Tuan, mau diapakan anak ini?" tanya Salah satu penjaga sambil memeriksa denyut Alvaro.

"Jebloskan dia ke dalam penjara bawah tanah. Borgol tangan dan kakinya dengan rantai. Jangan sampai anak itu lolos dan membunuh orang-orang lainnya," ujar Harry terlihat sangat geram dan kecewa besar pada anak yang sudah di tolongnya itu. "Dan tolong siapkan mobil untuk bawa istriku ke rumah sakit!"

"Baik tuan!"

Alvaro di jebloskan ke dalam penjara bawah tanah yang begitu gelap, kotor juga berbau. Lalu penjaga-penjaga rumah Harry memborgol kedua tangan dan kakinya dengan rantai sesuai dengan perintah Harry. Sedangkan Patricia dibawa kerumah sakit untuk menyelamatkan bayinya yang masih memiliki respon di kandungan Patricia.

"Kau bocah yang malang!" ujar salah satu penjaga rumah Harry merasa sangat iba melihat Alvaro di oenjara dan di borgol dengan besi yang cukup besar dan berat, ia berjalan keluar dan menutup pintu penjara bawah tanah itu.

****

Roda terus berputar, kendaraan pertama di buat pada awal abad tahun delapan belas pun terus berputar. Wajah cemas Harry terlihat sangat jelas, ia mengkhawatirkan nasib bayi di dalam kandungan istrinya itu. Darah terus mengalir walau sudah tak banyak dari kakinya. Keadaan yang sangat memprihatinkan, kulitnya begitu pucat. Harry membiarkan kepala istrinya berada di pahanya.

Lalu mobil yang di kendarai supirnya itu berhenti di parkiran rumah sakit. Harry pun bergegas turun dari mobil dan berlari sangat kencang. "Dokter ... Suster tolong istri saya!" Tak lama istrinya di tangani oleh dua orang suster dan di bawanya ke ruang Icu. Duke Harry sangat cemas, ia tau istrinya tidak akan selamat. Dan ia hanya bisa berharap pada Tuhan agar bayinya bisa hidup.

Setelah satu jam ia menunggu di luar ruang ICU, seorang dokter keluar. Harry buru-buru menghampirinya. "Dok, gimana keadaan istri dan anak saya?"

"Istri anda tidak selamat, tapi bayinya akan kami operasi. Ini mukjizat, bayinya masih hidup walau ibunya sudah tak bernyawa," jawab Dokter itu.

Antara senang dan sedih, tubuhnya sedikit lemas mendengar pernyataan dokter. Ia tidak menduga istrinya akan meninggalkan dia secepat itu dengan kondisi yang menakutkan. Dan kesedihannya sedikit terobati dengan keajaiban yang diberikan Tuhan, anaknya benar-benar masih bisa di selamatkan. "Lakukakan yang terbaik, dok! Selamatkan anak saya."

"Baik, kami akan lakukan yang terbaik untuk menyelamatkan bayi anda," sahut dokter dan hendak melangkah.

Tetapi Harry menahannya. "Tapi tolong, jangan sampai ada yang mengetahui kondisi istri saya yang menjadi korban vampir. Kalau sampai ada yang menyebarkan ini, aku akan menuntut rumah sakit ini dan aku akan penjarakan kalian semua!" ujar Harry mengancam. Sebagai Duke di kerajaan Raja Raymond, posisi Harry menguntungkan. Dokter itu ketakutan dan nyalinya sedikit menciut.

Harry melepaskan lengan dokter dan membiarkan ia menjalankan tugasnya untuk menyelamatkan anaknya itu.

Ia menghela napas, dan tak lama dua orang suster dan dokter yang menangani istrinya keluar membawa Patricia dengan ranjang dorong. Harry mengikutinya, namun ia tidak kuat melihat kondisi istrinya yang sangat mengerikan. Lalu pikiran tentang menyelamatkan anak itu mendadak muncul di otaknya. Ia sangat menyesali keadaan itu, andaikan ia membiarkan anak itu kedinginan dan mati di jalan, mungkin Patricia akan tetap hidup bersamanya.

"Maafkan aku sayang, andaikan aku mendengarkan semua ucapanmu, mungkin kita masih tetap bersama. Dan anak iblis itu akan aku buat dia tidak lagi melakukan hal itu!" Ujarnya. Matanya terus mengikuti kemana Patricia di bawa oleh kedua suster dan dokter itu.

Lalu di penjara bawah tanah, Alvaro mulai tersadar. Ia terlihat bingung dan ketakutan, matanya menelusuri tempat sekarang ia berada. "I-ibu ... a-ayah!" panggilnya ia tidak ingat kejadian yang sudah menimpanya. Ia kemudian mendapati kedua tangan dan kakinya dalam keadaan terborgol. Ia menarik-narik borgol itu, berusaha membukanya. Tetapi ia tidak berhasil membukanya. Wajahnya menjadi sangat cemas, ketakutan. "I-ibu ... a-ayah, kalian di mana? Aku takut sendirian ... aku ingin pulang. Ibu ... ayah!" Panggilnya dan kemudian menangis sangat kencang saat panggilannya itu tidak di jawab oleh kedua orang tuanya yang memang tidak lagi bersamanya.

Kehidupan Alvaro akan terus berada di bawah tanah, tidak ada matahari tidak ada sosialisasi antar manusia yang ada ia hanya di temani kegelapan, rasa sepi dan bau menyengat yang bisa saja mengganggu indera penciumannya.

****

Bersambung.