webnovel

Sekarat (Agustus)

Malam itu, langit dipenuhi dengan gemerlap bintang yang mencerminkan kedamaian dan keheningan. Namun, bagi Kahfi, malam itu adalah sebuah penderitaan yang tak terlupakan.

Kamar Kahfi dipenuhi dengan aroma obat dan suasana hening. Di samping tempat tidurnya, terdapat beberapa obat yang telah ditulis oleh dokter untuk membantu tidurnya. Namun, Kahfi menolak mengonsumsinya. Dia bersumpah untuk tidak akan pernah lagi tertidur setelah kematian ibunya.

Sekarang, dia duduk di tepi ranjangnya, memandangi langit malam yang gelap. Pikirannya melayang ke masa lalunya, kehilangan yang menyayat hatinya. Dia merasa kehilangan ibunya seperti merobek bagian terdalam dari jiwanya. Setiap kenangan tentang ibunya terasa seperti pisau yang menusuk perasaannya.

Rasa bersalah juga merayapi pikirannya. Kahfi merasa bahwa dia harusnya lebih bisa menjaga ibunya, lebih bisa memberikan perhatian dan kasih sayang yang lebih. Dia menyiksa dirinya sendiri dengan perasaan bersalah itu, seolah dia adalah penyebab semua penderitaan ibunya.

Namun, di balik perasaan bersalah, ada juga rasa amarah dan kekecewaan terhadap dirinya sendiri. Amarah yang membara, meronta-ronta ingin dikeluarkan, namun dia menahannya karena dia tahu bahwa dia sendiri yang bertanggung jawab atas tindakannya.

Lalu, dia merenung tentang pertemuannya dengan Kejora. Perempuan itu telah muncul dalam hidupnya seperti bintang terang di tengah kegelapan. Namun, dia tidak bisa membayangkan bagaimana bisa Kejora tertarik padanya, padahal dia sendiri merasa hancur dan penuh luka.

Saat itu, handphone-nya berdering. Pesan dari Fadel masuk, mengingatkannya tentang sesi konseling malam ini. Dalam hati, Kahfi merasa malas untuk pergi, tetapi dia tahu bahwa dia harus menghadapinya. Fadel telah menjadi tempatnya melepaskan beban perasaan, dan dia merasa adikodrati untuknya.

Malam itu, dalam sesi konseling, Kahfi mencurahkan semua perasaannya pada Fadel. Dia tidak bisa menyembunyikan rasa marah, kesedihan, dan kebingungannya lagi. Fadel mendengarkan dengan sabar, memberikan dukungan dan nasihat yang bijaksana.

"Kahfi, kamu perlu mengizinkan dirimu untuk merasakan emosi-emosi itu. Jangan menekan atau menyembunyikannya. Itu adalah bagian dari proses penyembuhan," kata Fadel dengan lembut.

Namun, dalam hati, Fadel merasa iri pada Kahfi. Dia iri dengan perhatian dan kasih sayang yang diberikan Kejora pada Kahfi. Dia juga iri dengan hubungan akrab Kahfi dengan Haris, yang selalu ada di sampingnya.

Fadel mencoba untuk menyembunyikan perasaan iri itu, tetapi terkadang dia merasa muak dengan dirinya sendiri. Dia merasa bahwa dia tidak pantas mendampingi Kahfi dalam proses penyembuhan, karena perasaan iri yang tak bisa dia kendalikan.

Setelah sesi konseling berakhir, Kahfi kembali ke kamarnya dengan perasaan campur aduk. Dia merasa lebih lega setelah dapat berbagi perasaannya dengan Fadel, tetapi rasa bingung dan kehilangan masih menghantuinya.

Malam itu, Kahfi terus berjalan-jalan di gang-gang sempit dekat rumahnya, mencari kedamaian dalam setiap langkahnya. Dia berbicara dengan bintang-bintang di langit, mengungkapkan isi hatinya tanpa ragu. Meskipun tak ada jawaban, tapi dia merasa bahwa langit mendengarkannya.

Di tengah langkahnya, dia melihat bunga yang mekar di pinggir jalan. Warna-warni bunga itu menenangkan matanya. Dia merasa ada keajaiban dalam bunga-bunga kecil itu, bahwa kehidupan bisa mekar meskipun di tengah kegelapan.

Kahfi mengumpulkan beberapa bunga dan membawanya pulang. Dia meletakkannya di samping tempat tidurnya. Bunga-bunga itu adalah simbol harapan dan keindahan dalam kehidupannya yang penuh penderitaan.