Rin memberikan secarik kertas pada Grace, dengn kasar. Bahkan seakan menggebrak meja di hadapan Grace. Karena hal itu pula, emosi Grace menjadi lebih tidak stabil. Terbukti dari gadis itu yang justru berdecih sinis sambil menatap Rin lalu melirik ke arah kertas bertuliskan nama mereka.
"Arina Wijaya, Monica Pangestu." Grace menampilkan seringai lebarnya kearah keduanya.
"Semoga kita bisa menjalin hubungan baik selama perkuliahan ini. Setidaknya kamu tidak pernah mengusikku." Ucapan Grace bukanlah sebuah permohonan, melainkan sebuah ancaman. Bahkan jari telunjuk Grace sudah teracung sempurna kedepan mata Rin.
Emosi Grace yang tidak stabil, tentu saja cukup berdampak pada pikiran Grace. Gadis itu pergi dari perpustakan tanpa menyapa Erin sedikitpun. Bahkan melupakan Erin yang memang datang ke perpustakaan demi menemui Grace.
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com