webnovel

Persiapan Panahan

 [Cepat datanglah ke gelanggang panahan! Kamu tidak akan menyesal.]

 

Johan menghubungi Jenny agar Jenny datang ke gelanggang. Akhirnya Jenny datang ke gelanggang dan menjadi pusat perhatian orang-orang yang ada di dalam area latihan panahan. Jenny dan Johan tak hanya cantik dan tampan, tetapi mereka juga ahli dalam bidang panahan.

 

"Awas saja kalau gua datang sia-sia!" Ketus Jenny pada Johan setelah mereka berhadapan.

 

Johan tersenyum sinis mendengar ucapan ketus Jenny. Jenny mengikuti arah pandangan Johan yang menatap ke arah pintu, ternyata Johan sedang menatap sinis pada Ali. "Kamu masih belum puas membully anak itu?" cerca Jenny yang mengerti maksud Johan.

 

"Anak itu minta nambah," sinis Johan lalu melirik Jenny, "baiklah, tapi jangan libatkan aku!" ujar Jenny tegas.

 

Ali yang baru saja masuk langsung menangkap sinyal kebencian di wajah Johan, tetapi wajahnya terlihat tidak gentar sama sekali. Tiba-tiba seluruh orang yang ada area itu menatap nyinyir pada Ali, "kenapa dengan tatapan mereka semua?" ujar Aji heran karena mereka berdua seperti menjadi pusat perhatian.

"Ali, apa yang sedang lu perbuat?" terdengar suara Sarah memekik pelan, membuat Aji dan Ali tersadar.

Mereka berdua menatap bingung pada Sarah, karena tatapan Sarah seperti bertambah emosi, "maksudnya apa, Sar?" tanya Aji yang melihat wajah Sarah berubah terlihat cemas. "Lihat sendiri!"

Sarah menyerahkan ponselnya pada Aji. Aji dan Ali langsung melihat isi ponsel yang dimaksud Sarah. Ternyata Johan memasukan berita di time line web kampus mereka, sehingga berita tentang pertarungan memanah Ali dan Johan langsung heboh, karena itulah semua mata  dalam gelanggang panahan itu menatap nyinyir pada Ali.

Wajah Aji berubah panik, "gila yah si Johan?" keluh Aji, "Bang, lu nyerah aja yah!" sekali lagi, Aji membujuk Ali untuk menyerah karena cemas setelah membaca berita tersebut.

"Kenapa aku harus menyerah! Ayahandaku tidak pernah mengajarkanku menyerah sebelum berperang!" ucap Ali lantang dan terlihat percaya diri.

Sarah terlihat terkejut melihat ekspresi Ali dan ucapan Ali, bahkan Sarah sampai membulatkan kedua matanya. Aji langsung menyikut tubuh Ali ketika menyadari Sarah keheranan. Sarah menoleh heran pada Aji saat tubuh Ali oleng karena sikutannya, "kan tadi gua udah bilang kalau otak Bang Ali sedikit bermasalah setelah kecelakaan," cicit Aji agar tak menambah Sarah curiga.

Belum sempat Sarah merenungkan ucapan Aji, mereka di kejutkan dengan suara riuh di luar gelanggang. Banyak mahasiswa dari kampus Ali memasuki gelanggang tersebut. Mereka langsung memenuhi kursi penonton yang berada di lantai atas gelanggang tersebut. Dalam sekejap aula itu sudah dipenuhi penonton, bahkan beberapa di antara mahasiswi membawa spanduk dan berteriak menyemangati Johan.

"Kenapa gambar Ali jadi buruk?" tunjuk Ali pada spanduk yang bergambar Ali berada di target panahan dengan muka ketakutan dengan tulisan 'habisi si Bodoh tanpa ampun!'.

"Itu ekspresi lu saat kalah melawan Johan," ujar Sarah membuat Ali terkejut. "Apa..." kejut Ali keheranan, "seburuk itukah Ali?" oceh Ali lagi.

Pandangan mata Sarah beralih pada Aji, "Ji, jelasin sama gua, apa yang sedang terjadi?" pinta Sarah yang tak mengerti kejadian sebenarnya, tetapi wajah Aji makin cemas dan kebingungan. Sesekali Aji melirik Ali yang justru malah memasang senyuman kagum saat melihat para penonton riuh berteriak penuh semangat, walaupun Ali bisa mengerti kalau teriakan para penonton bukan memberi semangat pada dirinya.

"Aku selalu menantikan pertandingan seperti ini," cicit Ali bersemangat membuat Sarah makin keheranan. Sarah terus menatap Aji dengan penuh pertanyaan.

"Mmmm... jadi begini. Bang Ali bikin gara-gara di rumah. Emak marah besar karena Bang Ali mecahin pot bunga koleksi Emak," terang Aji pada Sarah, karena mereka adalah sahabat dekat sedari kecil bahkan tak ada rahasia antara Sarah, Ali dan Aji.

Sarah masih menyimak penjelasan Aji, "terus gua ajak Bang Ali ke sini buat ikut even memanah, siapa tahu Bang Ali menang dan dapat duit buat ganti pot bunganya Emak," Sarah memasang wajah geram mendengar penjelasan Aji. "Ali kan belum bisa memanah, Ji. Terus kenapa bisa saingan sama Johan," cerca Sarah kesal, kemudian Sarah mencoba menahan kekesalannya dan menunggu penjelasan selanjutnya.

"Sekarang aku bisa memanah?" sahut Ali yang tak terima dengan ucapan Sarah. "Diam dulu, Bang!" sentak Aji kesal, lalu Aji menatap Sarah yang masih menunggu penjelasan selanjutnya, "pas gua daftarin Bang Ali ternyata ada Johan. Ya... lu tahu sendiri kan Johan kaya gimana, dia gak akan melepaskan mangsanya sebelum mangsanya mengakui tunduk sama Johan."

Sarah menarik napas berat, ia mencoba mengerti situasi Ali. Wajah Sarah yang tadinya memendam kebencian pada Ali kini berubah peduli, walaupun Sarah masih sakit hati pada Ali karena cintanya ditolak, tetapi Sarah bisa mengenyampingkan perasaannya karena ia masih sangat peduli dengan Ali.

"Biar gua aja yang gantiin Ali, lu bawa Ali pulang!" jawab Sarah seraya menatap ke arah Johan yang sedang merasa puas. "Aku tidak mau." Sahut Ali tegas.

Sarah menoleh heran pada Ali, "aku bisa memanah dan aku pasti bisa mengalahkan Johan," sentak Ali tegas, "Ali, lu sudah dipermalukan Johan dan sekarang Johan berniat mempermalukan diri lu lagi," jelas Sarah dengan suara tinggi.

 Tiba-tiba mereka dikejutkan dengan pengumuman dari pengeras suara.

'Pertandingan selanjutnya adalah Johan dan Ali.

Untuk Johan dan Ali

Silahkan memasuki lapangan

Segera bersiap-siap!'

Wajah Aji berubah pucat, ia menatap jam besar pada dinding di atas pintu keluar, "bukannya si Radit bilang kalau pertandingan Bang Ali 1 jam lagi," keluh Aji cemas setelah mendengar pengumuman tadi.

"Aji cepat bawa Ali keluar, biar gua yang ngomomg sama Radit dan panitia lainnya!" pinta Sarah tegas. "Aku tidak mau," Ali menentangnya dengan tegas.

Ali melangkah maju mengikuti Johan yang sedang berjalan menuju lapangan utama. Terdengar suara riuh penonton meneriaki Johan untuk memberi semangat dan dukungan pada Johan. Sarah dan Aji makin panik. Walaupun Aji sudah tahu kemampuan panah Nyi Ayu, jiwa yang memasuki tubuh Ali, tetap saja ia merasa cemas karena kemampuan memanah Johan juga luar biasa. Johan juga adalah orang yang berkuasa di kampus, tak ada yang berani melawan Johan.

Sarah dan Ali mengikuti langkah Ali menuju lapangan, mereka masih berusaha mencehah Ali agar tidak melawan Johan. "Ali, gua moh.." ucapan sarah yang sudah berada di samping Ali langsung terhenti karena Ali langsung memotongnya, "percayalah padaku!" potong Aji dengan wajah penuh keyakinan.

Terlihat panitia lomba sudah mendekati mereka berdua, "silahkan pada Johan dan Ali untuk berdiri di hadapan saya!" ucapnya ramah.

Ali dan Johan mengikuti instruksi penitia itu, mereka berdua saling berhadapan, "takut yah...?" ledek Johan dengan senyuman meledek. "Maumu...?"sinis Ali yang juga memasang senyuman meledek.