webnovel

Part 12

Usia kandungan Anne sudah hampir memasuki bulan keempat. Perut wanita itu terlihat sedikit membuncit. Perasaannya selalu bahagia semenjak dinyatakan hamil oleh dokter. Anne tak perlu kerumah sakit untuk memeriksakan kandungannya, itu karena ia memiliki ruang kesehatan sendiri di dalam mansion. Bahkan dokter yang ada di sana adalah dokter yang sudah profesional.

Ron masih setia di mansion untuk menemani Anne. Wanita itu selalu ingin melihat wajah Ron setiap harinya. Tentu karena hormon wanita hamil sedikit aneh bagi Ron. Namun, Ron menerima hal itu dengan baik. Bahkan Ron juga terlihat sedikit senang dengan kehamilan Anne.

'Apa Fabio mau mengadopsi seorang anak denganku? Atau aku adopsi saja sendiri, haaah!' batin Ron.

Saat ini Anne berada di ruang kerjanya. Semenjak dokter menyatakan bahwa kandungan Anne sudah bisa bertahan, wanita itu kembali bekerja. Hanya dimansion saja karena untuk urusan di luar kantor Layla lah yang turun tangan.

"Sayang, aku ingin mengambil lasagna didapur. Apa kau mau juga?" tanya Ron.pada Anne.

"Tentu, aku juga mau. Ehem, Ron ... terima kasih," ucap Anne dengan tersenyum manis.

"Ya."

Ron berjalan menuju dapur, ia mengambil lasagna dari dalam lemari pendingin, lalu memasukkan lasagna itu ke dalam microwave.

"Tuan, biar saya saja yang melakukannya," ujar asisten rumah menyela Ron.

"Sudahlah, tidak apa. Biar aku sendiri yang melakukan ini."

Asisten rumah itu menundukkan kepala, lalu mengambil langkah mundur.

Setelah selesai menyiapkan lasagna. Ron mambawanya menuju ruang kerja Anne.

Lelaki itu meletakkan makanan itu diatas meja. Ia memanggil Anne untuk mendekat padanya. Tentu wanita itu dengan segera menghampiri Ron. Anne duduk begitu saja diatas pangkuan Ron. Tanpa ada kata penolakan dari Ron, justru lelaki itu menikmati saat pinggul Anne sedikit menekan bagian sensitifnya.

"Buka mulutmu," ucap Ron sembari mengarahkan sesendok lasagna kemulut Anne.

Anne memakan lasagna itu dengan lahap. Hanya saja wanita itu sedang berkutat dengan ponselnya. Ia hanya membuka mulut saat Ron menyuapinya. Kesal melihat Anne tak menghiraukannya, Ron mengambil ponsel wanita itu begitu saja. Anne mengerucutkan bibirnya, dengan tangan yang bersidekap.

"Hahaha, lihatlah wajahemu itu. Kau terlihat sangat lucu saat ini, kau mau ku ambil gambar?" goda Ron sembari mengarahkan ponsel kewajah Anne.

"Jika kau berani melakukannya akan kubuat kau tidur di ruang tamu!" ujar Anne kesal.

Ron terkekeh dengan ancaman Anne. Lelaki itu langsung saja mencium bibir wanita itu. Ia melumatnya dengan lembut dan menekan tengkuknya agar ciuman itu semakin dalam. Tangannya meremas dada Anne yang masih terbungkus rapi.

" Ehem," desah Anne yang kini memejamkan matanya dan tangan yang sudah mengalung pada leher Ron.

Tiba-tiba Ron menghentikan aksinya. Ia menatap wajah Anne yang sudah sangat bergairah.

"Kau mau melanjutkannya?" tanya Ron.memastikan.

"Apa kau ingin aku memasukkan benda lain ke dalam milikku sendiri?"

Ucapan Anne disambut dengan tawa lepaa Ron. Lelaki itu tak menyangka dengan jawaban Anne. Ia langsung saja menggendong tubuh Anne yang kini terasa lebih berat dari sebelumnya. Ron membawa Anne menuju kamar, tentu saja mereka akan melanjutkan kegiatan yang tertunda itu.

Ron merebahkan tubuh Betj diatas ranjang. Ia tak ingin menyakiti bayi yang ada di dalam perut Anne. Lelaki itu melakukannya dengan sangat hati-hati. Mulai dari remasan pada dada, lalu turun pada area intimnya. Bibir mereka saling bertautan, saling melumat hingga bertukar saliva. Jarinya mengaduk didalm pusat gairah Anne, hingga wanita itu mendapatkan pelepasan.

Entah sejak kapan mereka melepaskan pakaiannya. Ron kini sudah melesatkan kejantanannya masuk ke dalam liang senggama wanita itu.

"Ahh, Ron ... teruuss, iya ... ahh," desah Anne yang merasakan miliknya penuh dengan kejantanan Ron.

Perasaan khawatir menyelimuti Ron. Ia takut, jika terlalu dalam menghentakkan kejantanannya dapat melukai kandungan Anne.

"Ahh, sayang. Milikmu sungguh nikmat, ahh."

"Ron, lebih dalam ... ahhh, yeah begitu ... nikmat sekali, Ron," rancau Anne.

Setelah lima belas menit ia memompa tubuh Anne. Lelaki itu akan mendapatkan pelepasannya.

"Ahhhh,"

***

Pagi ini Anne harus datang pada acara penting yang diadakan perusahaan terbesar di Chicago. Ron tentu akan menemani Anne untuk pergi kesana. Sebuah pesta megah untuk menyambut direktur baru diperusahan itu.

"Kau yakin untuk datang? Kenapa tak kau suruh Layla saja yang kesana? Aku khawatir pada kondisimu dan kandunganmu itu," omel Ron yang kini menjadi lebih posesif pada Anne.

"Tenanglah, aku hanya hadir untuk beberapa menit saja. Setelah itu Layla yang akan menetap di sana menggantikanku. Aku harus hadir karena perusahaan itu sudah lama bekerja sama denganku," jelas Anne.

"Kau selalu egois! Apa kau tak memikirkan kandunganmu? Pesta itu diadakan malam hari, udara di sana juga bisa dipastikan akan sangat dingin. Kau mempersulit dirimu sendiri dengan datang kesana," ujar Ron yang sudah tak tahan dengan sikap Anne.

Anne mengerjapkan mata, tanpa ia sadari airmatanya jatuh begitu saja. Kepalanya tertunduk, ia menutup wajahnya dengan kedua tangan.

Ron yang melihat reaksi Anne saat ini sedikit terkejut. Lelaki itu meraih tubuh Anne untuk masuk ke dalam pelukannya.

"Hei, maaf. Maaf sudah membuatmu takut," ujar Ron lirih.

Ron mencium puncak kepala Anne, ia mengusap punggung Anne dengan lembut.

"Sayang, maaf ... berhenti menangis, kumohon."

Ron melepaskan pelukannya, ia menyeka airmata yang mengalir diwajah Anne. Lelaki itu mencium kening Anne dengan lembut.

"Baiklah, aku akan menemanimu. Ayo bersiap, jika kau merasa tak enak badan, segera beritahu aku!" ujar Ron.

Anne menganggukkan kepalanya. Kini mereka tengah bersiap untuk pergi ke pesta itu.

Anne mengenakan long dress berwarna hitam, dengan bagian atas yang terbuka, menampilkan belahan dada Anne. Dengan dress itu perutnya sedikit terlihat buncit. Sedangkan Ron mengenakan setelan jas berwarna hitam. Lelaki dengan tinggi 180cm itu tampak gagah dan tampan.

Mereka berjalan menuju mobil dengan tangan Anne yang melingkar pada lengan Ron. Setelah masuk ke dalam mobil Ron melihat kebagian pengemudi, tentu saja orang yang mengantarkan mereka adalah Granger. Lelaki itu melajukan mobil Range Rovernya menuju Chicago.

"Berapa lama kita di sana?" tanya Ron.memastikan.

"Lima belas menit cukup," jawab Anne.

"Kenapa kau sangat keras kepala?"

"Ini lah aku, bukan begitu, Granger?"

"Ya, Nona," jawab Granger singkat.

"Cih," Ron berdecak kesal.

"Kenapa?" tanya Anne.

"Tidak apa-apa."

Anne terkekeh. Sedikit demi sedikit, Ron mengetahui sifat asli dari Anne.

"Ehem, Ron ... aku -," ucapan Anne tertahan. Hal itu membuat Ron sedikit panik.

"Kau kenapa?"

"Aku ingin makan spagetti," ujar Anne tiba-tiba.

Tentu hal itu ditanggapi dengan tatapan bingung oleh Ron. Lelaki itu mengerjapkan matanya beberapa kali.

"Kau lapar?" tanyanya.

"Aku ingin makan spagetti sekarang!" rengek Anne.

"Hei, Granger. Cari restoran yang menyediakan spagetti, sekarang juga!" titah Ron.

"Baiklah."

Ron menatap wajah Anne yang juga menatap ke arahnya. Anne tersenyum, lalu melingkarkan tangannya pada lengan Ron.

Pada akhirnya mereka hanya makan di restoran Italia. Anne menghabiskan dua porsi spaghetti dengan saos bolognese. Sedangkan Ron memilih diam melihat wanita di hadapannya menghabiskan hidangan yang dipesan.