webnovel

Moon And Sun

Kamu tampak seperti Matahari selalu dibutuhkan untuk kehidupan manusia...~Kesya Kamu tampak seperti Bulan yang selalu bersinar ditengah bintang bintang~Kim Woon Kesya Seorang mahasiswa Indonesia yang tengah menempuh pendidikan di negeri gingseng Korea selatan tidak sengaja bertemu Kim Woon yang notabennya adalah seorang yang nantinya akan membuat hidup kesya jungkir balik.

Hannie_Chu12 · Adolescente
Sin suficientes valoraciones
2 Chs

Bab 1

Matahari masih malu tuk menyapa, kabut putih yang menghalangi pemandangan juga masih setia pagi itu namun, seorang gadis tengah sibuk di dapur sederhananya dengan peralatan yang ada. Namanya Kesya, Ia anak tunggal dari keluarga sederhana di desa Sukajaya. Ayahnya meninggal sejak ia duduk di bangku kelas satu SMP dan sekarang ia tinggal dengan ibu dan neneknya. Memasak sarapan adalah rutinitasnya setiap pagi sebelum berangkat sekolah.

"Bu, kulo sampun masak damel sarapan, kulo bidhal rumiyen nggeh" pamitku pada ibu. (bu, aku sudah memasak sarapan, aku berangkat dulu ya)

"Iyo nduk, wakmu wes sarapan?" (Iya Nduk, Kamu udah sarapan?) tanya ibu.

"Sampun Buk" sahutku. (sudah Buk)

"Assalamualaikum buk" ucapku menyalimi tangan nya.

"Waalaikumsalam, Ati-ati" Sahutnya.

Aku berangkat sekolah dengan motor honda tua milik almarhum ayahku. jarak dari rumah ke sekolah sekitar 10km, hari ini sebenarnya tidak ada acara disekolah kami baru saja menjalani UN seminggu yang lalu.

setelah memarkirkan motor aku berjalan menuju ke kelas dengan suara paling gaduh yang terletak di pojok. Benar saja saat memasuki kelas mataku disunguhkan pemandangan anak-anak dengan kegiatannya masing. Sudah wajar bahwa kelas IPS memang seperti ini. aku berjalan kearah bangku nomor 2 dari kanan yang mejanya tengah diduduki seorang cowok manis berkulit putih.

"Ngga, Hush" Ucapku mengusirnya yang ditanggapi dengan cengengesan.

aku meletakan tas dan kemudian mendudukkan diriku dibangku tersebut.

"Sya, kemarin kenapa ga bisa? " tanya Angga.

Angga adalah salah satu siswa populer di SMA Ku Ayahnya adalah jajaran direksi salah satu pabrik terbesar di Indonesia. sedangkan ibunya adalah pengusaha selain itu, wajahnya juga bisa dibilang tampan dengan kulit putih serta dia merupakan keturunan Chinese.

"Sibuk Ngga, Aku harus bantu Ibu" sahutku menatapnya.

"Ohhh, kalau nanti? " Tanyanya lagi.

" Nanti aku ada Rapat OSIS" sahutku tersenyum.

Sebuah kepala menyembul dari balik pintu, matanya menjelajah seisi kelas.

"Syaa!Ayo nyang ruang OSIS" (Syaa! ayo ke ruang OSIS " Ucap Cowok kurus berambut cepak dengan kaca mata bertengger di hidungnya.

"Heh, Ron lak celuk celuk kuwi moro jo Bengok-bengok" (Heh, Ron kalau manggil tu Datengin jangan teriak-teriak) sahut Diana melewati Roni.

"Hehehe Maaf" sahut Roni cengengesan.

Aku melangkahkan kakiku untuk mengikuti Roni.

"Ron, Kingko porayo mek perkenalan tok to? " (Ron, nanti bukannya cuma perkenalan doang?) tanyaku

"Iyo" sahutnya singkat.

Kami memasuki ruang berukuran sedang itu, terlihat beberapa pengurus OSIS tengah sibuk dengan kegiatan masing-masing mulai dari Menonton drama korea, Tidur, bermain Uno dan jika beruntung maka kalian bisa melihat beberapa anggota tengah mengerjakan tugas. Expektasi memang tidak sesuai realita, ruangan ini terkadang akan menjadi sangat panas ketika kami sedang mendiskusikan suatu hal atau event namun, akan menjadi pelampiasan ketika kami sedang lelah dengan tuntutan sekolah.

Aku memilih tempat dipojok untuk bersantai serta membuka laptop yang aku bawa. Aku membuka e mail, siapa tau sudah ada pengumuman beasiswa yang terdapat namaku disana.

"Sya! Titip Pentol gak?" tanya Cindy

"ngga sek, aku jek tas sarapan mau" (ngga dulu, aku baru sarapan tadi) sahutku.

Aku menerima beberapa e mail baru, betapa terkejutnya aku ketika aku lolos seleksi beasiswa di Korea dan harus melengkapi berkas sebelum tanggal 5 Desember. aku membaca e mail itu berkali-kali, dan melihat namaku disana. Ya allah mimpi apa aku semalam? Aku benar-benar hampir berteriak kegirangan. aku memutuskan untuk tidak memberitahu teman-temanku.

Sepulang sekolah aku memberitahu ibuku, Ibu sangat senang bahkan ia berkata agar aku menerima beasiswa itu. hari demi hari terus berjalan, sedikit demi sedikit berkas-berkas untuk keberangkatanku terlengkapi. Aku juga sudah mendapat izin Dari pihak sekolah untuk tidak mengikuti acara perpisahan dikarenakan aku sudah harus berangkat ke Korea sebelum tanggal 5 januari sedangkan acara perpisahan pada tanggal 10 Januari.

🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸

Hari ini adalah hari keberangkatanku ke Korea. Bandara Internasional Soekarno Hatta ramai seperti biasa. Aku dengan 2 penerima beasiswa lain dan keluarga kami masing masing tengah melakukan perpisahan dikarenakan kami harus segera menuju Boarding Pass.

"Buk, Kesya Bidhal rumiyen nggeh. Ibu pun susah. kesya janji bakal luwih sering nelfon ibuk" (Buk Kesya Berangkat dulu ya. Ibu jangan sedih. Kesya bakal lebih sering nelfon ibuk) Ucapku memeluk ibuku.

"Iyo nduk, nang kono seng ngati-ngati" ucap ibuku mencium keningku.

Kami menuju Boarding Pass serta menaruh barang dibagasi. aku sempat melihat ibuku menangis. sakit rasanya harus berpisah darinya yang telah bersama ku dalam waktu lama. namun, demi masa depan yang lebih baik ibuku merelakanku meski dirinya hancur.

Aku telah duduk didalam pesawat kelas bisnis, Dito dan Rea penerima beasiswa ini mendapatkan tempat duduk yang lumayan jauh dariku.

"Excuse me, this is my chair" ucapnya tersenyum ramah menunjuk bangku disebelahku.

"Ohh, Sure." sahutku.

Aku melihat keluar jendela hingga suara pramugari yang menyuruh kami untuk memasang sabuk pengaman membuyarkan lamunanku. setelah itu Aku memasang earphones dan mendengarkan musik lewat mp3 ku.

seorang pramugari menawarkan kami minuman.

"I wanna Wine" ucap pria disanpingku.

"Aku mau jus jeruk saja" ucapku.

"Excuse me, Can I know your name? " tanya pria itu melepas kacamatanya.

"My Name, Kesya. Nice to meet you" ucapku ramah.

"Beautiful name, Do you know me? " tanyanya tersenyum.

" No, I don't. What's your name? " tanyaku

"Really You don't know me?" pekiknya pelan tak percaya.

"Yes, why?" tanyaku lagi

"Okay, Just know me. my name Woon. Kim Woon" sahutnya mengulurkan tangan.

"Yup, nice to meet you Woon" ucapku menyalaminya.

"Apakah kamu mau pergi ke Korea untuk liburan? " tanyanya dengan bahasa inggris yang terbata-bata.

"Tidak, aku akan berkuliah disana, lebih tepatnya di Seoul National University" jelasku.

"SNU?! Heol Daebak" sahutnya tak percaya. "Mari nanti bertemu saat sudah di Korea, aku akan mentraktirmu banyak daging" lanjutnya.

Sosok Woon ini kuakui Tampan, ia juga mempunyai tubuh yang proporsional wajahnya benar benar seperti pahatan patung zeus.

"Hmm, Insyallah" ucapku

"Apa itu Insyaallah? " tanyanya penasaran

"Insyaallah itu ucapan dalam islam untuk menyatakan ketersediaan apabila allah menghendaki" jelasku.

"Ahh, aku paham sekarang" sahutnya tersenyum.

" Ya! Woon jangan menganggunya terus " ucap seorang pria yang duduk disamping kanan kami menggunakan bahasa korea.

"aku tidak menganggunya Hyung" Sahut Woon santai.

Kami menghentikan pembicaraan kami, mataku benar benar tidak bisa diajak kompromi sekarang, dan aku terlelap.

"Kesya,,, kesya,,, " Ucap sebuah suara membangunkanku, itu woon.

aku membuka mataku perlahan, Aku menemukan diriku tengah bersandar dibahu Woon, Ohh Astaga pasti aku sudah Gila.

"Maafkan aku, maafkan aku" ucapku menarik diriku menatapnya.

"It's okay, aku hanya ingin memberitahukan bahwa pesawatnya akan mendarat sebentar lagi" sahut woon tersenyum dibalik masker nya.

"Ohh terimakasih" ucapku.

"Hmmm, Kesya bisakah aku meminjam ponselmu sebentar? " tanya Woon.

"Boleh, ada apa? " tanyaku.

ia mengotak ngatik ponselku, "Ini, hubungi aku jika sudah sampai asrama okay." ucapnya.

"insyaallah, jika aku tidak lupa" sahutku.

kami berpisah dipintu keluar, aku menuju bagian imigrasi yang ada dibandara dan mengambil koper. setelah itu kami dijemput oleh seorang pria paruh baya yang memperkenalkan dirinya Park Jun Ho penanggung jawab serta pembimbing kami selama acara penerimaan.

Kami diantar menuju asrama, beliau juga memperkenalkan kami kepada penjaga asrama bernama Park Ja Rim Sonsaengnim.

To be Continue....