"Pokoknya sejak tadi sore tingkah papa itu sangat aneh. Seperti orang yang kesurupan dan menjadi orang lain. Mungkin Ryushin yang sering mengalami nyeri di dada ini juga karena stress memikirkan perubahan sikap papa, dan berakhir gagal jantung seperti tadi. Kalau papa datang terlambat, pasti ---"
"Sssttts ... diamlah, Shin! Kamu tahu 'kan jika papa sangat tidak suka mendengarmu bicara seperti itu!" bentak Jangjun sebelum Ryushin berhasil menyelesaikan kalimatnya.
Setelahnya, Jangjun tercenung beberapa saat. Putranya itu tidak mungkin berbohong pada dirinya, apalagi menyangkut obat-obatan yang yang harus dikonsumsi Ryushin seumur hidup itu.
Jangjun tidak mengingat apa pun, yang dapat menguatkan tuduhan putranya tadi. Semua ingatannya beberapa jam lalu seolah mengabur. Bahkan, yang terakhir Jangjun ingat adalah di saat dia bersama Ryushin di ruang tamu untuk menunggu Ryeowook menjemput.
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com