" Aaakh..." Teriakku ketika sebuah tangan menarik kedua kuncir rambut ku
" Miftah.. lepas" tanpa aku melihat kebelakang siapa pelakunya pun aku juga sudah tau siapa yang menarik kepangan ku. Pasti si miftah lagi yang memang duduk dibelakang dengan alasan agar leluasa mengerjai ku setiap hari.
" Ngengg...ngenggg" Miftah menarik-narik rambutku seolah setiran motor dan rasanya sakit sekali.
" Miftah leppas" teriakku lagi, kelas ku baru saja pergantian pelajaran. Dan ketika Bu Eka selaku guru IPA itu keluar langsung saja si iblis Miftah menarik kuncir ku.
" Bilang dulu dong , miftah ganteng banget!" Perintah nya. Selalu seperti itu, aku bahakn muak mengatakan itu terus meski aku tidak bisa mengelak fakta bahwa Miftah memang tampan.
Sejauh ini miftah adalah cowok tertampan yang pernah kulihat secara langsung selain poster-poster orang Korea yang biasa kutemui. Rambutnya hitam tidak terlalu panjang. Dan terkadang terkesan berantakan. Hidungnya tidak terlalu mancung Seperti orang-orang barat tapi bagi ku hidungnya cukup proporsional dengan wajahnya yang pas. Alis yang hitam dan bulu mata yang lentik memayungi mata indahnya yang selalu berbinar.
" MIFTAH GANTENG, BAIK,,," teriakku menyanggupi permintaan nya yang selalu seperti itu.
.tapi tetap saja kuncir rambutku belum dilepasnya sampai pak Bowo guru bahasa Indonesia masuk mengisi jam nya.
" Selamat siang anak-anak hari ini kita akan melanjutkan mengarang sebuah cerita sesuai yang bapak jelaskan Minggu lalu" tanpa basa-basi pak Bowo memulai pelajaran. Pak Bowo memang tipe orang yang tak suka berbasa-basi.
"Bapak beri waktu 20 menit buat mengarang tentang salah satu teman kalian" lanjutnya lalu duduk di kursi.
Sementara miftah sudah melepas kan tarikannya dari kepangan rambutku. Aku bernafas lega, mungkin dia takut di marahi Seperti Minggu lalu saat di dengan sengaja menarik-narik kursiku. Dan akhirnya ia harus menerima teguran keras.
Belum genap 20 menit pak bowo suda menyuruh kami menyelesaikan karangan kami. Guru-guru memang seperti itu, tapi jangan khawatir aku suda selesai sejak tadi kok membuat karangan.
" Sekarang karangan kalian selesai tidak selesai kalian beri ke. Teman kalian yang kalian cerita kan di karangan itu lalu kalian maju membaca karangan teman kalian, pahamkan?"
" Paham pak" jawab kami serentak. Aku tau sebenarnya banyak yang tidak mau memberikan hasil karangan nya pada orang yang mereka ceritakan termasuk aku. Antara karangan berisi ejekan atau sebuah pujian. Desas-desus mulai terdengar dan pasti sebentar lagi karakter asli pak Bowo akan keluar jika Seperti ini.
" Jika tidak mau mengikuti jam pelajaran saya keluar" kalimat tegas akhirnya keluar dari mulut pak Bowo, dan seolah-olah paham maksudnya Seperti apa dengan cepat kami semua memberikan buku karangan kepada teman yang kami cerita kan
" Sialan" umpat ku dalam hati.
Aku memutar badan dengan ragu-ragu hingga aku berhadapan dengan Miftah yang duduk dibelakang ku dengan posisi sedikit condong, gugup sekali rasanya jika aku tau akan disuruh begini aku tak akan menulis tentang pria itu. Jika begini aku harus siap-siap mendapat ejekan lagi.
Sementara Miftah hanya tersenyum dengan wajah mengejek padaku. Pasti ia ingin mengejek ku setelah ini. Aku mengulurkan buku ku padanya. Dan membalikkan badanku menghadap ke papan tulis.
Deg-deg..
Jantung ku seperti habis lari maraton saja. Pastinya Miftah akan tertawa terbahak membaca karangan ku tentang nya.
"Dissot.. nih" Miftah menarik rambutku lagi
Aku menoleh ke hadapan nya dan mendapati dia sedang mengulurkan bukunya padaku.
"Apa?" Tanyaku takut jika jiwa iblis nya muncul lagi.
" Karangan gua tentang Lo, nih" ucap nya. Aku menerima bukunya dan kembali duduk dengan baik.
Aku membuka-buka buku miliknya hingga sampai pada karangan yang baru saja ia buat. Mata ku melotot membacanya, dengan refleks mulut ku terbuka lebar-lebar mungkin jika ada lebah sudah akan masuk dengan sarang nya.
Tapi jangan pikirkan pasal lebah yang akan masuk ke mulutku. Tapi bagaimana bisa Miftah membuat karangan Seperti ini, memalukan sekali.
Dan aku akan membacanya didepan kelas nanti?
Astaga aku ingin sembunyi di cangkang ku saat jni jika aku jadi seekor kura-kura. Tapi well aku manusia mana bisa bersembunyi.
Dan aku yakin Miftah pasti tersenyum penuh kemenangan di belakang ku.
'Arrrgg" teriakku dalam hati.
"Tunggu aja Lo" lirihku meremmuk ujung buku miliknya hingga sedikit lecek.
*****
Hari ini aku berangkat lebih awal. Bukan karna hari ini hari Senin, bukan juga karna piket. Lebih tepatnya aku akan menjalankan misi ku. Sejak pulang sekolah kemaren dan setelah di buat malu oleh ulah Miftah aku sudah memikirkan rencana ku kali ini.
Entah mengapa sejak masuk bangku SMA bukannya kami makin akur malah makin menjadi-jadi. Sejak SMP kami memang bersahabat, tapi sahabat dalam hal dekat dan suka berbagi saja. Hal lain sudah akan berbeda. Apalagi masalah nilai dan ulangan. Sejak dulu kami hanya bertukar peringkat saja. Dia memang pintar, tapi tetap saja aku harus lebih pintar dari nya.
Aku memasuki ruang kelas di lantai atas. Sebenarnya ruangan ini suda tidak digunakan lagi, ini sudah seperti kelas kosong.
Aku mulai meluncur kan rencanaku. Mulai dari mengambil ember kecil yang memang kemaren sore sudah aku bawa kesini diam-diam. Kemudian mengambil tali, tepung, balon, dan juga cairan pewarna merah.
Dengan cepat aku menyusun semua hal yang kemaren sudah aku susun dan pikirkan baik-baik.
Tentu saja aku akan balas dendam sekarang setelah yang ia lakukan kemarin.
Flashback on;;:
Aku berdiri didepan kelas dengan wajah menunduk. Apa aku harus membaca karangan milik pria iblis itu?
Oh ini benar-benar memalukan, bagaimana bisa ia menulis karangan Seperti itu.
Padahal aku menulis hal-hal baik semua pada karangan untuk nya.. Jika tau begini aku akan menulis semua keburukan pria bertopeng itu.
Dengan sedikit jiwa keberanian yang tersisa aku mulai membaca karanga milik Miftah yang ia buat untukku.
Milik Miftah Syahid Sabilillah
Kepada :: Disa Annazuan
"Bak kayu lapuk yang diterpa badai
Itulah dissa jika tanpa seorang pangeran seperti ku
Seperti besi yang telah bereaksi dengan air laut, itulah dissa tanpa hadirnya seorang Miftah..."
Aku bisa mendengar suara bisik-bisik dari temanku, dan mata yang mengawasi ku membaca karangan nya. Jika saja tak ada pak Bowo akan ku terkam saja kau. Sungguh sial sekali memiliki sahabat se jail MIFTAH.
"Dissa? Oh aku tahu ia adalah seorang gadis SMA yang sejak dulu mengejar-ngejar cintaku! Sudah sejak dahulu sekali aku tau hak itu.
Tapi bagiku dia hanya sekedar teman,
Dan aku tahu jika... "
Belum selesai aku membaca milik Miftah bel pulang sudah berbunyi.
Argh.. aku selamat!!!
Pekik ku dalam hati, bagaimana tidak karangan milik Miftah belum ku bacakan secara keseluruhan nya.
Aku berhenti membaca dan melirik pak Bowo yang kini menatap jam tangan nya. Mungkin beliau belum percaya jika sekarang sudah jam pulang.
"Ok dilanjut Minggu depan yah Dissa" kata-kata pak Bowo kembali membuatku lesu.
Padahal aku berharap jika karangan sialan milik Miftah ini tak perlu dilanjutkan. Pasalnya isi Karangan nya BOHONG semua.
"Yha.. kan masih banyak yang belum juga pak, kalo Minggu depan dilanjutin punya Miftah kayaknya sampe bel juga deh pak" kataku memanipulasi seorang Pak Bowo.
"Disini saya yang jadi guru" teguran kecil tapi beuhh jika itu keluar dari mulut seorang pak Bowo tentu akan membuatmu geram sendiri.
Bukan geram karna jengkel nya, tapi geram karna kita yang memancing singa marah.
Flashback off;)
Rencana ku sudah berjalan dengan baik sejauh ini, yang perlu kulakukan hanya memanggil Mifta kesini.
Mungkin saat pulang sekolah waktu yang tepat. Selain waktunya panjang juga akan lebih aman. Takutnya jika jam istirahat tapi ketahuan guru.
Ok.. gue bakal tunggu keajaiban pulang sekolah nanti
___