Robert melihat Verss dari atas kepala hingga bawah kaki, dan juga sebaliknya.,
Verss bahkan tidak mengangkat wajahnya merasa perlu melihatnya, dan benar saja, ia hanya berdiri menunggu Gale yang akhirnya datang.
"Ada apa ini?" Suara Gale lantang.
Gale mendekati Verss dan berdiri menghalangi Robert, menatap Robert dengan tatapan tajam.
"Tolong mundur"
Gale muncul dari dalam ruangan bersama CEO group Diamond, Ted Mann, yang berdiri melihat putranya dengan mata besar.
"Ada apa ini? Robert kau buat kekacauan apalagi? Semua bubar kembali ke pekerjaan kalian!" Seru pria tua itu, semua staff akhirnya bubar dengan serentak.
Robert melihat ayahnya dengan mata besar.
"Papa harus lihat donk siapa yang buat kekacauan, orang sok kecakepan ini yang menabrak Robert duluan pa!" Seru Robert dengan suara keras, tapi...
"Anak kurang ajar jaga bicaramu! Kau tidak tahu tengah berbicara dengan siapa?" Suara Ted lebih keras darinya, membuat Robert gagap melihat mata papanya yang melotot padanya.
"Pa!"
Gale membalikkan tubuhnya memeriksa Verss.
"Tuan muda anda tidak apa-apa?"
Verss mengangguk, ia menegakkan berdirinya dan berjalan melewati Gale, tapi langkahnya terhenti saat melihat sosok Ted Mann yang berdiri melihatnya, bahkan agak menundukkan kepalanya saat bertemu mata dengan Verss.
Senyum di wajah pria itu, seketika membuat dada Verss bergetar, seakan ada yang sangat dikenalinya, wajah dan senyum yang samar tapi sangat dikenalnya.
"Hehe tuan muda hati-hati yah"
Verss melihat seseorang yang menundukkan kepalanya masuk ke dalam mobil dengan remang cahaya dari lampu jalan, wajah yang tersenyum tapi penuh dengan airmata dipipinya, menepuk pundaknya yang lemas dan hampir tak sadarkan diri.
Verss memegang kepalanya, rasanya sakit bukan main.
"Ekh"
Gale segera memegang tangan Verss yang agak terhuyung.
"Tuan muda"
Verss melihat wajah Ted kembali.
Pria itu mengangguk, matanya berkaca-kaca seperti menahan diri untuk tidak menangis, tapi tidak bisa, pria itu menurunkan kepalanya dan menangis.
Gale meraih tangan Verss dan mengajaknya keluar.
"Ayo tuan muda kita segera pulang"
Walau Verss masih berusaha menyadur siapa pria itu Gale tidak memberinya kesempatan, kepalanya masih melihat Ted lama hingga ia tak bisa melihatnya lagi.
Mimin dan Derek mengikuti di belakangnya.
"Eh Gale, dia siapa?" Tanya Verss, Gale hanya menarik tangan Verss menuju ke parkiran mobil mereka di mana Din sudah menunggu.
"Beliau CEO Group Diamond Tuan muda, nanti di pertemuan bulanan juga akan bertemu, ayo kita pulang, tuan muda sudah lapar khan?"
Verss membiarkan Gale terus menarik tangannya hingga membukakan pintu mobil untuknya masuk.
"Kau yang pergi entah kemana kita jadi harus menunggumu deh" protes Verss.
"Iyah maaf tuan muda tadi sedang ada urusan sebentar" Gale masuk setelah Verss, ditarik sabuk pengaman di samping Verss dan memakaikan untuknya.
"Orang aneh, urusan apa? Mencurigakan sekali" gerutu Verss.
........................
Malam tiba.
Verss duduk di ruang tengah menjelang tidur meluangkan waktu sebentar sebelum masuk kamar dan tidur, Gale mendekat sambil membawah segelas susu hangat menaruhnya di atas meja, lalu duduk di samping Vers pelan.
"Tuan muda, apa yang anda pikirkan?" Tanya Gale.
Verss menggigit ujung kukunya, ia berpikir keras hingga dahinya berkerut, saat ia masih berpikir keras tiba-tiba tangan Gale terangkat dan meraba dahinya, membuat Verss tertegun diam.
"Eh"
"Tuan muda jangan sering mengerutkan dahi nanti cepat keriput, apa yang tuan muda pikirkan tanyakan saja padaku"
Verss menurunkan tangannya, agak gagap karena tak menyangka tangan Gale yang besar akan sangat lembut membelai dahinya.
"Eh he tidak ada apa-apa, em, tadi itu, CEO Diamond, em, kalian terlihat akrab"
Gale menurunkan tangannya, melihat wajah polos Verss yang melihatnya dengan sepasang matanya yang bulat dan jernih.
"Itu, beliau, adalah bos kita, jadi pastinya dekat khan, apa, menurut tuan muda, aku terlihat terlalu dekat dengan beliau?"
Verss menggelengkan kepalanya.
"Tidak, hanya, heh, seperti pernah melihat orang itu, wajahnya sangat akrab tapi aku melupakannya, heh" Verss menarik napas panjang sebelum menyenderkan punggungnya ke sofa empuk di belakangnya dan mulai berpikir lagi.
"Banyak, yang aku lupakan Gale, beberapa yang ingin ku benar-benar lupakan malah tak bisa hilang dari kepalaku, tapi, hal penting lainnya yang ingin sekali ku ingat malah tak bisa ku ingat" Vers mengepalkan tangannya.
"Waktu kecil di rumah itu sebenarnya banyak sekali hal indah yang juga terjadi, tapi aku malah mengingat hal yang buruk saja, wajah, pria itu, sepertinya pernah melihatnya tersenyum di rumah yang bagai neraka, walau ada perasaan sangat sakit, tapi saat melihat senyum pria tadi, jadi mengingat perasaan hangat yang sangat dekat, mungkin hanya kebetulan senyum yang sama, ia mungkin tidak ada hubungannya"
Gale ingin membuka mulutnya bicara, tapi diurungkan niatnya. Verss menundukkan kepalanya.
"Menurut Ella, setelah keluar dari rumah itu aku hampir mati, demam panas selama lima hari koma di rumah sakit, Ella menangis siang dan malam sampai matanya bengkak, he, ia bahkan menjadi sangat kurus dalam hitungan hari"
Gale terdiam, ingin sekali memeluk Verss saat melihat pemuda itu lemah, tapi, ia mungkin tidak bisa selalu melakukannya, Gale akhirnya memberanikan diri hanya meraih dua tangan Verss yang dikepalkan di depan pangkuannya, dua tangan yang dingin, Gale menggosoknya dengan dua tangan besarnya.
"Tuan muda, masa lalu, tidak perlu terlalu dipikirkan, sekarang yang perlu tuan muda lakukan hanya hidup untuk diri sendiri dengan baik, itu, yang almarhum opamu inginkan"
Verss menoleh, tersenyum pada Gale walau ia masih merasakan sakit di dadanya begitu berat.
"He, apa, kau bisa mengajakku ke suatu tempat? Tempat di mana opa akhirnya bisa beristirahat dengan tenang, bagaimanapun, beliau juga ikut menderita karena memikirkan diriku, beliau, sebenarnya tidak bersalah, hanya, tidak memiliki kuasa untuk melindungi mamaku dan aku, he" airmata turun di pipi Verss, ia menundukkan kepalanya berusaha menahan diri tapi tidak mampu, walau sekuat apapun setitik airmata itu tetap jatuh di pipinya.
"Pada akhirnya, mereka semua pergi meninggalkanku, papa, mama, Ella, opa, he, aku ini, memang membuat semua orang tak tahan berlama-lama denganku, ems"
Gale kembali.mengangkat tangannya menghapus airmata itu, merundukkan kepalanya melihat wajah Verss dari jarak sangat dekat. Sepasang mata indah milik Verss, bola mata jernih yang berkaca-kaca, Gale maju dan mengecup mata itu, ia terdorong untuk melakukannya walau tanpa ia sadari.
"Eh Gale" Verss terkejut, ia tak bergerak membiarkan Gale mencium mata dan keningnya, tangan besar yang selalu melindunginya, tangan yang sangat hangat yang kini memegang pipinya dengan lembut.
"Aku tidak akan pergi tuan muda, aku akan selalu menghapus airmata Tuan muda, akan selalu jadi punggung untuk tuan muda bersandar, apapun yang tuan muda pikirkan akan ku pikirkan juga, tuan muda tidak akan pernah sendiri lagi, aku janjikan itu"
Verss melihat dua tangannya yang dipegang Gale.
"Tapi, suatu hari kau juga akan pergi Gale, saat itu akan tiba" ia berusaha menarik tangannya tapi Gale tidak melepaskannya.
###################