webnovel

Mom, Who Are They?

"Sakti! Kamu lagi apa disini?" Panggil Dewinta menghampiri putranya. "Bunda ... apa eyang baru datang?" Tanya Sakti, seraya memegang erat mainan robotnya. "Eyang?" Dewinta mengerutkan keningnya dengan cepat. Berpikir apakah putranya lupa, kalau eyang sudah meninggal satu tahun lalu? Dewinta merupakan orang tua tunggal dari tiga anak yang ia miliki. Anak pertamanya Ratna Ayu Dewastara duduk di bangku SMP kelas tiga, Sakti Agung Dewastara duduk di bangku kelas empat SD, dan adik perempuan terkecil Rini Ayu Dewastara baru saja menginjak kelas satu SD. Kondisi keuangan yang tidak memungkinkan membuat Mereka berempat pindah pada sebuah rumah yang dibeli murah oleh Dewinta, disebuah desa yang jauh dari pusat kota. Dan semenjak kepindahan mereka, semua tragedi seram terus saja menghantui keluarga kecil tersebut. Mampukah mereka bertahan pada rumah seram yang memiliki banyak penghuni alam gaib?

Sita_eh · Horror
Sin suficientes valoraciones
2 Chs

Prolog

Suara bel yang terdengar nyaring, membuat hiruk pikuk suara siswa dan siswi seketika. Segera saja setiap murid mulai merapikan buku pelajaran, dan memasukkannya kedalam tas.

Seorang anak laki-laki berumur sepuluh tahun, terlihat tergesa-gesa memasukkan buku kedalam tasnya. Wajahnya terlihat panik, tapi sayangnya tidak ada yang menyadari kepanikannya.

"Sakti? Kamu pulang naik apa?" Seseorang memanggilnya, dan menepuk pundaknya dengan cepat. Sakti menegakkan kepalanya, dan melihat wajah teman barunya, Putra. Tahi lalat yang mencolok di pelipis kirinya. Membuat Sakti mudah untuk mengingat sosok baru, sahabatnya yang terlihat ramah.

"Mm... aku naik sepeda," jawab Sakti bimbang, dan melihat kearah pundak Putra.

Putra yang merasa aneh, ikut menoleh walau tak tahu apa yang sedang ia lihat. "Kenapa? Kamu lagi lihat apa sih?"

"Enggak ada... Fuh..." Sakti menarik napas lega, karena sosok aneh yang ia lihat dibelakang putra sudah menghilang.

"Hayo... kok malah bengong. Kamu kan masih baru di Desa Bunga ini. Mendingan kamu pulang bareng aku aja, biar tahu jalan pintas." Ucapan Putra membuyarkan lamunan Sakti.

"Mmm... ok... tapi aku kumpulin tugas ini dulu ya ke Bu Dewi." Ucap Sakti dan menunjukkan pada buku tugas yang masih ia pegang kuat.

"Loh kamu belum kumpulin? Ya udah cepetan kumpulin. Nanti Bu Dewi marah loh." Perintah Putra, dan memperhatikan hanya tinggal mereka saja yang masih berada didalam kelas.

Sakti pun jalan melewati Putra, dan ia berniat memberikan buku tugasnya pada gurunya saat itu. Terlihat Bu Dewi masih berada didalam kelas, ia sedang duduk dan tampak menatap kearah tugas murid lainnya yang sudah menumpuk tinggi pada mejanya.

"Bu... Bu guru... maaf. Sakti telat kasi tugasnya." Ucap Sapti merasa tidak enak hati, karena hanya dia yang belum mengumpulkan tugas.

Bu Dewi tidak menjawab apapun, wanita itu hanya menunduk. Membuat Sakti berpikir, apakah guru yang merupakan wali kelasnya itu sedang marah kepadanya?

"Sakti!" Putra yang tak sabaran menepuk pundak temannya, dan membuat Sakti kembali menoleh kearahnya dengan cepat.

"Kenapa, Putra?" Sakti memperlihatkan wajah sedikit kesal, karena sudah dua kali teman barunya itu selalu saja mengagetkannya.

"Hayo... kamu kenapa sih? Dari tadi aneh banget? Ngomong sendiri lagi... Udah taro aja tugasnya. Bu Dewi juga sudah keluar dari tadi." Jelas Putra dengan menyeringai lebar.

"A... apa keluar? Ka... kamu yakin Putra?" Tanya Sakti seraya anak laki-laki itu menelan salivanya, dengan raut wajah yang pucat.

"Iya... Kenapa memangnya?"

Tubuh Sakti tiba-tiba merasa bergetar, dan rasa takut yang mencekam kembali ia rasakan. Ia belum memberanikan diri untuk menoleh kearah meja gurunya. Tapi ia tiba-tiba bisa merasakan hembusan udara dingin yang bertiup, diantara telinga dan tengkuk lehernya.

"Saaktiii..." Suara desis yang teramat pelan, membuat Sakti segera meraih tangan Putra dengan cepat.

"Ayo kita keluar Putra!" Ajak Sakti, dan ia berlari cepat dengan menggandeng tangan sahabatnya untuk keluar dari dalam kelas. Tanpa berani menoleh kearah belakangnya, yang ia pikirkan saat itu bagaimana dia dan juga Putra, bisa keluar dari dalam kelas dengan cepat.