webnovel

Rahasia Harry

Bibir Sandra mendadak kelu, matanya terbelalak, terbuka sangat lebar. "K-kamu?" ucapnya terbata. Ia tidak mengerti dengan yang ada di depan matanya. Pemuda yang sama dengan pemuda di dalam mimpinya. Wajahnya, semua ciri-ciri fisik ada pada diri pemuda di balik kerangeng ini, sama persis dengan pemuda di mimpi Sandra.

"Bagaimana bisa pemuda ini mirip dengan laki-laki di dalam mimpiku? Kenapa semua itu seperti nyata?" pikir Sandra terus bertanya dalam hatinya. Kakinya melangkah tanpa diminta, ada rasa penasaran yang mendadak menyuruhnya untuk mendekati pemuda itu. Sandra tidak tau siapa sebenarnya pemuda itu.

Gadis itu terus mendekati Alvaro, dan tangan itu menggapai, berusaha menyentuh pipi Alvaro. Lalu, pemuda itu menyeringai sangat seram saat Sandra sedang lengah. Apalagi, saat ini Alvaro sedang menginginkan darah yang banyak agar tubuhnya kuat.

Laki-laki itu menarik lengan Sandra dan kemudian di gigit. Sandra berteriak sangat kencang hingga terdengar di telinga Harry dan Alan yang belum terlalu jauh dari penjara bawah tanah. "Sandra?" Harry berlari kembali ke penjara bawah tanah itu.

Braaak.

Harry mendorong pintu itu dengan sangat kencang. Namun tidak membuat Alvaro melepaskan gigitannya pada Sandra, ia terus mengigit dan menghisap darah di lengan Sandra. Ia sudah lama tidak merasakan rasa darah yang sangat manis seperti milik Sandra, hingga ia tidak mau menghentikan walau suara gaduh pintu yang terbuka sangat keras.

Gadis itu meringis, "Ayah, tolong aku, Ayah!" pungkasnya sangat ketakutan dan kesakitan.

"S-Sandra?"

Harry melihat seperti kejadian delapan belas tahun yang lalu. Ia teringat saat Alvaro kecil sedang menghisap darah istrinya. Dan kini ia menyaksikan puterinya juga sedang di hisap darahnya oleh pemuda vampir itu. Harry bergegas mengambil besi yang tersandar di pinggiran ruangan itu, lalu ia menentengnya dengan sangat marah.

"JAUHI ANAKKU, IBLIS!" teriak Harry sangat marah

Kemudian,

Buuk.

Ia menghantam sangat keras ke bagian perut Alvaro. Pemuda itu masih bertahan, dan masih menggigit lengan puteri dari Harry itu.

Harry menarik besi itu dan menghantam sekali lagi besi itu. Kini ia menghantam di bagian kepalanya.

Buuk.

Gigitan Alvaro terlepas dan darah mengucur deras dari jidatnya. Tubuh Alvaro terdorong, menjauh dari hadapan Sandra dan terjatuh di lantai. Ia menyeka darah di dahi dan mulutnya.

Gadis itu cukup syok dengan kejadian yang menimpanya. Tubuhnya sangat lemas, ia pun terduduk di lantai setelah melihat luka bekas gigitan Alvaro di lengannya. "Sandra!!" Harry melempar besi itu dan menghampiri anak perempuannya itu. "Sandra, kamu gak apa-apa, Sayang?" Sandra tidak menjawab, bibirnya membungkam. Wajahnya terlihat pucat, dengan mata yang menatap kosong ke arah Alvaro, bibirnya sedikit terbuka.

"Alan, cepat bawakan alkohol dan juga obat untuk menghentikan pendarahan di lengan Nona Sandra!" perintah Harry. Alan mengangguk dan kemudian pergi.

Harry menyobek lengan bajunya dan kemudian mengikatkan di samping bagian luka gigitan untuk memperlambat virus-virus vampir yang masuk ke dalam tubuh anaknya itu. Alvaro dan Sandra saling menatap, laki-laki itu menggeram pelan dengan tatapan yang masih haus darah. Gadis itu mempunyai darah yang menarik Alvaro untuk terus mengigitnya.

Alvaro terbangun dan kemudian menggeram. Sayangnya ia tidak bisa menggapai Harry, Alvaro sudah hilang kesabaran dengan perlakuan Harry selama ini. "Gggrr" terus menggeram pada Harry.

"DIAM! Aku bilang diam! Atau kau ingin aku hukum lagi atas semua perbuatanmu ini pada putriku?" teriak Harry sangat marah. Tetapi Alvaro tetap menggeram, tidak berhenti begitu saja walau Harry berteriak dan mengancamnya.

"Rupanya kau tidak juga mau diam, huh?" Harry sudah hilang kesabaran, ia beranjak bangun setelah selesai membalut luka anaknya itu. "Atau kau memang suka dihukum olehku sampai mati?"

"A-yo la-kukan bajingan! A-ku a-kan membalasnya!" ucap Alvaro terbata-bata. Ia sedikit kesulitan berbicara, sebab, tidak ada satupun yang mengajak atau mengajarkan ia berbicara. Sehingga ia kesulitan menggerakan bibir dan lidahnya.

"Wow ... kau sudah berani melawanku, huh? Hanya mendapatkan sedikit darah saja kau bertingkah seperti ini?" ujar Harry, mendekati Alvaro. Ia raih besi yang ia jadikan senjata untuk menghajar pemuda vampir itu. "Atau kau sudah benar-benar bosan hidup?" Ia membuka kunci kerangkeng tempat Alvaro terkurung.

Harry mengayunkan besinya, kemudian ia memukul lengan Alvaro dengan sangat keras, tulang lengannya pun terdengar remuk saat besi itu menggantam keras dengan tulangnya.

"Aaaaargh!" teriakan Alvaro membuat Sandra tersadar. Ia lalu bangun dan berlari ke dalam sel penjara. "Hentikan, Hentikan itu Ayah!" Tahan Sandra berdiri di depan Harry.

"Minggir Sandra! Biar ayah memukul bajingan ini sampai mati!" teriak Harry sudah bersiap memukul Alvaro. Pemuda itu kesakitan setengah mati dengan lengan yang tak bisa bergerak.

"Jangan Ayah, hentikan itu! Ayah bisa saja membunuhnya!"

"Buat apa kau mengasihaninya, Sandra! Banjingan ini sudah mengigit dan menghisap darahmu!"

Sandra tak menjawab, ia melihat Alvaro benar-benar kesakitan. Pemuda itu tergeletak di lantai sambil meringis kesakitan. "Sudah cukup Ayah. Dia sudah sangat kesakitan. Aku pikir pukulan Ayah sudah membuatnya jera dan kapok untuk melakukannya lagi!" pinta Sandra merasa iba pada Alvaro.

"Tidak, semua itu belum cukup sebelum dia benar-benar merasakan bagaimana Ayah kehilangan ibumu!"

"Ibu?"

Harry terdiam, lalu mengangguk.

"Maksud Ayah, dia yang membunuh Ibu?"

Harry membuang muka dengan wajah tertunduk. Ia berpikir sejenak sampai ia benar-benar berani mengatakannya. Tak lama, Harry mengangguk kembali. "Dia melakukan hal yang sama seperti dia melakukannya kepadamu, Sandra!"

"Jadi ibu bukan meninggal karena melahirkanku, Ayah?"

Sekali lagi, ia mengangguk.

"Kenapa Ayah bohong padaku? Kenapa Ayah tidak bilang semuanya itu padaku?"

"Maafkan Ayah," katanya menyesali.

Sandra benar-benar marah. Lalu ia berbalik ke Alvaro. Lalu berjongkok di hadapan pemuda yang sedang kesakitan. Tangannya terus mengelus lengan yang habis di hantam besi oleh Harry. "Bangun!" perintah Sandra. Tetapi Alvaro mengabaikannya. "Aku bilang bangun, kalau tidak ... " Sandra membisikan sesuatu ke telinga pemuda itu. "kalau tidak kau akan mati di tangan ayahku."

Dan tak lama Alan datang membawa alkohol dan perban seperti yang Harry perintahkan. "Tuan, ini alkoholnya!" ujar Alan, matanya melihat Sandra sedang berbisik pada Alvaro. "Apakah anak dan ayah sama-sama punya sifat gila?" pikir Alan.

Harry menarik tangan Sandra, "Lebih baik kau jauhi pemuda itu kalau kau tidak mau di

gigit lagi olehnya!" keluar dari sel penjara itu. "Duduk di situ, biar ayah mengobati lukamu!" ujar Harry. Ia mulai mengobati bekas luka gigitan Alvaro.

"Sebenarnya siapa dia, Ayah? Dan bagaimana pemuda itu bisa membunuh ibu?" Pertanyaan Sandra terlalu tiba-tiba, Harry hanya memandang sebentar putrinya dan lalu menunduk kembali.

"Sudah lupakan saja kejadian itu, Ayah tidak mau mengingat kejadian yang membuat mood Ayah bertambah buruk!" Harry sudah selesai mengobati Alicia dan membalutnya dengan perban. Ia berdiri, "Sebaiknya kau kembali ke kamar, dan jangan pernah lagi mendekati laki-laki itu. Terlalu berbahaya buat keselamatan kamu, Sandra!"

Harry melangkah di depan, Sandra tetap dia. Matanya masih melihat ke arah Alvaro. Dan pemuda ia menatapnya dengan hangat, entahlah, itu yang Sandra rasakan saat pandangan mata mereka beradu.

"Ayo cepat!"

Sandra mengikuti perintah Harry, Alan memperhatikan semua yang dilakukan putri tuannya itu. Dan ...

Blam.

Pintu tertutup setelah Sandra melihat ke arah Alvaro sekali lagi. Mengintip dari celah sebelum Alan benar-benar menutup pintu itu.

****

Bersambung.