Di mansion Takahashi, tinggallah mereka bertiga. Shika, Jia dan Jeje. Shika jadi merasa sungkan pada Jia karena kelakuan kedua adiknya yang tidak sopan tadi. Kedua adiknya tidak mau membuatkan minuman untuk tamu. Seharusnya, Shika yang membuatkan, tapi dia juga sedang malas gerak.
"Tak apa, Yang. Masih ada Jeje yang bisa kita suruh!" ucap Jia.
"Dek, lu buatkan kite minum! Aus nih, cepetan!" perintah Jia, mutlak.
Dan Jeje yang penurut lagi-lagi hanya pasrah dengan alur cerita yang senantiasa menistakannya.
Meski galak, manja, dan nakal tapi jiwa kewanitaan Nana masih melekat erat pada dirinya.
Kasihan pada Jeje, Nana pun mengajaknya makan siang. Daripada jadi obat nyamuk kakak-kakak mereka di ruang tamu, lumayan juga.
"Tumben Nana-chan baik?" Jeje berkata polos pada gadis cantik itu. Jeje merasa begitu nyaman berada di dekat Nana.
Setelah makan siang, Nana mengajaknya duduk dipinggir kolam renang.
"Jadi, Jeje mau Nana jahati terus, begitu?"
Alahmak!
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com