webnovel

METEOR

Laura terjebak dalam kehidupan hitam seorang Arjuna Zander Alzelvin.Penuh teka-teki, fakta, hingga cintanya di pertaruhkan. Arjuna tau makna kehilangan, di jauhi, hingga di kucilkan. Arjuna hadir dalam hidup Laura, memberi hal baru, canda tawa, dan mengajarkan perjuangan yang sesungguhnya.

hiksnj · Acción
Sin suficientes valoraciones
41 Chs

32. Berdua

Tau sandal kan? Selalu dua kan? Nah, itu ibarat aku dan kamu. -Juna

🍁🍁🍁

Sam menepuk bahu Juna. "Bos, kenapa gak ngomong berdua aja sama Laura?" saran Sam pinter.

Juna baru terpikirkan akan hal ini. "Iya juga sih. Terus, gue ngomong apaan nih?" mereka tau Juna itu tidak bisa ngomong apa-apa sebelum dialognya benar-benar di hafal, terutama urusan cinta.

Sebelum bel masuk berbunyi, ada saatnya berunding manis dengan duduk melingkar seperti Sam, Alvaro, Jaka, Radit dan Adit, serta Satya.

"Gampang mah. Nanti biar gue aja, sebagai pakar cinta dari segala rayuan," Sam menepuk dadanya bangga.

"Heleh, lo kan playboy. Jangan bos, yang ada Laura marah terus nabok bos pakai sepatu kan gak lucu," tambah Alvaro kang kompor.

Sam menoyor Alvaro. "Enak aja lo kalau ngomong,"

"Bicara empat mata aja bos," saran Jaka lebih logis daripada Sam yang terlalu basa-basi akan rayuan dulu.

Juna manggut-manggut. "Oke,"

"Semoga berhasil bos!" Radit menyemangati.

"Semangat!" seru mereka kompak. Juna sampai terharu punya sahabat rasa keluarga se-perhatian ini.

🍁🍁🍁

Juna menunggu kelas SAESTU keluar seusai bel istirahat, 2 menit lagi.

Hingga akhirnya kelas SAESTU berhamburan keluar kelas. Mendapati pangeran turun dari langit nyasar ke Bumi, para ciwi-ciwi langsung teriak histeris akan kehadiran Juna yang entah menunggu siapa.

Saat Laura baru keluar kelas, Juna meraih tangan kurus itu.

"Ra, kamu mau gak aku ajak ke rooftop?" tanya Juna dengan kegugupannya.

Laura menghela nafas jengah. "Ngapain? Aku gak mau ya, kalau geng motor kejam itu kesana lagi. Aku takut," tanpa sadar Laura merespon ajakan Juna dengan baik, hanya saja masih trauma akan kejadian dimana geng Batalion itu akan mencelakainya.

Juna mengusap surai Laura. "Tenang aja, nanti biar sahabat aku yang urus. Kamu aman kok," ucap Juna meyakinkan Laura. "Yaudah, berarti kamu mau ya?"

Laura mengangguk samar.

"Ayo,"

Namun, Laura berjalan di belakang Juna. Ia tak ingin menjadi sorotan para siswi dan tukang nyinyir bermulut pedas menghujatinya.

Juna menoleh ke belakang. Ia meraih pergelangan tangan Laura. "Masa iya jalannya di belakang? Berasa aku kayak imam kamu aja. Jadi pemimpin rumah tangga, dan selalu di depan," Juna terkekeh. Darimana ia bisa ceplas-ceplos sok romantis? Dari lubuk hati yang terdalam bak palung saja.

Laura ikut tersenyum. "Receh,"

"Tapi suka kan?"

Keduanya berjalan beriringan, tentu menuai protes, kritik, dan nyinyiran dari para fans Juna. Laura tidak ada apa-apanya di bandingkan Tiara atau Inge, dua primadona SMA PERMATA itu di pandang hormat karena kekayaan serta donatur terbesar.

Sesampainya di rooftop, disana sudah ada satu meja bundar dengan dua kursi. Ada nasgor, serta minuman jus kesukaan Laura, jeruk. Lilin berada di tengah meja dengan cantiknya, serta di sekeliling meja itu ada taburan bunga mawar berbentuk love.

"Silahkan makan ra. Aku siapin ini semua, biar kamu bisa ngerasain makan enak," ucap Juna lembut. Mungkin di luaran sana, banyak yang bisa makan enak, sudah siap sedia, dan instan. Tapi sebagainnya, kelaparan, jatuh sakit, hingga kematian karena tidak makan.

Laura menutup mulutnya tak percaya. Juna se-manis ini. Rencana move on gagal.

"Yuk ra. Di makan, ntar bel istirahatnya selesai kan gak jadi romantis,"

Laura terkekeh. "Kak Juna bisa aja. Ini beli apa masak sendiri kak?"

Juna menggaruk tengkuknya tak gatal. "E-beli sih. Gimana lagi, aku kan gak bisa masak,"

Tak jauh dari keduanya tengah kasmaran, Rey dan tiga partner mata-mata dari Antariksa memantau itu semua.

"Telepon bos Rey," titah Galang menggebu.

"Oke," dengan cepat Rey men-dial nomor Antariksa.

Saat sudah tersambung, Rey mulai melapor.

"Bos, Juna sekarang lagi di rooftop. Makan berdua sama Laura lagi," kata Rey dengan serius agar terasa kompor panasnya.

Antariksa menggebrak meja tak terima. Hingga beberapa karyawan yang bekerja di toko The Peanut is Sembunyi terlonjak dan menunduk takut.

"Laksanakan sesuai rencana saya!" sambungan telepon di tutup oleh Antariksa.

"Sekarang," Rey mengangguk, Galang, Wildan dan Faris mengeluarkan sebuah plastik berisi kecoak, tikus kecil, dan serangga kecil yang kerap kali mudah di temui. Binatang itu mulai berpencar.

"Ra, kamu tau sandal kan? Selalu dua kan? Nah, itu kayak aku dan kamu," ucap Juna mulai gombal bak serbet dapur saja.

Laura tersenyum dan menggeleng heran. "Receh banget kak. Jadinya aku-" ucapan Laura terhenti, saat ada sesuatu yang bergerak merayap ke kakinya. Laura melihat ke bawah, dan ada kecoak yang berusaha merayap ke kakinya. Laura menjerit. "Aaaa, kak Juna! Kecoak!" pekiknya histeris.

Juna menatap sekeliling, dan benar saja ada banyak kecoak serta tikus kecil, dan serangga lainnya.

Juna menarik tangan Laura. "Ayo, kita pergi darisini," Juna masih terkejut dengan kemunculan serangga itu, mustahil jika hewan-hewan ini ada dengan jumlah banyak kalau bukan ada seseorang di balik kejadian ini. Dan juna tau, pasti kalau bukan adalah ayahnya sendiri.

🍁🍁🍁

Dengan nafas tersengal, Juna menghampiri sahabatnya yang tengah fokus makan.

"Sial. Kenapa harus gini sih?" gerutu Juna kesal. Satya dan Jaka menatap Juna heran.

"Kenapa bos? Kok kayak di kerjar banci aja?" tanya Sam khawatir.

"Laura? Wajah kamu pucet banget. Sakit ya?" tanya Satya perhatian.

Laura gelagapan, ia menampilkan senyuman terpaksa. "E-enggak kok. Lagi kecapean aja kak," jawabnya gugup.

"Gue gak yakin deh," Alvaro mengusap dagunya, curiga.

"Bos, kok cepet banget makannya?" tanya Jaka akhirnya angkat suara.

"Laura gak suka. Alergi tadi," kilah Juna bohong. Kalaupun berkata jujur, pasti sahabatnya ini akan mencari siapa pelakunya.

'Gue yakin, pasti bos nyembunyiin sesuatu,' batin Jaka. Ia merogoh ponsel di saku seragamnya, mengurimkan sebuah pesan kepada seseorang untuk mengecek keadaan rooftop.

"Laura, nih makan bekal gue aja. Masih utuh kok," Satya memberikan bekal berbentuk kelinci imut berwarna pink-nya, milik Nafisa.

Tak ingin menolak pemberian dari orang, Laura menerimanya.

"Makasih kak," ia meraih bekal itu. Saat ia buka, ada dua roti gandum yang menggugah seleranya. 'Kak Satya baik banget,' Laura tersenyum tipis pada Satya.

"Sekali lagi, makasih kak," ucap Laura tak enak hati.

Ponsel Jaka berbunyi. Sebuah pesan dari orang suruhannya.

Maaf bos, di rooftop banyak serangga berkeliaran.

'Lo gak bisa bohongin gue bos. Nyatanya, ada masalah yang mulai datang,' batin Jaka dengan kecurigaan menggebu, ia akan mencari tau siapa pelakunya.

🍁🍁🍁

Laura memandang jendela kamarnya dengan tatapan sendu.

'Kejadian tadi, itu peringatan terkahirku buat jauhin kak Juna,' batin Laura sedih. Orang itu semakin menjadi dalam meneror-nya.

'Padahal baru aja aku seneng. Tapi kenapa sih? Ada aja yang iri,' di lubuk hatinya yang terdalam, Laura tak ingin jauh dengan Juna.

🍁🍁🍁

Hari Minggu liat yang manis dlu besties 😄

Senang gak METEOR up banyak? biar gk kena revisi kta2 hilang kyk kepastian doi aja 😅

Mau gue follback? gombalin dong gue gabut nih

@arjuna.zander